Formula Estetik juga Masih Sama dengan Film Horor Kebanyakan - Tembang Lingsir (2019)
Tembang Lingsir bercerita tentang Mala (Marsha Aruan) yang sangat akrab dengan tembang 'Lingsir Wengi', tembang yang sering didengarkan dan diajarkan oleh ibunya sejak kecil. Menginjak umur 17 tahun, rumah Mala terbakar secara misterius dan ibunya. Akibat kejadian tersebut, Mala juga kehilangan suaranya akibat luka bakar di daerah leher. Setelah ibunya meninggal dan tidak punya siapa-siapa lagi, Mala tinggal di rumah pamannya, Om Gatot (Teuku Rifnu Wikana), dan istrinya, Tante Gladys (Meisya Siregar) bersama dua anak mereka, Daisy (Aisyah Aqilah) dan adiknya, Ronald. Kedatangan Mala tidak disambut baik oleh Daisy, yang sebenarnya teman kecil Mala. Hal tersebut karena beda lingkungan dan gaya antara Daisy dan Mala--Daisy orang pengikut tren, sementara Mala anak desa lugu. Beruntung Ronald yang memang tidak akrab dengan kakaknya menerima baik kedatangan Mala. Sejak kedatangan Mala, teror horor mulai muncul di rumah keluarga Gatot. Kejadian kejadian muncul, mulai dari sampai suara-suara aneh sampai suara kidung 'Lingsir Wengi' di tengah malam. Lantaran itu Mala dituding sebagai biang kerok munculnya hal-hal aneh tersebut, terutama oleh Mbok Rahma (Ida Zein), pengurus keperluan dalam rumah tersebut. Konflik semakin rumit di rumah keluarga Gatot saat Mala mengetahui bahwa dia punya saudara kembar fraternal (kembar tidak identik) yang tidak pernah dia kenal sebelumnya. Om Gatot sepertinya memiliki rahasia besar atas kejadian-kejadian aneh yang terjadi di rumah. Ada satu perkara lagi, di situasi gangguan kehidupan yang lebih baik, ada kemungkinan situasi bisa tenang dengan kemampuan Mala untuk mengidung 'Lingsir Wengi'. Sebelum meninggal, Mala pernah diberitahu bahwa tembang Lingsir Wengi adalah kidung yang diciptakan untuk menghadapi situasi yang mengerikan. Tapi Mala sudah tidak bisa berbicara sejak kebakaran itu? Bagaimana cara mengidung Lingsir Wengi?
Film ini memiliki gambar yang cukup memanjakan mata, namun demikian efek visual yang digunakan terlihat kurang halus. Formula estetik juga masih sama dengan film horor kebanyakan. Penggambaran sosok hantu pun kurang mengerikan dan tampak aneh, namun tertolong musik latar dan jump scream-nya mengagetkan penonton di bioskop hingga terdengar jeritan di sana-sini.Tembang Lingsir secara keseluruhan menghibur serta mampu meneror penontonnya, namun ceritanya masih kurang memiliki motif kuat dalam menghadirkan tokoh-tokohnya. Film ini sebenarnya masih memiliki potensi cerita yang dapat dikembangkan jauh lebih baik lagi. Setidaknya, film ini juga mampu memberikan pesan kuat untuk membahagiakan keluarga tidak selalu diukur dengan materi, namun bagaimana saling menjaga satu sama lain, serta bersyukur dengan apa yang dimiliki tanpa rasa gengsi.
Leave a Comment