Konsep Otak

 Anak lahir dengan otak yang belum optimal, akan membuat tubuhnya tidak dapat bekerja dengan baik. Seperti bayi yang belum bisa menggunakan tangannya secara sempurna, ia akan menggenggam benda tersebut dengan erat seolah tak ingin dilepaskan. Kemampuan koordinasi otak yang belum maksimal untuk melepas genggaman inilah yang perlu dilatih pada bayi.


Perkembangan otak sudah dimulai sejak bayi masih berada di dalam kandungan. Bahkan saat wanita belum menyadari akan kehamilannya, persiapan perkembangan organ otak sudah dimulai. Gangguan nutrisi, polusi, dan lain-lain pada masa kehamilan akan mengganggu proses pembentukan otak dan saraf. Ketika bayi dilahirkan, otak belum berfungsi sepenuhnya.


Selanjutnya dengan penambahan massanya akan terjadi lipatan-lipatan dan terbentuknya lobus dengan alur-alur lipatan yang disebut gyrus. Bagian otak yang berlipat-lipat kemudian disebut sebagai lobus dan pada otak dipetakan secara anatomi dengan lobus frontal, parietal, temporal, dan occipital.


Seorang peneliti dari Jerman, Brodmann meneliti masing-masing lobus. Ia menemukan adanya kumpulan sel yang memiliki fungsi utama dan juga fungsi sekunder atau penunjang pada masing-masing lobus. Pemetaan fungsi otak ini, kemudian menjadi dasar pengamatan proses pematangan koneksi sel atau dikenal dengan sinaptik.


Bayi pada umumnya melakukan refleks gerakan berputar pada poros sekitar leher, bahu, dan gerakan pada persendian bahu dan panggul. Refleks menegangkan otot untuk memberi tenaga putar dan dorong ini dibutuhkan bayi dalam proses kelahiran normal. Dengan kemampuan alami ini, bayi dapat dengan sendirinya keluar dari perut bundanya.


Upaya bayi untuk menemukan jalan lahir akan berakhir dengan persiapan bayi keluar mulut rahim, berlanjut dengan paduan gerakan putaran leher & bahu, dayungan tangan, dan tumpuan kaki. Posisi penting terjadi pada putaran dengan sumbu di sekitar garis senyum (sudut bibir ke depan cuping telinga)

No comments

Powered by Blogger.