Cocok Untuk Semua Kalangan Buku Harianku (2020)

Film ini bercerita tentang Kila, seorang anak yang memiliki kebiasaan menulis di buku harian. Dia akan mencurahkan semua isi hatinya di situ. Buku harian itu sudah seperti sahabat yang selalu ada untuknya.

Suatu hari, mereka sekeluarga berencana untuk liburan. Sayangnya, rencana berubah. Tidak hanya liburan yang batal, Kila untuk sementara juga harus dititipkan ke rumah kakeknya di Sukabumi.

Hal itu sedikit banyak membuat hubungan Kila dan orangtuanya renggang. Belum lagi kakeknya yang tidak begitu suka dengan anak kecil. Kakek menganggap anak kecil sebagai pengganggu.

Benar saja, awal-awal hubungan kakek dan Kila tidak begitu baik. Misal saat kakek memberi makan Kila dengan sayuran. Kila menolak dan tidak mau makan. Kakek sepertinya agak tersinggung dan berkata, “Kenapa? Tidak suka makanan desa?”

Di rumah kakeknya, Kila juga bertemu lagi dengan teman lamanya bernama Rintik yang merupakan seorang penyandang disabilitas. Rintik tidak bisa berbicara. Pertemuan itu ternyata membawa mereka menuju petualangan yang tidak pernah mereka duga sebelumnya.

Selain Kila yang menjadi tokoh utama, film Buku Harianku juga menggandeng aktor senior Slamet Rahardjo yang memerankan kakek Kila.

Di sisi lain, kakek juga sepertinya sedang mendapat tekanan dari orang kaya untuk menjual peternakannya. Namun kakek masih menolak. Ini kisah tentang cara mempersatukan keluarga dan juga persahabatan sejati.

Film ini mempunyai subplot yang dirasakan oleh penonton. Plot utama film berjalan dari kegembiraan situasi keluarga kecil Kila di rumahnya. Menyuguhkan relasi antara Kila dan ibunya dari awal film, ternyata hubungan harmonis yang terlihat malah terasa begitu dahsyat melalui hubungan Kila dan Kakek Prapto.

Dari awal, Kila dan kakeknya memang merasakan saling salah paham yang menyebabkan situasi emosional antara keduanya enggak harmonis. Kila sebagai anak perempuan yang mencoba beradaptasi dari kota ke desa merasa semua hal yang ada di desa jauh dari ekspektasinya. Kakek Prapto sebagai mantan tentara dan disegani oleh warga desa, mencoba mengasuh Kila dengan cara yang keras.

Hubungan antara cucu dan kakek ini memperlihatkan rasa cinta yang enggak eksplisit. Akan tetapi dengan adanya love-hate relationship tersebut, film Buku Harianku merepresentasikan rasa cinta dengan caranya sendiri.

Buku Harianku mengisahkan petualangan Kila dan hari-harinya. Ketika membicarakan sebuah petualangan dan genre musikal, kita dapat langsung berekspektasi tinggi dengan lagu dan tarian apa yang disuguhkan film tersebut. Film ini terasa tepat dengan menggunakan genre musikal sebagai cara berkomunikasi pada penonton.

Buku Harianku berkomunikasi lewat lagu dan gestur yang membentuk tarian. Enggak banyak dialog, enggak bertele-tele, dan langsung to the point. Dari aransemen lagu hingga gerak tarian yang seakan-akan berkomunikasi dengan penonton, membuktikan bahwa Angling Sagaran selaku sutradara menggarap film ini dengan matang.

Secara garis besar, film Buku Harianku mempunyai cerita yang cukup sederhana. Film ini hanya menceritakan kehidupan Kila melalui buku hariannya. Namun, di dalam petualangan itu sudah banyak mencakup nilai-nilai serta edukasi yang enggak mainstream. Contohnya, edukasi tentang penyakit Alzheimer.

Cerita sederhana yang dibalut dengan nilai-nilai serta edukasi tersebut menjadi aspek menarik dalam film. Dapat dibilang, film ini menyisipkan edukasi dengan enggak menggurui penontonnya. Oleh sebab itu, bukan hanya untuk anak-anak, Buku Harianku juga cocok untuk semua kalangan.

TRAILER HERE

No comments

Powered by Blogger.