Konsep Mendongeng
Mengapa Anda Harus mempelajari materi ini?
Pada topik pertama ini akan membahas tentang konsep mendongeng. Mendongeng merupakan aktivitas yang sering dijumpai pada proses pembelajaran anak usia dini. Dongeng digunakan oleh pendidik dalam rangka sebagai hiburan dan penanaman nilai karakter. Mendongeng merupakan warisan nenek moyang yang perlu dilestarikan karena banyak manfaat yang bisa dipetik dari kegiatan tersebut. Dengan mendongeng seseorang bisa menyajikan fakta-fakta secara sederhana. Kegiatan mendongeng tidak sekedar bersifat hiburan belaka, melainkan memiliki tujuan, manfaat dan fungsi dari mendongeng terutama dalam proses pembelajaran bagi anak usia dini.
Adapun tujuan dari pembelajaran ini adalah:
Peserta mampu menjelaskan pengertian mendongeng
Peserta dapat memahami tujuan mendongeng
Peserta mengetahui fungsi mendongeng
Peserta mengetahui manfaat mendongeng
peserta mengetahui istilah dongeng, mendongeng, bercerita dan berkisah
peserta mengetahui ciri-ciri dongeng
Peserta mengetahui klasifikasi dongeng
Setelah mempelajari topik ini, Anda diharapkan dapat mengetahui konsep dari mendongeng sebagai bekal awal dalam kegiatan mendongeng.
Kata mendongeng sering kita dengar, tapi apa sih mendongeng itu? Mari kita bahas !
Kata dongeng dalam kamus besar Bahasa Indonesia mempunyai arti cerita yang tidak benar-benar terjadi, misalnya tentang kejadian dan cerita zaman dahulu, seperti cerita para dewa. Bentuk verbal dari kata dongeng menjadi mendongeng mengandung arti menceritakan dongeng.
Menurut Huck, Hepler, dan Hickman, dongeng adalah segala bentuk narasi baik itu tertulis atau oral, yang sudah ada dari tahun ke tahun. “all forms of narrative, written, or oral, which have come to be handed down through the years” (1987). Jadi, dongeng adalah segala bentuk cerita-cerita yang sejak dulu sudah ada dan diceritakan secara turun-temurun. Dalam perkembangannya, hakikat mendongeng menjadi lebih luas. Mendongeng dapat diartikan sebagai bentuk menyampikan sebuah cerita yang temanya lebih luas dan tidak hanya pada cerita zaman dahulu. Tema-tema dapat mencakup berbagai aspek kehidupan. Ditambahkan oleh Fisher bahwa cerita atau narasi bukanlah merupakan cerita fiksi semata, tapi segala kejadian verbal maupun nonverbal yang memiliki sederet peristiwa yang diberi arti oleh para pendengarnya. (Littlejohn, Stephen W “Theories of Human Communication” Terjemahan PPS Unhas 1999)
Leave a Comment