Mendongeng Dalam Tema Pembelajaran

 Pelaksanaan Kegiatan Mendongeng

Sebelum pelaksanaan mendongeng dilakukan,karakter-removebg-preview (1).png maka pendidik harus memahami modul sebelumnya yaitu modul 1, yang berisi konsep mendongeng maupun yang terdapat pada modul 2 tentang strategi mendongeng.


a. Melakukan penataan lingkungan


Menyiapkan naskah atau skenario dongeng yang sesuai dengan karakteristik dan tahap perkembangan anak, tema, dan indikator kemampuan yang diharapkan dapat dicapai oleh anak.

Menyiapkan tempat bermain dan mendongeng yang kondusif.

Menyiapkan dan menata media dongeng atau APE sesuai kebutuhan mendongeng dan APE-APE lain yang relevan dan sesuai dengan dongeng yang disajikan untuk kegiatan anak setelah mendongeng (secara rinci dapat dilihat pada modul sebelumnya).

b. Pijakan sebelum mendongeng


Pada saat anak berkumpul, pendidik dapat mengkondisikan anak agar tenang, menyanyikan lagu anak-anak (langsung atau mengikuti suara kaset), dan bermain tepuk bervariasi.

Pendidik menyampaikan aturan main sebelum mendongeng dengan cara yang menyenangkan, misalnya dengan meminta kesepakatan anak tentang aturan, sikap dan perilaku anak pada saat mendengarkan dongeng.

Pendidik bersama anak menyepakati atau menetapkan aturan-aturan permainan.

Pendidik dapat menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan tema dan isi dongeng yang akan disajikan sesuai pengalaman anak. Pendidik mengenalkan tokoh-tokoh dongeng agar anak dapat memahami alur, isi, dan karakter masing-masing tokoh dongeng.

c. Pijakan selama mendongeng


Pendidik menyajikan dongeng sesuai dengan rencana pembelajaran atau skenario yang telah disusun.

Pendidik memberi kesempatan kepada anak menyimak dan memahami isi dongeng dengan memberikan pertanyaan sederhana agar anak merasa dilibatkan dalam dongeng yang disajikan.

Pendidik melanjutkan kegiatan mendongeng sampai dongeng selesai disajikan sambil memperhatikan sikap dan perilaku anak saat didongengkan.

Pendidik menyampaikan hikmah yang dapat dipetik oleh anak sebagai wujud penyampaian pesan moral kepada anak dari dongeng yang disajikan.

Pendidik memberi dukungan dan bimbingan berupa pertanyaan positif tentang isi dongeng dan apa yang harus dilakukan anak dalam kegiatan sehari-hari baik di sekolah atau di rumahnya, memancing dengan pertanyaan terbuka untuk merangsang perkembangan anak, serta memberikan bantuan pada anak yang membutuhkan.

Pendidik memberikan dukungan untuk mengembangkan sosialisasi dengan temannya.

Pendidik mengamati dan mencatat kegiatan anak saat melakukan dialog dan interaksi, baik dengan pendidik maupun dengan teman-teman sebayanya. Untuk melihat perkembangannya dan mendokumentasikan perkembangan anak. Jangan lupa mencatat nama dan tanggal evaluasi.

d. Pijakan Setelah Mendongeng


Pendidik mengajak anak untuk sama-sama membereskan media atau APE dongeng yang telah digunakan (bila ada).

Sebelum anak-anak pulang, pendidik melakukan tanya jawab tentang isi dongeng dan hal-hal lain yang telah dilakukan dengan maksud untuk membantu anak mengingat kembali pengalaman mainnya dan saling mendongengkan pengalaman mainnya (recalling).

Pendidik mengajak anak untuk berdoa, bernyanyi, dan datang pada pertemuan berikutnya untuk mendongeng kembali


Penilaian Kegiatan Mendongeng

dongeng_gambar-removebg-preview (1).pngPendidikan harus dimulai sejak dini, karena pendidikan anak usia dini sangat menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak dapat mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki sesuai tahap perkembangannya. Berdasarkan Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1 tentang Perlindungan Anak dinyatakan bahwa “Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya”.


Sedangkan menurut Direktorat PAUD 2005 (dalam Yamin dan Jamilah, 2013), “Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling mendasar dan menempati kedudukan sebagai golden age dan sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manusia. Rentang anak usia dini dari lahir sampai usia 6 tahun adalah usia kritis sekaligus strategis dalam proses pendidikan dan dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan seseorang selanjutnya, artinya pada periode ini merupakan periode kondusif untuk menumbuh kembangkan berbagai kemampuan, kecerdasan, bakat, fisik, kognitif, bahasa, sosio emosional dan spiritual anak.


Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa anak merupakan aset negara yang akan membawa suatu negara kearah yang berkembang, untuk menciptakan generasi sumber daya manusia yang berkualitas, maka pendidikan harus melakukan rangsangan sejak usia dini. Salah satu aspek perkembangan yang penting bagi anak usia dini adalah bahasa, karena dengan bahasa anak mampu menyampaikan pesan kepada teman, pendidik, orang tua dan sebagainya. “Oleh sebab itu bahasa perlu diajarkan dan ditanamkan sejak dini kepada anak” (Dhieni, dkk 2011).


Keterampilan menyimak anak dalam mendengarkan dongengmenyimak-removebg-preview.png merupakan keterampilan yang paling awal dilakukan. Pernyataan ini didukung oleh pendapat Dhieni dan Pridani (2007) yang mengatakan bahwa “Keterampilan menyimak merupakan salah satu berbahasa awal yang harus dikembangkan pada anak dan perlu diberikan stimulasi dengan tepat supaya dapat memotivasi anak untuk belajar dengan semangat sehingga tujuan belajar dapat tercapai”. “Kegiatan menyimak diawali dengan mendengarkan dan pada akhirnya memahami apa yang disimak”. (Saddhono & Slamet, 2014).


Jadi untuk mengetahui partisipasi anak dalam kegiatan menyimak seperti: (1) mampu menjawab pertanyaan dari dongeng yang telah didengar; (2) mampu menganalisis kejadian-kejadian dari dongeng yang telah didengar dan (3) mampu membuat generalisasi dari dongeng yang telah didengar. Pengembangan keterampilan menyimak dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan, salah satunya adalah mendongeng.


Anak-anak perlu belajar menyimak kritis karena menyimak kritis adalah kemampuan anak dalam; (1) menganalisis apa yang didengar; (2) membuat generalisasi berdasarkan apa yang didengar; (3) membuat sebuah keterangan tentang hal tersebut, (Bromley dalam Dhieni, dkk 2011).

No comments

Powered by Blogger.