Penerapan Taksonomi Bloom dalam Pembelajaran IPAS

 Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) di Sekolah Dasar membantu siswa mengenal dan memahami fenomena yang terjadi di sekitar mereka, baik yang bersifat alam maupun sosial. 


Salah satu topik yang sering diajarkan di kelas 3 adalah perubahan wujud benda, seperti mencair, membeku, menguap, dan mengembun.


Agar pembelajaran IPAS tidak hanya berfokus pada hafalan, guru perlu membantu siswa untuk berpikir lebih mendalam dan terstruktur. Salah satu cara efektif untuk mencapai hal itu adalah dengan menerapkan Taksonomi Bloom dan Taksonomi SOLO dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.


---


📍1. Penerapan Taksonomi Bloom dalam Pembelajaran IPAS


Taksonomi Bloom digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa secara bertahap, mulai dari kemampuan rendah hingga kemampuan tinggi. 


Ada enam tingkatan utama dalam ranah kognitif Taksonomi Bloom, yaitu:


1. Mengingat

2. Memahami

3. Menerapkan

4. Menganalisis

5. Mengevaluasi

6. Mencipta


Berikut contoh penerapan Taksonomi Bloom dalam topik “Perubahan Wujud Benda”:


✅Mengingat: Siswa menyebutkan berbagai jenis perubahan wujud benda seperti mencair, membeku, menguap, dan mengembun.


✅Memahami: Siswa menjelaskan dengan kata sendiri bagaimana es bisa mencair menjadi air.


✅Menerapkan: Siswa melakukan percobaan sederhana, misalnya mengamati es batu yang dibiarkan di udara hingga mencair.


✅Menganalisis: Siswa membandingkan proses mencair dan menguap serta menjelaskan penyebab perbedaan keduanya.


✅Mengevaluasi: Siswa menilai hasil percobaan apakah sudah sesuai dengan teori yang dipelajari.


✅Mencipta: Siswa membuat poster atau karya sederhana yang menggambarkan perubahan wujud benda dalam kehidupan sehari-hari.


Melalui tahapan tersebut, siswa belajar secara bertahap — dari mengingat fakta hingga mencipta sesuatu berdasarkan pemahaman mereka.


---


📍2. Penerapan Taksonomi SOLO dalam Pembelajaran IPAS


Berbeda dengan Bloom yang berfokus pada tingkatan berpikir, Taksonomi SOLO (Structure of the Observed Learning Outcome) menekankan pada kedalaman pemahaman siswa terhadap suatu konsep. 


SOLO terdiri dari lima tingkatan pemahaman:


✅1. Prestructural: Siswa belum memahami konsep sama sekali.


✅2. Unistructural: Siswa memahami satu bagian dari konsep.


✅3. Multistructural: Siswa memahami beberapa bagian konsep, namun belum saling menghubungkannya.


✅4. Relational: Siswa mampu menghubungkan beberapa konsep menjadi satu pemahaman utuh.


✅5. Extended Abstract: Siswa mampu mengembangkan dan menerapkan pemahaman ke situasi baru.


Berikut contoh penerapan Taksonomi SOLO pada topik “Perubahan Wujud Benda”:


👉Prestructural: Siswa belum tahu apa yang dimaksud dengan perubahan wujud benda.


👉Unistructural: Siswa tahu bahwa es dapat mencair menjadi air.


👉Multistructural: Siswa dapat menyebutkan beberapa jenis perubahan wujud seperti mencair, membeku, dan menguap.


👉Relational: Siswa menjelaskan hubungan antara suhu dan perubahan wujud, misalnya es mencair karena panas dan air menguap karena suhu meningkat.


👉Extended Abstract: Siswa mampu mengaitkan konsep perubahan wujud dengan kehidupan sehari-hari, seperti menjelaskan proses terbentuknya embun di pagi hari atau merancang percobaan sederhana untuk menunjukkan proses penguapan.


Dengan menggunakan SOLO, guru dapat melihat seberapa dalam siswa memahami konsep dan bagaimana mereka menghubungkan satu pengetahuan dengan pengetahuan lainnya.


---


📍3. Sinergi antara Taksonomi Bloom dan Taksonomi SOLO


Kedua taksonomi ini memiliki peran yang saling melengkapi.


🔎Taksonomi Bloom membantu guru merancang tujuan dan aktivitas belajar agar siswa dapat berpikir dari tingkat rendah ke tinggi.


🔎Taksonomi SOLO membantu guru menilai sejauh mana siswa memahami konsep secara mendalam.


Sebagai contoh, ketika siswa sudah sampai pada tahap mencipta dalam Taksonomi Bloom, maka kedalaman pemahaman mereka dapat dikategorikan pada tingkat relational atau extended abstract dalam Taksonomi SOLO.

No comments

Powered by Blogger.