Mendongeng Dalam Pembelajaran

 Mendongeng Sesuai Aspek Perkembangan

Bapak/Ibu pendidik PAUD, mendongeng dipandang memiliki beberapa keterhubungan dengan perkembangan anak usia dini. Hal inilah yang kemudian menjadikan mendongeng dijadikan salah satu pola pendidikan anak usia dini. Banyak ahli telah mengemukakan fungsi mendongeng bagi perkembangan anak. Beberapa fungsi penting mendongeng bagi perkembangan anak usia dini tersebut dikemukakan Musfiroh (2008); Majid (2005); dan Freeman (2010) sebagai berikut :


A. Mengembangkan kesadaran moral bagi anak


Dongeng adalah cerita fiksi yang disusun dengan tujuan utama sebagai media transfer moral. Menurut pandangan ilmu sastra, dongeng sebenarnya merupakan karya sastra klasik yang tidak diketahui siapa penulisnya.


B. Mengembangkan imajinasi anak


Dongeng merupakan karya fantasi yang sifatnya imajinatif walaupun di sisi lain juga memiliki sifat kebermanfaatan. Bertemali dengan sifat imajinatifnya yang sangat kuat, dongeng dapat digunakan untuk mengembangkan daya imajinasi siswa (Parkinson, 2011).


C. Mengembangkan kemahiran berbahasa anak


Kemahiran berbahasa anak mencakup beberapa komponen penting yakni : menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dalam kaitannya dengan mendongeng, mendongeng dipandang memiliki potensi untuk digunakan bagi pengembangan kemahiran menyimak  dan berbicara anak.


D. Mengembangkan Fisik Motorik Anak


Mendongeng dipandang hampir tidak memiliki keterkaitan dengan perkembangan fisik motorik anak. Namun demikian, kegiatan kreatif mendongeng sebenarnya memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan fisik motorik anak.


E. Mengembangkan Keterampilan Sosial Emosional Anak


Keterampilan sosial emosional merupakan salah satu standar perkembangan yang penting dipenuhi oleh anak usia dini. Keterampilan ini berhubungan erat dengan kontrol diri, motivasi, sikap, percaya diri, empati, sosial, kerja sama, dan berbagai keterampilan sosial emosional lainnya.


F. Mengembangkan Kognitif Anak


Isi sebuah dongeng tidak selalu hal yang bersifat imajinatif dan fiksional. Sebuah dongeng juga dapat berisi muatan sains, matematis, kewarganegaraan, maupun ilmu pengetahuan yang lain. Bertemali dengan isi dongeng yang diperdengarkan kepada anak usia dini ini, mendongeng sebenarnya akan efektif untuk digunakan mengembangkan aspek kognitif anak (Brand dan Danato, 2001).


Kendala Guru dalam Mendongeng

Bapak/Ibu pendidik PAUD, Mendongeng merupakan salah satu media yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran. Sebagai pendidik, guru sebisa mungkin menyiapkan diri untuk meningkatkan keterampilannya dalam mendongeng. Sama halnya dengan keahlian lain, kreativitas dalam mendongeng dapat dikuasai melalui berbagai proses yang dilakukan secara terus menerus, dan pendidik memiliki kesempatan ini karena lebih banyak berinteraksi dengan anak-anak sebagai audience dari dongeng yang akan kita sampaikan.


Sebagai makhluk sosial, manusia merupakan makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Secara naluri, manusia senang bercerita untuk mengkomunikasikan pemikiran dan perasaannya. Naluri dan kebiasaan ini sebaiknya menjadi modal awal untuk mengikis semua keraguan dan ketidakpercayaan diri yang sering menjadi kendala untuk mulai mendongeng.


Rasa ragu dan kurangnya kepercayaan diri; merasa diri tidak mampu adalah keadaan yang kerap muncul setiap kali kita tidak menguasai satu bidang, termasuk mendongeng. Artinya, jika hal-hal yang dibutuhkan dalam proses mendongeng, seperti bahan cerita dan media yang akan digunakan, sudah kita persiapkan dan kita kuasai, maka seharusnya rasa ragu dan sikap pesimis seperti itu hilang dengan sendirinya.


Keterampilan mendongeng, sebagai salah satu media pembelajaran yang akan sering digunakan di hadapan anak-anak, dapat diperoleh melalui proses latihan secara terus-menerus dengan mengacu pada tahapan dan langkah-langkah yang tepat.

No comments

Powered by Blogger.