UTS Pedagogik
1. Langeveld (1980) mengidentifikasi 6 jenis tujuan pendidikan, yaitu tujuan umum, tujuan khusus, tujuan insidental, tujuan sementara, tujuan tak lengkap, dan tujuan intermedier. Jelaskan keenam jenis tujuan pendidikan tersebut beserta contohnya!
2. Mengapa pedagogik penting dipahami dan diterapkan oleh guru? Bagaimana posisi dan status keilmuan pedagogik?
3. Anak didik selalu dalam kondisi sedang berkembang, memiliki potensi dan dinamika, serta memiliki ketergantungan kepada orang dewasa. Jelaskan hubungan antara ketiga karakteristik anak didik tersebut!
4. Konsep Animal Educandum menjelaskan bahwa manusia dapat dan harus dididik. Apa artinya? Mengapa manusia dapat dan harus dididik!
5. Jelaskan perbedaan antara situasi pergaulan dan situasi pendidikan dan berikan contoh ilustrasinya!
1. 1. Tujuan Umum
Tujuan yang pada akhirnya akan dicapai oleh pendidik terhadap peserta, yang disebut juga tujuan akhir pendidikan atau tujuan total atau tujuan lengkap
Tujuan umum ini sering disebut tujuan akhir, atau tujuan totalatau tujuan lengkap. Tujuan umum berarti tujuan total atau tujuan yang lengkap yaitutujuan yang pada akhirnya akan dicapai oleh pendidik terhadapanak didik yaitu terwujudnya kedewasaan jasmani dan rohani.(Barnadib, 1989)Menurut Kohnstamm dan Gunning, tujuan akhir pendidikan ituialah membentuk insan kamil atau manusia sempurna. (Amir Daien,1973)Dengan demikian tujuan umum/akhir pendidikan ialahmembentuk insan kamil yaitu manusia yang dewasa jasmani danrohaninya baik secara moral, intelektual, sosial, estesis, agama danlain sebagainya.
2. Tujuan Khusus Pendidikan
Tujuan yang merupakan pengkhususan dari tujuan umum pendidikan
Hal yang perlu diperhatikan dalam tujuan khusus
›Sifat dan bakat peserta didik
›Lingkungan dimana peserta didik memperoleh pengalaman
›Tujuan kemasyarakatan peserta didik
›Kesanggupan peserta didik
›Tugas lembaga pendidikan
Tujuan ini merupakan pengkhususan dari pada tujuan umum,karena untuk menuju kepada tujuan umum itu perlu adanyapengkhususan tujuan yang disesuaikan dengan kondisi dan situasitertentu, misalnya disesuaikan dengan:
a.Cita-cita pembangunan suatu masyarakat/bangsa.
b.Tugas suatu badan atau lembaga pendidikan.
c.Bakat dan kemampuan anak didik.
d.Kesanggupan-kesanggupan yang ada pada pendidik.
e. Tingkat pendidikan, dan sebagainya. (Umar Tirtaraharja, dkk,2005:38-39)
3. Tujuan seketika atau insidental
Tujuan yang hanya berlaku sementara saja, sehingga kalau sudah tercapai tujuannya maka tujuan akan ditinggalkan. Tujuan ini disebut tujuan seketika/insidental karena tujuan initimbul secara kebetulan, secara mendadak dan hanya bersifatsesaat. Tujuan seketika ini meskipun hanya sesaat dapat memberikanandil dalam pencapaian tujuan selanjutnya, karena melalui tujuan-tujuan seperti ini dapat memberikan pengetahuan dan pengalamanlangsung yang erat hubungannya dengan kehidupannya nanti dimasa yang akan datang.
4. Tujuan tidak lengkap
Tujuan yang mempunyai hubungan dengan aspek kepribadian manusia, sebagai fungsi kerokhanian pada bidang etika, keagamaan, estetika dan sikap sosial dari orangtua
Tujuan yang hanya meliputi sebagaian kehidupan manusia, misal segi biologis saja. Tujuan sementara adalah tujuan pendidikan yang dicapai si anakpada tiap fase perkembangan. Agar tujuan sementara ini dapattercapai dengan sebaik-baiknya maka pendidik harus mengetahuimasa peka yaitu masa dimana anak masanya/matang untukmempelajari sesuatu yang akan dicapai dengan tujuan tersebut.
5. Tujuan tidak lengkap
Tujuan yang mempunyai hubungan dengan aspek kepribadian manusia, sebagai fungsi kerokhanian pada bidang etika, keagamaan, estetika dan sikap sosial dari orangtua
Tujuan yang hanya meliputi sebagaian kehidupan manusia, misal segi biologis saja. Tujuan ini erat hubungannya dengan aspek-aspek pendidikanyang akan membentuk aspek-aspek kepribadian manusia, sepertimisalnya aspek-aspek pendidikan yaitu kecerdasan, moral, sosial,keagamaan, estetika, dan sebagainya.
6. Tujuan perantara atau intermedier
Tujuan yang hampir sama dengan tujuan sementara, akan tetapi khusus mengenai pelaksanaan teknis dari tugas-tugas belajar. Tujuan perantara ini merupakan alat atau sarana untukmencapai tujuan-tujuan yang lain.Keenam tujuan tersebut menurut Langeveld intinya dapatdisederhanakan menjadi satu macam saja, yaitu “tujuan umum”dimana semua tujuan-tujuan (kelima tujuan yang lainnya) diarahkanuntuk pencapaian tujuan umum pendidikan yaitu terbentuknyakehidupan sebagai insan kamil, sutu kehidupan dimana ketiga intihakikat manusia baik sebagai makhluk individu, makhluk sosial danmakhluk susila/religious dapat terwujud secara harmonis.
2. Pentinya Pedagogik Bagi Calon Guru
Seorang calon pendidik baik guru maupun dosen perlu mempelajari pegagogik (ilmu mendidik atau ilmu pendidikan) karena : Seorang guru mempunyai peranan, tugas, dan tanggungjawab sebagai pendidik (educator) dan sebagai pengajar (teacher). Dalam arti yang lebih luas, guru dikatakan sebagai pendidik mempunyai peran dan tugas sebagai:
Ø Konservator (pemelihara) sistim nilai yang merupakan sumber norma kedewasaan dan inovator (pengembang) sistim nilai ilmu pengetahuan.
Ø Transmitor (penerus) sistem-sistem nilai tersebut kepada peserta didik.
Ø Transpormator (penerjemah) sistem-sistem nilai melalui penjelmaan dalam pribadi dan perilakunya melalui proses interaksi dengan peserta didik.
Ø Organisator (penyelenggara) terciptanya proses edukatif yang dapat dipertanggungjawabkan secara formal dan moral.
Dalam arti terbatas, guru mempunyai peran, tugas, dan tanggungjawab sebagai :
Ø Perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran.
Ø Pelaksana (organizer) yang harus menciptaan situasi, memimpin, merangsang menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan pembelajaranasesuai dengan rencana.
Ø Penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisis, menafsirkan dan akhirnya harus memberikan pertimbangan atas tingkat keberhasilan pembelajaran.
Baik dalam kondisi sebagai pendidik maupun pengajar, seorang guru harus memperoleh pemahaman tentang peran, tugas, tanggungjawab, dan sosok pribadi yang seyokyanya dimiliki atau diperankan oleh seorang pendidik sehingga guru menjadi suri tauladan, motivator, dan pengarah terjadinya perkembangan potensi peserta didik secara optimal. Untuk itu diperlukan pedagogik (ilmu mendidik) dari seorang guru/calon guru. Pekerjaan seorang guru adalah pekerjaan profesi yang berhubungan dengan manusia (peserta didik) yang bertujuan agar anak didik mampu mengembangkan potensi dirinya dan menyelesaikan tugas-tugas hidupnya. Untuk menggali dan mengembangkan potensi dari peserta didik tersebut diperlukan keprofesionalan seorang guru. Hal ini dapat diperoleh dengan mempelajari pedagogik (ilmu mendidik atau ilmu pendidikan). Hakikat pendidikan tidak akan terlepas dari hakikat manusia, sebab subjek pendidikan adalah manusia. Oleh karena itu seorang calon pendidik (guru) harus mengetahui bagaimana mendidik (membimbing, mengajar, melatih) peserta didik secara profesional untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Implikasinya, bahwa seorang guru/calon guru harus mempelajari ilmu tentang mendidik yakni ilmu pendidikan. Perlu kita ketahui bahwa pedagogik merupakan ilmu empiris, rohaniah, normatif, dan praktis.
Status Keilmuan Pedagogik
Diantara para ilmuwan telah banyak yang menyatakan bahwa pedagogik berstatus sebagai suatu ilmu yang otonom. Menurut banyak ahli, pandangan ilmiah tentang gejala pendidikan itu (pedagogic) merupakan ilmu tersendiri, sejajar dengan ilmu-ilmu tentang humanisme (human sciences) seperti ekonomoi, hukum, sosiologi, dan sebagainya (Drikarya dalam Syaripudin & Kurniasih, 2008). Pendapat di atas dapat dikaji dengan mengacu pada tiga persyaratan keilmuan sebagaimana telah dikemukakan terdahulu, yaitu berkenaan dengan (1) objek studinya; (2) metode studinya; dan (3) sifat sistematis dari hasil studinya.
3. Dapat menyimpulkan bahwa peserta didik adalah orang yang terlibat dalam proses atau kegiatan pendidikan yang bertujuan untuk mendewasakan dan memberikan keterampilan, pengetahuan dan nilai- nilai di dalam masyarakat. Sehingga karakteristik peserta didik adalah :
Peserta didik adalah subjek
Yaitu pribadi yang memiliki kesendirian, kebebasan dalam mewujudkan dirinya sendiri guna mencapai kedewasaan.
Peserta sedang berkembang.
Peserta didik adalah manusia yang sedang dalam tahap perkembangannya, anak- anak, remaja, atau dewasa, sehingga pendidik harus bisa menempatkan bimbingan yang tepat sesuai dengan tahap perkembangan yang sedang dijalaninya.
Peserta didik memiliki ketergantungan kepada pendidik
Peserta didik sangat tergantung kepada pendidiknya, hal ini dikarenakan mereka belum mempunyain kemampuan, kedewasaan dan kemandirian yang cukup. Sehingga perlu di awasi dan dibimbing.
Peserta didik memiliki potensi dan dinamika.
Peserta didik akan mungkin mencapi tujuan pendidikannya karna mereka memiliki potensi untuk menjadi dewasa, dan memiliki dinamika yaitu sdang aktif dalam berkembang dan mengembangkan diri.
Peserta didik hidup dalam lingkungan tertentu.
Setiap peserta didik mempunyai latar atau berasal dari lingkungan keluarga, sosial dan ekonomi yang berbeda- beda. Hal ini baik secara langsung atau tidak langsung juga turut mempengaruhi kegiatan pendidikan. Untuk itu pendidik harus memperhatikan dan memperlakukan peserta didiknya dalam konteks lingkungan alam dan sosial budayanya.
Peserta didik memiliki kemampuan dan niat untuk dididik.
Untuk dapat mencapai tujuan pendidikan, maka peerta didik harus mempunyai kemampuan dan niat. Niat yang kuat akan mendorong kemampuan yang dimilikinya untuk lebih berusaha guna mencapai tujuan pendidikan.
Peserta didik harus menghormati pendidik.
Proses atau kegiatan pendidikan dapat berlangsung dan sinergis dengan adanya saling menghormati antara peserta didik dengan pendidik. Mereka saling mengerti hak dan kewajibannya masing- masing.
Dengan karakteristik tersebut diharapkan peserta didik dapat mudah mencapai tujuan pendidikannya dan pendidik dapat lebih memahami peserta didiknya. Yang termasuk peserta didik adalah siswa, pelajar, santri, mahasiswa, warga belajar dan lain- lain.
4. Karl Japers: menyatakan bahwa: “to be a man is to become a man” ada sebagai manusia adalah menjadi manusia. Manusia akan dapat menjadi manusia hanya melalui pendidikan. Implikasinya maka pendidikan tiada lain adalah upaya memanusiakan manusia (humanisasi).
Dilihat dari dasar biologis dan sosio antropologis. Dari dasar biologis, manusia harus dididik/mendidik karena pada dasarnya manusia dilahirkan tidak berdaya. Berbeda halnya dengan hewan, seperti sapi yang mampu berjalan setelah beberapa menit dilahirkan oleh ibunya. Manusia lahir tidak berdaya, tidak bisa langsung bangun dan berjalan sendiri seperti sapi dan hewan lainnya. Oleh sebab itu, manusia memerlukan pendidikan (dididik) agar mampu bertahan hidup dan menjalani proses kehidupan. Dri dasar sosio antropologis, yang menyatakan bahwa peradaban manusia tidak serta merta ada dengan sendirinya. Peradaban yang meliputi adat istiadat, tata krama, norma sosial dan sebagainya tidak ada dengan sendirinya, melainkan diturunkan dari generasi sebekumnya. Untuk kepentingan pewarisan peradaban itulah mengapa manusia harus dididik oleh generasi sebelumnya dan harus mendidik generasi selanjutnya.
Perilaku Human:
• Manusia memiliki kemauan untuk menguasai hawa nafsunya;
• Manusia memiliki kesadaran intelektual dan seni. Manusia dapat mengembangkan pengetahuan dan teknologi, menjadikan ia berbudaya;
• Manusia memiliki kesadaran diri, sadar akan sifat-sifat yang ada pada dirinya,dapat instrospeksi;
• Manusia adalah makhluk sosial,berorganisasi, dan bernegara;
• Manusia memiliki bahasa simbolis, baik secara tertulis maupun secara lisan;
• Manusia dapat menyadari nilai-nilai (etika maupun estetika), dapat berbuat sesuai dengan nilai-nilai tersebut, memiliki kata hati (nurani)
5. Situasi Pergaulan: Jika dalam suatu pergaulan antara orang dewasa dengan anak didasarkan atas niat untuk memuaskan keinginan orang dewasa, untuk keuntungan orang dewasa, tidak didasarkan untuk mencapai tujuan pendidikan (baik tujuan umum, tujuan tak lengkap, tujuan sementara, tujuan insidental, dan tujuan intermedier), maka situasi yang tercipta bukan situasi pendidikan melainkan situasi pergaulan. Misalnya, seorang guru menawarkan buku pelajaran kepada murid-muridnya dengan tujuan mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan buku berupa komisi dari penerbit, maka tindakan tersebut tidak bisa digolongkan kepada situasi pendidikan walaupun terjadi di lingkungan sekolah (kelas). Hal tersebut hanyalah merupakan situasi pergaulan biasa. Situasi yang tercipta dari tindakan guru tersebut bukanlah situasi pendidikan melainkan hanyalah situasi pergaulan. Situasi yang berisi tindakan bukan pendidikan tidak akan menciptakan situasi pendidikan melainkan tetap situasi pergaulan. Situasi Pendidikan merupakan situasi pergaulan yang diciptakan dengan sengaja karena ada suatu tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Ada suatu nilai yang hendak disampaikan kepada anak sebagai anak didik dari orang dewasa (orangtua, guru) sebagai pendidik. Misalnya seorang ibu menyuruh anak perempuannya mencuci piring didasari oleh suatu tujuan agar anaknya berdisiplin dan mandiri, hal itu merupakan situasi pendidikan. Dalam hati ibu terbersit suatu tujuan: aku harus mendidik anak saya agar ia memiliki disiplin dalam kehidupan yang dihadapinya agar terbiasa hidup mandiri dan tidak tergantung kepada orang lain.
Leave a Comment