Komedi yang Dihadirkan Ramah dan Menarik Lagi-Lagi Ateng (2019)
Film ini diawali dengan Ateng dan sahabatnya, Iskak (Soleh Solihun), yang dikisahkan pergi ke Jakarta untuk pertama kalinya. Di sana, mereka menginap di hotel mewah dan modern. Tanpa disangka, Ateng bertemu dengan Agung yang memiliki wajah serta bentuk tubuh yang sama dengan dirinya.
Mereka pun kaget bukan main. Iskak dan Cemplon (Julie Estelle) juga sama terkejutnya dengan mereka. Akhirnya, terkuaklah kenyataan bahwa Ateng dan Agung adalah saudara kembar yang telah terpisahkan sejak mereka masih bayi. Ateng yang tinggal dengan ayah, sementara Agung yang hidup dengan ibunya, memutuskan untuk bertukar tepat untuk bertemu dengan orang tua yang belum pernah mereka ketemui.
Tentu saja, karena film ini merupakan film komedi, hal penting yang harus ada dalam film komedi adalah lelucon. Namun, berbeda dari film komedi biasanya yang kebanyakan memiliki unsur vulgar. Dalam film Lagi-lagi Ateng justru sebaliknya. Film ini ramah anak-anak dan memiliki nilai moral tentang keluarga.
Lagi-lagi Ateng berhasil meramu dua unsur yakni komedi dan drama keluarga menjadi satu resep yang pas. Makanya sepanjang film, enggak hanya tawa saja yang merebak. Sensasi haru pun akan turut serta kalian rasakan. Sang sutradara berharap bahwa filmnya ini enggak hanya menghibur, tetapi juga bisa memberikan pesan positif yang menginspirasi.
Sementara itu, rekannya Soleh Solihun juga berhasil membawakan karakter orang Jawa dengan sifat yang konyol dan centil sekaligus. Meskipun Soleh mengaku susah menghilangkan logat Sundanya, tetapi penampilannya dalam Lagi-lagi Ateng juga patut diacungi jempol.
Selain Augie dan Soleh, ada juga Julie Estelle sebagai Cemplon, Surya Saputra dan Unique Priscilla sebagai orang tua Ateng dan Agung, Catherine Wilson sebagai Jeng Iis, dan Rohana Srimulat sebagai Mbok Sutinah. Meskipun ada beberapa dialog yang "kentang" alias gagal humoris, namun semua pemain telah berhasil membawakan perannya masing-masing dengan baik serta menghibur.
Alur cerita film ini tidak terlalu cepat, namun tak juga dibuat-buat lambat. Tak sekedar bergenre keluarga dan komedi, sedari awal film ini ditujukan sebagai tribut untuk Ateng dan Iskak. Memori penonton, khususnya orangtua akan kedua komedian ini perlahan-lahan membuat nostalgia akan masa kecil mereka yang menyenangkan.
Leave a Comment