Review Film The Kissing Booth 2

Di akhir film pertamanya, Elle dan Noah berpisah di bandara karena Noah harus menempuh pendidikan. Hubungan mereka yang tadinya sangat romantis dan menyenangkan, harus menghadapi fase baru hubungan jarak jauh yang gak pernah dirasakan sebelumnya.

Hal ini merupakan tantangan yang sulit bagi Elle yang sangat merindukan Noah namun tidak ingin jadi pacar yang clingy. Dia akhirnya mencoba menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan sekolah, Lee, dan juga Rachel.

Ditengah kerinduannya bertemu kekasih, Elle menyadari bahwa Noah memiliki kehidupan baru di masa perkuliahannya. Chloe, teman Noah yang merupakan supermodel membuat Elle sangat cemburu.

Dirinya mulai merasa takut Noah akan melupakannya karena terlalu asyik dengan kehidupan barunya. Elle yang, sekali lagi, tidak ingin jadi pacar clingy akhirnya memilih memendam kecemburuannya.

Di tahun terakhir masa SMA, Marco (Taylor Zakhar Perez) hadir sebagai anak baru yang mencuri perhatian. Marco merupakan sosok anak muda tengil nan seksi yang punya segudang talenta.

Bisa menyanyi dan main alat musik, keberadaannya berhasil membuat heboh seantero sekolah. Semua cewek memuja Marco dan mengincarnya, kecuali Elle yang tidak tertarik sama sekali.

Setelah sukses besar dalam charity sebelumnya, Elle dan Lee diminta untuk membuka kembali Kissing Booth di sekolah mereka. Namun, kali ini mereka harus bisa meyakinkan Marco untuk ikut serta. Yang awalnya gak mau berhubungan dengan Marco sama sekali, Elle terpaksa harus membujuk Marco untuk ikut Kissing Booth.

Hubungan jarak jauh memang gak mudah. Elle sibuk dengan acara charity di sekolahnya, sementara Noah juga sibuk dengan kehidupan barunya di Harvard. Hubungan keduanya akhirnya merenggang dan Elle bingung harus mempertahankan Noah atau justru mempertahankannya.

The Kissing Booth 2 dipastikan akan jauh lebih menarik dibanding film pertamanya. Di sini, character development tiap pemainnya sangat kentara mengingat Elle, Lee, Noah dan Rachel yang sudah bertambah usia. Ada juga dua pemeran baru yang tak kalah penting yakni Marco dan Chloe yang memberikan warna baru dari The Kissing Booth 2 yang awalnya hanya berputar pada kehidupan Elle-Lee-Noah saja.

Di film ini hubungan Lee dan Rachel juga akan lebih disorot. Bukan hanya bagaimana point of view Elle, tapi perasaan Lee yang harus memilih pacar atau sahabat juga sukses bikin baper. The Kissing Booth 2 menyajikan kisah cinta anak muda yang super lengkap dengan humor yang segar dan relevan.

Di tengah situasi yang penuh dengan ketegangan, depresi, dan keputusasaan karena dampak pandemi, kami rasa sedikit suntikan cinta lewat film komedi romantis seperti “The Kissing Booth 2” bisa menaikkan mood-mu. Film “The Kissing Booth 2” adalah sebuah tontonan bergenre romantis, komedi, yang cocok untuk anak-anak remaja yang memang sedang jatuh hati. Masih disutradarai oleh Vince Marcello, film ini mendapatkan nilai rating Rotten Tomatoes sebesar 27%. Nilai yang sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan film pertamanya. Berkutat pada hubungan antara 2 tokoh utamanya yakni Elle Evans (Joey King) dan Noah Flynn (Jacob Elordi) yang harus menjalani long distance relationship, para penonton disajikan dengan pergolakan batin dan sulitnya menjalin hubungan jarak jauh.

“The Kissing Booth 2” ini juga menceritakan bagaimana seorang gadis yang memiliki perasaan bimbang dan harus menentukan pilihan. Elle Evans, karakter utama dalam film ini dihadapkan dengan keputusan sulit dalam memilih Lee Flynn atau Noah Flynn. Hubungan Flynn bersaudara juga dipertaruhkan lewat cinta segitiga yang rumit. Cerita ini memang mungkin terjadi di dunia nyata, apalagi di film, Elle diceritakan mengejar cita-cita masuk ke universitas impiannya untuk mewujudkan mimpinya, dan ibunya. Bagi anak-anak muda yang memang ingin bersekolah bersama dengan pujaan hati mereka, “The Kissing Booth 2” bisa jadi sangat relatable. Selain itu, plot sekuel dari Kissing Booth tersebut menceritakan bagaimana memiliki teman lawan jenis dapat memicu pecahnya sebuah hubungan cinta.The Kissing Booth 2 Review

Banyak mengambil perspektif cinta segitiga, alur ceritanya sendiri mudah ditebak. Bila dinilai dari ramuan plot film romantis, film ini sedikit mengingatkan kami dengan film “Isn’t It Romantic” yang dibintangi oleh Rebel Wilson pada 2019 lalu. Meskipun banyak kekurangan dari segi alur cerita, drama ini cukup mengobati kerinduanmu pada genre komedi romantis. Tanpa perlu pergi ke bioskop, film tersebut sudah bisa disaksikan di jaringan streaming film digital yakni Netflix. Tontonan ini cocok buat kamu yang ingin sajian ringan tanpa perlu menebak alur dan nasib tokoh berikutnya. 

No comments

Powered by Blogger.