Review Film The Sacred Riana: Beginning

 

Riana kecil hidup bersama ayah dan ibunya yang menjalankan bisnis "kematian". Rumah mereka adalah rumah duka. Ayahnya (Prabu Revolusi) menjual peti mati sedangkan ibunya (Citra Prima) adalah perias mayat. Riana sering mendapatkan ejekan dari temannya dan kurang perhatian dari orangtuanya sehingga dia tumbuh menjadi anak yang pendiam dan tidak bisa bersosialisasi dengan anak lainnya. Sementara, dia bisa melihat hantu di sekitarnya.
Suatu hari keluarga Riana harus pindah ke rumah Om Johan (Willem Bevers) karena rumah duka mereka dilanda kebakaran. Om Johan kebetulan adalah pengusaha barang antik. Di sanalah Riana bertemu boneka yang disusupi arwah anak perempuan berwajah Belanda bernama Annie (Brooklyn Alif Rea). Meski Riana bersikeras boneka yang diberinya nama Riani itu tidak jahat, namun kejadian demi kejadian buruk menimpa keluarga mereka.
Kondisi Riana yang "berbeda" membuat orang tua dan guru Bimbingan Penyuluhan, Bu Klara (Aura Kasih), prihatin. Klara pun tidak keberatan membantu Riana "sembuh". Klara tidak sendiri, dia membawa tiga anak indigo lainnya yaitu Lusi (Agatha Chelsea), Hendro (Anggrean Ken) dan si kecil Anggi (Ciara Nadine Brosnan) untuk menemani Riana di rumah.
Masing-masing teman baru Riana memiliki latar mereka masing-masing. Mereka kemudian harus berhadapan dengan musuh yang sosoknya cukup mengerikan bagi anak-anak peremuan. Serial killer ini ingin merebut Riani dari Riana ketika semua orang percaya bahwa Riani adalah hantu jahat. 
Film ini berdurasi sekitar 2,5 jam, cukup lama. Perjalanan ceritanya memang cukup detail mulai dari kembang tumbuh Riana, pertemuan Riana dan Riani, perkenalan karakter-karakter sahabat baru Riana hingga klimaks dan anti klimaks. Pada babak-babak awal, saya menikmati alur cerita yang membuat saya mengerti kenapa Riana berbeda. Sequence cerita dibangun dengan rapi. Namun pada babak-babak sepertiga akhir, saya mulai merasa ingin segera keluar dari bioskop. Ini karena penyelesaian klimaks yang menurut saya timpang dengan pembangunan konflik yang cukup bagus di awal.
Di akhir, saya merasa pembangunan tokoh berikut latarnya menjadi sia-sia ketika ada tokoh pada akhirnya tewas demi efek dramatis menolong Riana (padahal mereka bisa aja melarikan diri bersama, misalnya). Bagi saya, sangat sayang jika tokoh-tokoh yang latarnya kaya itu harus mati padahal mereka potensial digali lagi. Belum lagi, kematian salah satu tokoh juga cukup ganjil. Tidak ada penjelasan yang masuk akal pula dari mana tokoh itu tahu cara "menyelesaikan" musuh mereka di detik-detik terakhir sebelum kematiannya.
Soal menakutkan atau tidak, film ini punya jump-scare yang khas dengan suara yang dibuat hantu ketika dia akan muncul. Cara yang sama yang digunakan Ibu di film 'Pengabdi Setan' atau hantu di 'Conjuring'. Namun seringkali, tokoh yang hampir semuanya punya bakat indigo itu bisa melihat hantu kapan saja tanpa memberikan clue pada penonton.
Film ini juga menyuguhkan beberapa adegan lawak, meskipun sehari setelah menonton saya sudah lupa apa kalimatnya (artinya tidak terlalu mengena). Tapi yang saya masih ingat adalah rasa gemas pada Anggi yang digambarkan tidak hanya pemberani tetapi juga lucu dalam film ini.
Film ini juga menggunakan make up hantu yang sedang kekinian, putih dengan gigi-gigi tajam ala Valak. Bedanya hantu-hantu di film ini berbincara dan fasih berbahasa Belanda, tak seperti Valak yang awalnya hanya menatap ngeri pada 'Conjuring 3' dan jadi bawel dalam Bahasa Inggris di 'The Nun'. Soal bahasa, make up dan cast, saya memang harus angkat topi karena seluruhnya sangat menggambarkan setting masa lalu Riani dengan baik.
Soal pengambilan gambar, film ini juga patut diberi pujian karena efek tambahannya tidak terlalu terlihat (karena mungkin nggak terlalu banyak juga). Efek tambahan ini diperlukan untuk menunjang kebutuhan gambar ketika Riana dan Riani menunjukkan kebolehannya bak menggunakan mantra Wingardium Leviosa Harry Potter.
Di film ini kamu akan melihat asal-usul bagaimana Riana menjadi sosok yang misterius. Kisahnya dari kecil hingga dewasa akan ditampilkan dan membuat penonton penasaran, kenapa Riana tidak mau berbicara. Namun film ini bukan dari kisah nyata melainkan fiksi.
Berbicara alasan kenapa Riana tidak mau bersosialisasi, kamu akan mendapatkan jawabannya di film ini. Kemudian bagaimana pertemuan pertama kali dia dengan boneka horornya, Riani. Hingga cerita di balik Riani dan roh-roh jahat yang meneror mereka.
Sacred Riana terkenal tidak pernah bicara, namun dalam film ini dirinya mendapatkan skrip walau porsinya tidak terlalu banyak. Dirinya berperan sama seperti di panggung yang suka menggerakan leher dan tangan secara tiba-tiba.
Siap-siap juga karena Billy Christian akan mengejutkan dengan beragam adegan jumpscare. Di sini ia mengenalkan beberapa karakter hantu yang cukup menyeramkan yaitu Bava Gogh yang diperankan oleh Carlos Camelo. Ia merupakan hantu pria dengan pakaian bergaya Eropa dengan gigi yang super tajam. Giginya mirip dengan badut dalam film It, Pennywise.
Selain Bava Gogh akan muncul hantu wanita tanpa kepala yang akan mengagetkan kamu. Kemudian ada wanita dengan dress dan payung hitam yang muncul dari lukisan, tuyul rupanya mirip dengan Toshio. Namun yang paling membuat kalian ngeri adalah Bava Gogh dan wanita tanpa kepala.
Dalam fim ini penuh efek, walau  belum sempurna setidaknya penampakan Bava Gogh yang muncul dari kegelapan cukup mencekam, kemudian wanita tanpa kepala tampak nyata. Sayangnya efek-efek background taman bermain masih perlu dibenahi, tapi adegan-adegan dalam tenda sirkus sukses mengundang rasa takut.

No comments

Powered by Blogger.