Mengandalkan Atmosferik Dibanding Jumpscare Denting Kematian (2020)
Seorang mahasiswa dan penari berbakat menerima kado ulang tahun istimewa dari ayah dan ibunya.
Ia menerima kotak musik tua yang memiliki suara sangat merdu. Karena sangat menyukai hadiahnya, sang gadis pun membuka kotak musik itu hampir tiap malam.
Namun tak lama berselang, serangkaian peristiwa aneh mulai terjadi dalam kehidupannya.
Di hari ulang tahunnya yang ke-18, Tyas mendapat kado berupa kotak musik dari orang tuanya, pak Jiwo dan bu Lastri. Kebahagiaannya seolah berlipat ganda saat Oscar turut menyatakan cintanya dan mengajaknya berpacaran.
Namun yang terjadi justru di luar harapan. Satu persatu orang di sekitar Tyas menemui ajalnya secara misterius. Bagus, sahabat Tyas yang diam-diam mencintainya, berusaha untuk menyelidiki kejadian tersebut sebelum Tyas sendiri ikut celaka. Tanpa disangka, Bagus harus berhadapan dengan fakta yang menghancurkan hatinya.
Untuk aspek horrornya, film ini lebih mengandalkan atmosferik dibanding jump scare. Padahal setan yang ditampilkan di sini pun sudah sangat bagus karena nyeremin. Malah porsi penampakannya mungkin sekitar dua puluh lima persen karena didominasi oleh drama, dan horrornya kira-kira baru dimulai di pertengahan film. Ditambah scoringnya juga gak lebay-lebay banget. Saya justru merasa ini horror yang lebih kental unsur misterinya.
Tapi tetap saja ada beberapa lubang kecil dari segi penceritaan. Ya walaupun masih bisa ditutupi dengan kelebihan-kelebihannya sih. Sehingga film ini setidaknya layak untuk dikonsumsi dan harusnya menjadi standar terendah untuk film-film RA Pictures selanjutnya. Jadi ada beberapa detail yang tidak dijelaskan. Seperti di film ini ada kaitan antara kotak musik dan si setan. Tetapi saya tidak memahami seperti apa awal mula hal itu terjadi. Lalu juga tidak dijelaskan mengapa kotak musik itu bisa mengantarkan orang ke petaka. Dan di awal film juga sempat ada adegan dengan setting masa lalu, yang mana ada seorang perempuan yang melakukan aborsi. Nah di situ si dukun aborsi menyuruh untuk memutarkan kotak musik supaya si bayi cepat gugur, tapi tidak dijelaskan apa hubungannya. Tiba-tiba berlanjut ke adegan ada bayi yang dilahirkan dan semakin membuat saya bingung dan bertanya-tanya apakah ini wanita hamil yang sama karena sangat tidak sinkron ketika sebelumnya ngomong aborsi, selanjutnya malah melahirkan. Serta ada lagi satu adegan seorang anak dan bapak jatuh dari lantai dua. Tidak dijelaskan juga bagaimana bisa mereka jatuh dan kenapa si anak bisa selamat dari kejadian itu.
Cerita yang biasa aja, jump scare yang tidak spesial, hingga akting sebagian pemain yang buruk, semua lengkap bisa ditemui di sini. Sampai bingung harus me-review seperti apa mengingat “Denting Kematian” adalah tipikal film horor lokal berkualitas di bawah rata-rata.
Satu-satunya nilai plus adalah plot twist yang disajikan. Jika alurnya sedikit diulur tentu bisa tertebak. Untung di sini sutradara Rudy Soedjarwo langsung me-reveal kejutan tersebut sebelum saya pribadi sempat menyimpulkan.
Leave a Comment