METODE PEMBELAJARAN SENI RUPA

A. PENGERTIAN 

Metode Pengajaran pada hakekatnya merupakan penerapan prinsip- prinsip psikologis dan prinsip- prinsip pendidikan bagi perkembangan peserta didik. Metode yang bersifat interaksi edukatif selalu bermaksud mempertinggi kualitas hasil pendidikan dan pengajaran di sekolah. 
Metode pengajaran membicarakan bagaimana membelajarkan siswa sesuai dengan harapan- harapan dan mewujudkan perubahan positif. 
Metode merupakan kegiatan menata dan mengelola pelaksanaan pengajaran yang efektif yang melibatkan segala bentuk interaksi antara siswa, guru, dan sumber belajar. 

B. Tujuan Penggunaan Metode
Tujuan metodologi pengajaran adalah untuk merencanakan dan melaksanakan cara – cara yang efektif untuk mencapai tujuan. Dasar metode yang tepat adalah relevansinya dengan tujuan/sasaran yang di rumuskan. Yang mana indikatornya adalah kualitas hasil pembelajaran dalam proses pembelajarannya.
Pembelajaran seni dapat menggunakan metode seperti ceramah, demonstrasi, multimedia, slide, pameran, belajar partisipasi, diskusi, resitasi, latihan, kerja kelompok, kerja kreatif, imitasi, kritik seni dll.

C. Jenis- jenis metode pembelajaran khusus seni rupa
Metode pembaljaran yang digunakan dalam proses pembelajaran sangatlah beragam, namun secara garis besar dari ragam metode yang ada dibagi menjadi dua, yaitu metode untuk pembelajaran teoretik dan metode untuk pembelajaran praktek. Hal ini ditegaskan Sukmadinata (2004: 269-270) bahwa meteode pembelajaran dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Pembelajaran Teori
a. Pembelajarn ekspositorik: ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi
b. Pembelajaran kegiatn kelompok: diskusi, diskusi panel, kerja kelompok, simulasi, bermain peran, dan seminar)
1. Pembelajaran berbuat (eksperimen, pengamatan, penelitian sederhana, dan pemecahan masalah).
2. Pembelajaran praktek
a. Pembelajaran praktek di sekolah
b. Pembelajaran praktek di lingkungan kerja
Metode-metode di atas merupakan metode umum dalam proses pembelajaran. Selanjutnya dalam kesempatan ini akan dibahas metode khusus dalam pembelajaran pendidikan seni rupa.
De Francesco (1958: 133-141) membagi Metode mengajar pendidikan  seni rupa menjadi:
1. Pengajaran Langsung (Directed Teaching)
2. Ekspresi bebas (Free Expession)
3. Pengjaran Inti (Core Teaching)
4. Pengajaran berkorelasi (Correlated Teaching)

1. METODE EKSPRESI BEBAS
Dalam jenjang pendidikan dasar, metode ini kadang-kadang disalahartikan menjadi “menggambar bebas”, atau “menggambar sesuka hati”. Guru ada kalanya hanya mengintruksikan kepada anak-anak untuk melakukan aktivitas tanpa arahan dan tuntunan. Akibat yang terjadi adalah unsur ekspresi yang menjadi tuntutan dari metode ini terabaikan karena anak sering menyimpang dari tuntutan menggambar ekspresi. Jika kondisi di atas dibiarkan begitu saja maka dampak yang terjadi anak menjadi jenuh dan segan untuk mengikuti mata pelajaran pendidikan seni rupa. Corak gambar anak menjadi stereotype (bentuknya “begitu- begitu” saja, tak ada perkembangan). Objek gambar juga tidak banyak bervariasi, pada umumnya berkutat pada “sawah-gunung-matahari”.
Metode ekspresi bebas pada dasarnya adalah suatu cara untuk membelajarkan siswa agar dapat mencurahkan isi hatinya dalam bentuk karya seni rupa. Agar metode ekspresi bebas dapat tercapai secara maksimal, maka perlu dilakukan:
a. Tawarkan dan tetapkan beberapa pilihan tema sebagai perangsang daya cipta.
b. Tetapkan beberapa pilihan media/bahan yang cocok, misalnya cat air, oil pastel, tinta bak, cat plakat dan sebagainya.
c. Jelaskan jenis kertas serta alasan pemilihan kertas tersebut.
d. Jelaskan bentuk kegiatan menggambar tersebut, apakah bentuk sketsa atau berbentuk lukisan
Metode Ekspresi Bebas identik dengan metode Ekspresi-Kreatif (Jefferson, 1980) atau Metode Kerja Cipta (Tambrin, 1991: 46).
Jenis metode ini merupakan bentuk lain dari metode menggambar bebas yang disarankan oleh A.J Suharjo. Metode ini merupakan pengembangan dari pendapat Victor Lowenfield yang menganjurkan agar setiap guru yang bermaksud mengembangkan kreasi siswanya untuk bebas berekspresi (free expression). Dengan cara ini guru menjauhkan diri dari campur tangannya terhadap aktivitas yang dilakukan siswanya.
Atas dasar tesebut metode ini sering dinamakan Metode Ekspresi-Kreatif. Proses pelaksanaan metode ini berjalan secara informal dalam dunia  persekolahan. Kehadiran guru memiliki peranan sangat kecil bahkan hampir- hampir tidak diperlukan. Kondisi ini sangat berarti bagi siswa yang memiliki motivasi tinggi untuk belajar, namun bagi siswa yang memiliki motivasi rendah, kondisi ini dapat disalahgunakan untuk bermain-main. Kini mulai banyak dilakukan di sanggar-sanggar melukis.
Di sisi lain perlu disadari hakekat pendidikan yaitu “mengubah, membiasakan dan mengarahkan” prilaku anak ke arah yang positif. Untuk itu tentunya dalam sistem pendidikan memerlukan sejumlah piranti yang mengatur kegiatan tersebut. Guru harus senantiasa menegakkan kebebasan yang bertanggung jawab.
Metode kerja cipta cipta dapat diterapkan dalam kegiatan menggambar dekorasi, mendisain benda-benda kerajinan, menggambar reklame dan sebagainya. Dalam pelaksanaannya sebaiknya siswa ditunjang doleh keterampilan-keterampilan dasar dan menengah, karena keterampilan mencipta merupakan tingkat keterampilan mencipta merupakan tingkat keterampilan lanjut yang matang (complex adaptive skill).
Langkah-langkah kegiatan metode kerja cipta sebagai berikut:
a. Guru memberikan pengarahan yang berfokus pada kedudukan konsep dalam proses kelahiran suatu karya.
b. Siswa mencoba menuangkan suatu konsep pada disain gambar dekorasi, reklame atau barang-barang kerajinan yang akan dibuat.
c. Selama proses percobaan berjalan, guru menganjurkan agar sumbang saran antarsiswa terjadi.
d. Guru memberikan saran, petunjuk dan pengarahan mengenai konsep yang dikemukakannya serta memberi petunjuk dan jalan bagi para siswa yang mengalami hambatan.
 
2. Metode Demonstrasi- Eksperimen
Demonstrasi adalah kegiatan guru/instruktur memperagakan proses pembuatan suatu benda kerajinan. Misalnya cara memahat. Guru memperlihatkan cara memegang pahat, cara membuat pahatan lurus dan lengkung pada kayu, cara finishing, dsb. Murid memperhatikan. Eksperimen adalah siswa mencoba sendiri setelah memperhatikan suatu proses pengerjaan yang didemonstrasikan guru. Prinsip belajar: dengar/lihat, kerjakan, periksa.

3. Metode Mencontoh 
Metode mencontoh merupakan metode tertua terutama dalam seni kerajinan. Tiga abad sebelum tarih Masehi, di Yunani telah dipergunakan metode ini. Hingga sekarang keahadiran metode ini masih tetap populer dalam lapangan pendidikan sebagai mertode untuk menyampaikan berbagai jenis kegiatan kesenirupaan terutama jenis kegiatan motorik.
Metode ini banyak dilakukan di pusat-pusat pembelajaran seni zaman dahulu. Para cantrik (pemagang) biasanya dilatih para empu (guru) untuk meniru hasil karya gurunya. Semakin mendekati kualitas kerja gurunya, semakin berhasil para cantrik itu di dalam belajarnya. Dalam kursus-kursus melukis pun masih dijumpai penerapkan cara ini. Untuk belajar keterampilan motorik, cara ini dapat dilakukan.
Secara teori penerimaan penggunaan metode mencontoh ini didasarkan pada beberapa hal, yaitu:
a. Secara naluri, anak-anak belajar dengan cara mencontoh;
b. Mencontoh merupakan pekerjaan mudah serta ringan untuk dilakukan karena kurang menuntut keterlibatan rasa dan intelek.
c. Mencontoh dalam latihan kerja praktek kesenirupaan melibatkan aktivitas mata. Karena itu indra mata mendapat latihan yang pada gilirannya dapat mempertajam pengamatan.
d. Karena model yang dicontoh pada umumnya dalam keadaan diam dan tidak diubah-ubah bentuknya, maka kegiatan mencontoh dapat dilakukan secara berulang-ulang dalam kondisi yang sama. Dengan demikian latihan dapat menjadi efektif untuk tujuan meniru benda dimaksud.
Pihak yang menolak metode mencontoh memiliki argumen bahwa:
a. Mencontoh, apalagi dilaksanakan oleh orang lain dan dilakukan dengan berilang-ulang akan berakibat muncul rasa bosan, tidak menarik dan pada gilirannya akan menimbulkan rasa benci terhadap pelajaran yang diberikan.
b. Kebiasaan mencontoh akan menghilangkan kepercayaan dan tidak mengembangkan keberanian untuk mengemukakan pendapat dan akan mematikan kreasi.
c. Benda-benda duplikasi hasil mencontoh merupakan benda-benda usang yang tidak mempunyai daya tarik konsumen sehingga nialai komersialnya rendah.
d. Kemampuan mencontoh tidak sanggup membawa tantangan masyarakat yang selalu berubah.
Berdasaarkan kedua pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya metode mencontoh memiliki manfaat yang tinggi dalam meningkatkakan kemampuan motorik, sedangkan keterampilan mental dan kreasi tidak memiliki apa-apa. Dengan demikian, nampaknya penggunaan metode ini bersifat kondisional.
Baberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode mencontoh, diantaranya:
1. Metode mencontoh baik digunakan apabila ditujukan untuk:
a) latihan dasar keterampilan fisik;
b) memperoleh bentuk yang sama walaupun ukurannya diperbesar atau diperkecil;
c) memproduksi benda tradisiona 
d) Memahami proporsi dan anatomi yang tepat dari benda yang akan ditiru;
2. Kegiatan mencontoh harus memiliki makna bagi proses belajar siswa;
3. Mencontoh tidak dijadikan kebiasaan;
4. Untuk memberikan daya tarik kepada siswa, model yang akan ditiru sebaiknya dipilih sendiri oleh siswa;
5. Seyogyanya secara berangsur-angsur apa yang dilakukan oleh siswa berubah dari membuat duplikasi tepat menjadi modifikasi model yang dicontoh.
Yang termasuk jenis jenis metode mencontoh adalah:
a. Menjiplak dengan bantuan kertas karbon 
Prinsip pengerajaannya adalah memindahkan gambar semirip mungkin dari sebuah gambar pada sebuah selembar kertas ke kertas yang lainnya. Jumlahnya bisa banyak sesuai dengan kemampuan alat yang digunakan tersebut.
b. Menjiplak dengan bantuan kertas tipis 
Cara ini sebenarnya hampir sama dengan menggunaka karbon, hanya pengerajaaannya berbeda. Bila menggunakan karbon, gambar aslinya berada di atas kertas yang lain (kertas yang akan digambari baru), sedangkan bila menggunakan teknik menjoiplak dengan kertas tipis justru sebaliknya. Kertas yang akan digambari diletakan di atas kerta yang sudah ada gambarnya.
c. Menjiplak dengan bantuan sinar lampu 
Metode iani dilakukan bial gambar yang akan ditiru terdapat pada kertas yang agak tebal. Penggunaan sinar lampu menjadikan gambar yang akan ditiru tembus pandang.. Jenis kegiatan ini sering kali digunakan dalam pelajaran seni grafis misalnya kegiatan menyablon, yaitu pada waktu menjiplak gambar pada keratas gambar dengan menggunakan kertas kalkir atau kodaktris.
d. Metode menjiplak dengan bantuan alat proyektor
Cara ini dilakukan bia kita akan membuat gambar yang berukuran besar. Untuk itu diperlukan film slide yang memuat gambar yang akan kita tiru. Cara ini biasanya digunakan oleh para senirupawan yang berkecimpung dalam dunia reklame, namun dalam lingkungan pendidikan pun sering digunakan misalnya dengan OHP.
e. Metode mencontoh dengan bantuan skala garis atau skala berpetak
Proses pengerjaanya dilakukan pertama kita harus membuat memperkirakan berapa perbandingan pembesaran gambar yang akan ditiru. Kemudian Biuatlah petak-petak sesuai dengan skala yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada bagian akhir, kita meniru gambar keseluruhan dengan cermat.
f. Metode mencontoh dengan menggunakan alat pantograph
Penggunaan alat ini selain murah juga praktis. Penggunaan alat ini dapat memperbesar atau memperkecil gambar, kita tinggal mengatur posisi skalanya.
g. Metode mencontoh benda secara langsung
Metode mencontoh benda merupakan bagian dari metode mencontoh yang biasanya diterapakan pada menggambar bentuk (menggambar benda mati), menggambar model (menggambar manusia) dan membentuk model. Dari ketiga jenis kegiatan tersebut menuntut kita untuk menggambar dan membentuk secara visual-ralistis, apa yang kita gambar harus sesuai dengan apa yang kita lihat.
Tujuan dari metode ini adalah:
1. Untuk melatih siswa bekerja teliti dalam mengamati model atau benda yang akan digambar;
2. Untuk melatih siswa dalam mencari posisi atau sudut pandang yang baik dari model atau benda yang akan digambar atau dibentuk. Diharapkan memilih suatu yang baik menjadi kebiasaan sehari-hari;
3. Dengan model langsung benda, siswa dihadapkan pada kenyataan yang rasional sehingga tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang irasional dari gambar yang ditiru;
4. Melatih kepekaan rasa agar lebih sensitif terhadap keindahan sebab walau bagaimanapun menggambar benda langsung membutuhkan kepekaan rasa, perhitungan rasa yang cermat, tepat dan teliti.
Pengunaaan metode mencontoh benda langsung memerlukan keterampilan khusus dalam pengelolaan dan pengorganisasian kelas. Ada dua piliha, pertama kita bisa menggambar langsung di tempat terbuka (di luar kelas), kedua kita bisa menggambar langsung di dalam kelas.
                           
4. Metode Stick Figure 
Menurut Amir Hamzah Sulaiman, menyebutkan istilah metode ini adalah metode tongkat. Penggunaan metode ini biasanya dipakai dalam menggambarkan adegan gerak (action) manusia atau binatang. Sesuai dengan namanya, metode ini merupakan mpenyederhanaan bentuk atau wujud manusia tau binatang menjadi tongkata atau garis patah-patah sesuai dengan lekukan atau patahan pada persendian manusia atau binatang.
Ketika kita menjelaskan pemasalahan yang memerlukan sketsa dengan metode tongkat ini, kita perlu menguasai dan mengenal bentuk dan kaidah anatomis binatang atau manusia. Pada bagaian mana yang dapat terjadi perubahan gerak. Tentunya untuk mencapai hal itu kita perlu sering berlatih.
                                             
5. Metode Global
Metode global pada pendidikan seni rupa biasanya digunakan pada awal belajar menggambar bentuk. Tujuan utama pengunaan metode ini adalah agar anak dapat menangkap bentuk keseluruhan dari bentuk model yang disediakan (Garha, 1992). Secara teknis penggunaan metode global ini dibagi dua, yaitu metode global dengan teknik silhuet dengan metode global dengan teknik kontur.Metode global jenis silhuet ditinjau secara teknis dan psikilogis dipandang lebih mudah dari metode global dengan teknik kontur karena anak diminta untuk menangkap benda secara keseluruhan dengan mengabaikan bagian bagian detailnya. Metode global ini nampaknya cocok bagi siwa kelas yang sedang belajar pada tahap-tahap awal (kelas bawah).Metode global jenis kontur lebih cocok bagi siswa, mahasiswa atau ahli gambar teknik yang sudah memiliki kemampuan motorik. Secara teknis metode ini penggambar dituntut untuk menangkap benda serara global dan menyederhanakannya dalam bentuk gambar- gambar dasar (geometris) yang dibuat dengan goresan garis. Selanjutnya gambar yang sederhana itu kemudian dikembangakan untuk disempurnakan menjadi bentuk benda yang kompleks ( detail ).

6. Metode kerja kelompok
Jika metode ekspresi bebas atau kerja cipta pada bagian depan membahas kaitannya dengan aktivitas individual, maka metode kerja kelompok menekankan pada aspek sosial. Ada dua macam metode kerja kelompok, yaitu:
a) Metode Group Work (Kerja Kelompok Jenis Paduan);
Dalam kegiatan ini para siswa bekerjasama untuk menyelesaikan sketsa sebuah gambar besar yang sebelumnya telah dirancang oleh seorang temannya yang bertindak sebagai ketua kelompok sekaligus sebagai desainer. Dalam metode jenis ini jumlah anggota biasa genap atau ganjil. Pembagian tusgas berikutnya adalah sebagai berikut:
- Setelah siswa terbentuk menjadi sebuah kelompok, anggota kelompok menunjuk salah seorang anggotanya yang memiliki kemampuan menggambar untuk merandang gambar yang akan dibuat;
- Setelah sketnya selesai, ketua kelompok bertugas untuk mengatur serta memberikan penjelasan tentang tugas anggota kelompoknya; dan
- Selama anggota kelompok bekerja ketua tetap mengawasi dan ikut terlibat dalam menyelesaikan tugasnya.
b) Metode Collective Painting (Kerja Kelompok Jenis Kumpulan).
Perbedaaan antara metode kerja kelompok jenis padauan dengan jenis kumpulan adalah jumlah anggota harus genap dan pembagian tugas-tugas anggota kelompoknya. Pelaksanaan metode ini adalah:
- Setelah kelompok terbentuk, kertas-kertas kecil yang ukurannya sama sesuai dengan banyaknya jumlah anggota kemudian disatukan (direkat sementara dengan solatif);
Setelah kertas terbentuk, ketua kelompok membuat rancangan sket sesuai dengan rendana gammbar yang disepakati bersama. 
- Kemudiaan kertas yang sudah digambari tersebut dibagikan kembali kepada anggota kelompok untuk dikerjakan berdasarkan tugas masing-masing;
- Setelah masing-masing anggota menyelesaikan tugasnya, kertas kerja mereka kemudian ketua dan angota kelompok menggabungkan karyanya sesuai denganb rancangan sket semuala menjadi sebuah gambar yang ukurannya besar;
- Pada bagian tahap akhir, ketua dan anggota kelompok mengoreksi gambar agar gambar yang dibuat oleh anggota kelompok menjadin satu kesatuan yang utuh baik goresan garis, bentuk, bidang, warna dan sebagainya.
Pada saat anak mengerjakan tugasnya, kita dapat melihat perkembangan sosial setiap anak. Kita dapat mengetahui siapakah anakl yang banyak menanam saham pekerjaaanya, ide-idenya, bahkan siapakah anak yang justru mengganggu kelompoknya.

7. Metode- Metode dalam kritik seni 
Penggunaan metode sangat penting agar para siswa mengerti proses dalam kritik seni dan membawa mereka ke arah pemahaman dalam kriteria yang digunakan. Chapman (1978: 80) menyebutkan metode kritik seni dalam upaya mengembangkan kemampuan dan kepercayaan diri siswa dalam melakukan kritik seni. Metode-metode tersebut, yaitu: metode induktif, deduktif, emphatik dan interaktif. Penjelasan singkat berkaitan dari empat metode tersebut terangkum dari penjelasan Chapman (1978: 80-89), yaitu:
a. Metode Induktif 
Metode ini merupakan metode yang disukai dalam menilai karya seni. Pendekatan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan bukti-bukti visual yang mirip dengan teman Sherlock Holmes, Dr. Waston. Langkah-langkah Secara umum yang dikembangkan dengan mengumpulkan hasil pengamatan berupa inventory atau menghitung elemen visual dalam karya seni, menggambarkan hubungan antara elemen visual yang ada, ketika kita telah percaya behwa karya yang di bahwa diterima maka kemudian membuat ringkasan dari kesan dengan kata-kata. Ini penting untuk menghindari reaksi emosi atau terlalu dini dalam melakuan penilainan karya.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam melaksanakan metode ini adalah:
1. Gambarkan dasar karakter karya.
2. Gambarkan hubungan antar bagian.
3. Gambarkan wilayah “(tempat) dan kualitas keseluruhanya.
4. Tafsirkan aspek-aspek yangdihubungkan dengan pengalaman.
5. Tafsirkan dan ringkas ide, tema, kualitas ekprsi dari makna dari karya.
6. Evaluasi karya dengan kriteria kritik dan tunjukkan bukti-bukti untuk mendukung penilian
b. Metode Deduktif
Pendekatan deduktif ini sering disebut dengan nama pendektan Sherlock Holmes. Dia menjadi terkenal dengan kemampuannya untuk memecahkan kekeliruan dengan pengembangkan suatu teori yang mengizinkan untuk menarik suatu kesimpulan.
Orang-orang menganggap bahwa pendektan deduktif adalah sesuatu yang tidak alamiah (unnatural) dan bersifat membatasi (restrictive). Mereka berpendapat bahwa jika mengikuti aturan yang berkaitan dengan fakta-fakta,  maka seharusnya mempertahankan jarak antara perasaan individu (personal feelings) dengan kemampuan intelektual (intellectual performance). Dalam pertentangan, pendektan dapat mempertinggi keterlibatan antara pekerjaan seni, secara khusus jika kita mau untuk meletakkannya sebagai percobaan, untuk dibicarakan, yang memerlukan waktu banyak dengan standar perbedaan masing- masing. Pendekatan ini juga memberikan peluang bentuk pembahasan yang dapat membuktikan ketertarikan dan kejelasan tentang karya seni.
Prosedur yang dikembangkan dalam pendekatan ini dilakukan dengan pemilihan kriteria untuk menilai (judging) dari sebuah karya seni (kriteria desain, subjek, material dan fungsi). Langkah-langkah yang dilakukan dalam pendekatan ini adalah:
1. Tentukan kriteria yang akan digunakan
2. Uji karya seni untuk mengidentifikasi fakta-fakta yang spesifik
3. Tentukan tingkat (degree) kriteria yang dipandang pantas.
c. Metode Empatik 
Pendekatan ini dilakukan dengan dasar pemikiran bahwa ketika kita menaruh perhatian (empati) dengan suatu karya seni, kita dapat menghubungkan perasaan dengan kapasitas nya yang telah hidup dan bertahan. Kita dapat melihat garis dan dapat merasakan garis tersebut bergerak, aktif, berirama. Ketika melihat lukisan sebatang pohon, kita merasakan kesunyian atau memikirkan suatu yang menyedihkan.. Analogi tadi sebagai contoh yang dapat membantu kita dalam pengalaman seni. 
Ada beberapa teknik yang dapat membantu kita dalam mengembangkan rasa empati dan keterlibatannya ketika kita menilai suatu karya seni, di antaranya:
1. Jangan memandang karya seni terlalu berlebihan karena dapat melupakan orang yang lebih terlatih pada bidag seni.
2. Bagaimanapun, untuk memandang kualitas visual secara murni.
3. Gunakan analogi dan metaphora untuk menghubungkan untuk menghubungkan apa yang kita lihat dan apa yang kita rasakan.
4. Gunakan pengalaman dan poengetahuan sendiri untuk membandingkan apa yang kita lihat dapat dirasakan.
5. Dengan kejegan, jangan takut untuk meningggalkan satu aspek dari karya, coba untuk memahami mengapa kita menjaga kembali hal itu.
6. Dengan seluruh pengertian, dapatkan secara fisik dan imajinasi..
7. Menilai karya jika kita mau melakukannya.
d. Metode Interaktif 
Pendekatan interkatif sama halnya dengan induktif, hanya tidak suka semata-mata pendekatan deskriptif, hal ini bermaksud untuk menemukan sampai terjadi diskusi dan debat secara berkelompok untuk membahas karya seni. Diskusi ini merupakan dasar dalam pendekatan induktif. Setelah kelompok telah lelah memperbincangkanya dengan pendekatan deduktif, kemudian beberapa orang mencoba untuk untuk merumuskan hipotesis tentang arti dari karya seni yang sedang dibahas. Meskipun   pendekatan   ini   memungkinkan   untuk   melakukan  analisis, namun perbedaan wawasan dapat  memperkaya  pemahaman  bersama. Meskipun demikian, suatu karya seni disebut “bagus” jika hal tersebut tidak melawan usaha untuk menganalisisnya dan jika pengalaman berkaya tidak dirusak dengan analisis. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pendekatan ini adalah:
1. Pilihlah moderator dan jelaskan aturan mainnya
2. Gambarkan seperti banyak orang yang memungkinkan untuk masuk ke dalam proses menjelaskan karya (Gunakan kerangka induktif dalam memandu penjelasan).
3. Ketika orang kelihatan untuk keluar dari penjelasan, kemudian panggil hipotesis.
4. Bawa kelompok untuk mendiskusikan hipotesis sehingga beberapa peserta diskusi memperlihatkan penafsiran dengan kesepakatan kelompok. Cara ini memungkinkan untuk memahami makna karya seni.

No comments

Powered by Blogger.