MATERI 3
Strategi Pembelajaran Keterampilan Menyimak
Keterampilan menyimak adalah satu bentuk keterampilan
berbahasa yang bersifat reseptif. Pada waktu proses pembelajaran, keterampilan
ini jelas mendominasi aktivitas siswa atau mahasiswa dibanding dengan keterampilan
lainnya, termasuk keterampilan berbicara. Namun, keterampilan ini baru diakui
sebagai komponen utama dalam pembelajaran berbahasa pada tahun 1970-an yang
ditandai oleh munculnya teori Total Physical Response (TPS) dari James Asher,
The Natural Approach,dan Silent Periodnya. Ketiga teori ini menyatakan bahwa
menyimak bukanlah suatu kegiatan satu arah. Langkah pertama dari kegiatan
keterampilan menyimak ialah proses psikomotorik untuk menerima gelombang suara
melalui telinga dan mengirimkan implus-implus tersebut ke otak. Namun, proses
tadi hanyalah suatu permulaan dari suatu proses interaktif ketika otak bereaksi
terhadap implus-implus tadi untuk mengirimkan sejumlah mekanisme kognitif dan
afektif yang berbeda.
Menurut Brown (1995) terdapat delapan proses dalam kegiatan
menyimak, yakni:
1) Pendengar
memproses raw speech dan menyimpan image dari short term memory. Image ini
berisi frase, klausa, tanda-tanda baca, intonasi, dan pola-pola tekanan kata
dari suatu rangkaian pembicara yang ia dengar.
2) Pendengar
menentukan tipe dalam setiap peristiwa pembicaraan yang sedang diproses.
Pendengar, sebagai contoh harus menentukan kembali apakah pembicaraan tadi
berbentuk suatu dialog, pidato, siaran radio, dan lain-lain dan kemudian ia
menginterpretasikan pesan ia terima.
3) Pendengar
mencari maksud dan tujuan pembicara dengan mempertimbangkan bentuk dan jenis
pembicaraan, konteks, da nisi.
4) Pendengar
me-recall latar belakang informasi
(melaliui skema yang ia miliki) sesuai dengan konteks subjek masalah yang ada.
Pengalaman dan pengetahuan akan digunakan dalam membentuk hubungan-hubungan
kognitif untuk memberikan interpretasi yang tepat terhadap pesan yang
disampaikan. Pendengar mencari arti literal dari pesan yang ia dengar. Proses ini
melibatkan kegiatan interpretasi semantic;
5) Pendengar
menentukan arti yang dimaksud.
6) Pendengar
mempertimbangkan apakah informasi yang ia terima harus disimpan di dalam
memorinya atau ditunda.
7) Pendengar
menghapus bentuk pesan-pesan yang ia telah terima. Pada dasarnya, 99% kata-kata
dan frase, serta kalimat yang diterima akan menghilang dan terlupakan.
Berkenaan dengan
uraian di atas, tujuan bahasa menurut Nunan (berpengaruh pada proses
pembelajaran.
Berdasarkan tujuan bahsa, Nunan mengatakan bahwa menyimak
dapat dibagi atas dua kategori, yakni monolog dan dialog. Pada monolog, kita
melihat ada sesuatu sifat yang direncanakan (planned) dan yang tidak
direncanakan (unplanned). Sedangkan pada dialog muncul sifat interpersonal dan
transaksional yang terdiri atas subkategori familiar dan nonfamiliar.
Keterampilan menyimak pada tahapan lebih tinggi mampu
menginformasikan kembali pemahamannya melalui keterampilan berbicara maupun
menulis. Pengetahuan menyimak dalam pengajaran bahasa asing terbagi atas
situasi langsung sebuah percakapan, pidato, lagu, dan sebagainya, dan situasi
tidak langsung seperti mendengarkan sebuah percakapan melalui kaset.
Evaluasi kemampuan menyimak masih terfokus pada dua jenis,
yaitu tes melalui rekaman dan tes dalam bentuk tanya jawab atau wawancara. Tes
melalui rekaman terutama dilakukan dalam pembelajaran bahasa kedua atau bahasa
asing. Untuk pengajaran bahasa Indonesia, tes kemampuan menyimak dilakukan
melalui wawancara, tanya jawab, menjawab isi dialog, menjawab pertanyaan yang
berkenaan dengan drama yang baru ditonton, dan bentuk tes lainnya.
Strategi pembelajaran keterampilan menyimak berkembang
terutama dalam pengajaran bahasa asing. Munculnya teknologi perekaman seperti
kaset, CD, video, dan lain-lain, meningkatkan kemajuan pemberian materi ajar
menyimak. Dalam pengajaran bahasa Indonesia, tampaknya strategi belajar
menyimak masih berkutat dengan pola lama, yaitu peserta didik mendengar dan
berupaya menjawab apa yang dijelaskan oleh pengajar. Ada kecenderungan bahwa
keterampilan menyimak dalam bahasa Indonesia kurang mendapat perhatian dalam
keseluruhan proses belajar bahasa Indonesia di semua jenjang pendidikan.
Fenomena seperti ini terjadi di hampir semua negara. Pelajaran menyimak bahasa
Prancis kurang mendapat tempat dikalangan peserta didik berkewarganegaraan
Prancis, kasus serupa ditemukan di Inggris, Rusia, dan lain-lain.
Unsur yang sangat penting dan fundamental dalam semua
interaksi adalah keterampilan untuk memahami apa yang dikatakan/diucapkan oleh
orang lain/pembicara. Dalam kehidupan berbahasa sehari-hari, sering kita jumpai
pendengar-pendengar yang kurang terampil, baik dalam bahasa ibu maupun bahasa
kedua; mungkin karena perhatian kurang terpusat, egosentrisme, ataupun karena
sifat kenangan lewat pendengaran yang singkat, padahal kebanyakan orang dewasa
diperkirakan telah menggunakan waktu dalam aktivitas komunikasi: 45% digunakan
untuk mendengarkan, 30% untuk berbicara, 16% untuk membaca, dan hanya 9% untuk
menulis.
Dalam situasi hidup sehari-hari banyak orang menjadi
terampil, baik dalam bahasa pertama maupun bahasa kedua, dalam memahami
register-register bahasa variasi dialek, dan kemajemukan struktur, tetapi
mereka tidak dapat menghasilkannya sendiri dalam wicara. Dalam hubungan inilah
para peserta didik harus diberi dorongan dan kesempatan untuk menerima
pengalaman belajar dalam kehidupan berbahasa yang nyata, dan menerima
latihan-latihan yang sesuai bagi masing-masing individu dengan materi yang
efektif dan praktis serta menyenangkan.
Sebenarnya mendengarkan memahami itu bukan merupakan suatu
proses yang pasif, melainkan suatu proses yang aktif dalam mengkonstruksikan
suatu pesan dari suatu arus bunyi yang diketahui orang sebagai potensi-potensi
fonologis, semantic dan sintaksis suatu bahasa.
Dalam proses tersebut dapat dibedakan dua aspek tujuan
menyimak, yaitu:
a)Persepsi, yakni ciri kognitif dari proses mendengarkan
yang didasarkan pada pemahaman pengetahuan tentang kaidah-kaidah kebahasaan.
b) Resepsi, yakni
pemahaman pesan atau penafsiran pesan yang dikehendaki oleh pembicara.
Dalam KBM menyimak, pola KBM umum yang dikemukakan oleh Kemp
(1977) dapat diberlakukan pada aktivitas menyimak. Berikut ini beberapa
tahapannya.
a) Identifikasi.
Peserta didik mempersepsi bunyi-bunyi dan frase-frase dengan menidentifikasi
unsur-unsur ini secara langsung dan holistik terhadap artinya.
b) Identifikasi
dan seleksi tanpa retensi. Peserta didik mendengarkan untuk kesenangan
memahami, menyarikan sekuen, tanpa dituntutuntuk mendemonstrasikan pemahaman
melalui penggunaan bahasa secara aktif.
c) Identifikasi
dan seleksi terarah dengan retensi pendek/terbatas. Peserta didik diberi
beberapa indikator terlebih dahulu tentang hal-hal yang didengar atau disimak;
mereka mendemonstrasikan pemahamannya secara langsungdalam beberapa cara yang
aktif.
d) Identifikasi
dan seleksi dengan retensi yang memerlukan waktu yang panjang.
Peserta didik mendemonstrasikan pemahamannya, atau
menggunakan bahan pelajaran yang telah dipahaminya setelah mengalami kegiatan
mendengarkan secara tuntas; atau, mereka dilibatkan dalam aktivitas yang
meminta pengingatan kembali (recall) tentang materi pelajaran yang telah
dipelajari sebelumnya.
Keempat model aktivitas menyimak tersebut dapat diterapkan
pada tingkat belajar permulaan, menengah, dan mahir atau lanjutan dengan metode
dan teknik yang disesuaikan dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
pencapaian tujuan pengajaran.
KBM menyimak untuk ketiga tingkat belajar (permulaan,
menengah, mahir) dapat dipergunakan metode dan teknik:
a) Menyimak
murni.
b) Wicara.
c) Visual.
d) Gerakan.
e) Menulis.
Ketiga tingkat belajar bahasa tersebut perlu diberikan
kepada para peserta didik atau mahasiswa kependidikan, baik untuk kepentingan
keterampilan bahasa mereka sendiri (advanced tingkat) maupun untuk keperluan
mereka sebagai bekal mengajarkan keterampilan menyimak itu kepada peserta didik
sekolah dasar dan menengah sesuai dengan kurikulum sekolah.
Masing-masing tingkat belajar dapat mengambil keempat jenis
aktivitas mendengarkan-memahami. Semuanya dapat dikembalikan pada dua aspek
tujuan proses menyimak, yaitu: persepsi dan resepsi.
Pada prinsipnya, strategi pembelajaran menyimak dapat
memilih salah satu atau campuran dari ketiga pola KBM umum, sehingga bentukannya
kurang lebih sebagai berikut.
a) Penerimaan
informasi tertentu kepada peserta didik mengenai apa dan bagaimana menyimak
menurut jenis dan tahap aktivitas, kemudian diikuti demontstrasi. Peserta didik
mendengarkan informasi, dan melihat demonstrasi peserta mencatat.
b) Interaksi.
Pengajar memberi contoh dan peserta didik menirukan, diikuti pemantapan oleh
pengajar dan peserta didik dengan cara menirukan lagi atau mengulang secara
lebih kreatif. Tanya jawab antara pengajar dengan peserta didik atau berdiskusi
antara sesama peserta didik tentang pelaksanaan suatu jenistahap penyimakan.
c) Secara
independen tiap individu peserta didik bekerja sendiri dengan melakukan
kegiatan tertentu:
ü Menyimak rekaman
model;
ü Mengidentifikasi,
mengklasifikasi dan melakukan retensi tertentu sesuai dengan tingkat
keterampilan yang dipilih dari model yang di programkan atau dari suatu bentuk
percakapan yang nyata.
Sering terjadi, seseorang pengajar misalnya pengajar bahasa
dan sastra Indonesia, kurang melakukan pengamatan dengan sengaja, atau bahkan
tak pernah secara berencana, melakukan pengamatan dalam kelas pengajaran bahasa
dan sastra Indonesia dan mencoba untuk menerka dengan pasti siapa di antara
para peserta didik yang sungguh-sungguh mendengarkan dan menyimak. Namun, kita
berasumsi bahwa ada pengajar yang sedang mengobservasi peserta didik SMA dalam
kelas pengajaran bahasa, atau seorang dosen sedang memberikan kuliah singkat
untuk mempersiapkan para peserta didiknya guna mendiskusikan sebuah cerita
pendek.
Semua peserta didik yang telah dideskripsikan pengajar atau
oleh teman-teman mereka; sekurang-kurangnya barang kali mereka dapat mengatakan
bahwa seseorang sedang berbicara tentang suatu. Beberapa ahli mendefinisikan
mendengar dan menyimak sebagai suatu proses bahasa yang dimaknai ke dalam
pkiran. Jika demikian, mendengarkan atau menyimak bahasa adalah suatu jenis
mendengarkan dan menyimak yang pada umumnya bisa dikerjakan oleh peserta didik
di dalam suatu kelas belajar, yang meminta upaya kesadaran mental. Kegiatan ini
menghasilkan pemahaman dan memperluasnya ke dalam beberapa jenis kegiatan yang
berhubungan dengan pemahaman tersebut.
Berikut ini dua belas tahapan kegiatan menyimak:
1) Mendengar
2) Mengenangkan
3) Memperhatikan
4) Membentuk imajinasi
5) Mencari
simpanan masa lalu dalam gagasan
6) Membandingkan
7) Menguji
isyarat-isyarat
8) Mengodekan
kembali
9) Mendapatkan
makna
10) Memasukkan ke
dalam pikiran di saat-saat mendengarkan atau menyimak
11)
Menginterpretasikan sesuatu yang disimak
12) Menirukan dalam
pikiran
Langkah atau tahapanan nomor 1 dan nomor 2 di
identifikasikannya sebagai aktivitas psikologis; langkah nomor 3 sampai dengan
nomor 8 sebagai aktivitas memperhatikan dan berkonsentrasi; langkah nomor 9 dan
10 sebagai aktivitas intelektual yang sangat tinggi.
Pada umumnya kurikulum pengajaran bahasa di sekolah dan
rancangan pengajaran individual pengajar bahasa Indonesia memberikan sedikit
saja pengajaran keterampilan menyimak. Menurut para ahli pengajaran menyimak,
alasan-alasan yang menyebabkan kurangnya perhatian tersebut terletak pada tiga
hal tersebut:
a. Menyimak
dipandang sebagai suatu proses kematangan jiwa (a naturation process) yang
secara sangat alamiah akan menjadi lebih baik sewaktu anak berkembang menjadi
lebih dewasa.
b. Ada beberapa
penuntun, petunjuk, manual, atau program-program tersrtuktur lainnya untuk
kegiatan menyimak secara langsung.
c. Perbaikan
pengajaran menyimak dipandang sebagai kewajiban setiap orang dan pada akhirnya
tak seorangpun pernah mencobanya.
Berikut ini ada dua daftar yang mungkin sangat berguna bagi
para pengajar bahasa Indonesia yang berkesempatan untuk berusaha mengembangkan
dan menyempurnakan tujuan-tujuan program pengajaran menyimak.
a) Menyimak umum
· Mengingat
rincian-rincian penting secara tepat mengenai ilmu pengetahuan khusus
· Mengingat
urutan-urutan sederhana atau kata-kata dan gagasan
· Mengikuti
pengarahan-pengarahan lisan
· Memparafrase
suatu pesan lisan sebagai suatu pemahaman melalui penerjemahan
· Mengikuti
suatu urutan dalam (1) pengembangan plot, (2) pengembangan watak/pelaku cerita,
dan (3) argumentasi pembicara
· Memahami
makna denotatif kata-kata
· Memahami
makna konotatif kata-kata
· Memahami
makna kata-kata melalui konteks percakapan (pemahaman melalui penerjemahan dan
penafsiran)
· Mendengarkan
untuk mencatat rincian-rincian penting
· Mendengarkan
untuk mencatatgagasan utama
· Menjawab dan
merumuskan pertanyaan-pertanyaan
·
Mengidentifikasi gagasan utama dan meringkas dalam pengertian
mengkombinasikan dan mensintesiskan tentang siapa, apa, kapan, dimana, dan
mengapa
· Memahami
hubungan antara gagasan dan organisasi yang cukup baik untuk menentukan apa
yang bisa terjadi berikutnya
·
Menghubungkan materi yang di ucapkan secara lisan dengan pengalaman
sebelumnya
· Mendengarkan
untuk alasan kesenangan dan respons
emosional
b) Menyimak
secara kritis
· Membedakan
fakta dari khayalan menurut kriteria tertentu
· Menentukan
validitas dan ketetapan gagasan utama, argument-argumen, dan hipotesis
· Membedakan
pertanyaan-pertanyaan yang didukung dengan bukti-bukti yang tepat dari opini dan penilaian, dan mengevaluasinya
· Membedakan
pernyataan yang di dukung dengan bukti-bukti yang tepat dari bukti-bukti tang
tak relevan dan sekaligus mengevaluasinya
· Memerikasa,
membandingkan, dan mengkrontraskan gagasan dan menyimpulkan pembicaraan,
misalnya mengenai ketetapan dan kesesuaian suatu deskripsi
· Mengevaluasi
kesalahan-kesalaha, seperti misalnya.
ü Generalisasi yang
tergesa-gesa
ü Analogi yang salah,
dan
ü Gagal dalam
menyajikan contoh
· Mengenal dan
menentukan pengaruh-pengaruh berbagai alat yang mungkin dipakai oleh pembicara
untuk mempengaruhi pendengar, misalnya:
ü Music
ü Kata-kata yang tak
penting
ü Intonasi suara
ü Permainan isu
emosional dan kontrovensial
ü Propaganda
· Melacak dan
mengevaluasi bias dan prasangka buruk dari pembicara atau dari suatu sudut
pandnag tertentu
· Mengevaluasi
kualifikasi pembicaraan.
· Merencanakan
evaluasi dan mencoba menerapkan suatu situasi yang baru.
Dari daftar tujuan tersebut, betapapun rincinya tujuan
belumlah dapat menghasilkan suatu program. Dalam kenyataannya, setiap program
memerlukan strategi untuk membantu peserta didik mencapai tujuan program.
Dengan kata lain, suatu strategi yang panjang rentangannya merupakan
pertimbangan yang utama. Jadi, menyimak harus diajarkan secara sistematis
sepanjang proses belajar berlangsung.
Pengertian Menyimak
Terkadang orang beranggapan bahwa menyimak dengan mendengar
memiliki pengertian yang sama sehingga persepsi yang demikian pada akhirnya
dalam aplikasinya di lapangan tidak sesuai dengan harapkan dalam proses belajar
mengajar. Kesalahan tersebut menjadikan guru berpikir sederhana dalam
mengajarkan kegiatan menyimak.
Menyimak adalah proses mendengarkan dengan penuh pemahaman,
apresiasi dan evaluasi. Dalam proses menyimak, diawali dengan kegiatan
mendengarkan bahan simakan oleh siswa (penyimak), selanjutnya bahan simakan
dipahami berdasarkan tingkat pemahaman siswa yang dimaksud, kemudian dalam
proses pemahaman tersebut terjadi proses evaluasi – menghubungkan antara topik
yang disimak dengan pengalaman dan/atau pengetahuan yang dimiliki siswa.
Setelah proses tersebut selesai, barulah siswa memberikan respon terhadap isi
bahan yang disimaknya. Jadi dapat dikatakan bahwa menyimak merupakan kegiatan
yang disengaja melalui proses mendengar untuk memahami bunyi-bunyi bahasa,
sedangkan mendengar adalah kegiatan yang dilakukan hanya sekedar tahu tetapi
tidak memahami bunyi-bunyi bahasa yang disimak.
2.1.2 Tujuan
Menyimak
Secara umum tujuan menyimak ada dua macam, yaitu tujuan
bersifat khusus dan tujuan bersifat umum. Adapun tujuan yang bersifat khusus
adalah untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna
komunikasi yang hendak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran. Namun
tujuan yang bersifat umum tersebut dapat dipecah-pecah menjadi beberapa bagian
sesuai dengan aspek tertentu yang ditekankan. Adapun tujuan menyimak menurut
klasifikasinya adalah sebagai berikut.
1) Mendapatkan
fakta
Mendapatkan fakta dapat dilakukan melalui penelitian, riset,
eksperimen, dan membaca. Cara lain yang dapat dilakukan adalah menyimak melalui
radio, tape recorder, TV, dan percakapan.
2) Menganalisis
fakta
Fakta atau informasi yang telah terkumpul dianalisis.
Kaitannya harus jelas pada unsur-unsur yang ada, sebab akibat yang terkandung
di dalamnya. Apa yang disampaikan penyimak harus dikaitkan dengan pengetahuan
dan pengalaman penyimak dalam bidang yang sesuai.
3) Mendapatkan
inspirasi
Dapat dilakukan dalam pertemuan ilmiah atau jamuan makan.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan ilham. Penyimak tidak memerlukan fakta baru.
Mereka yang datang diharapkan untuk dapat memberikan masukan atau jalan keluar
berkaitan dengan masalah yang dihadapi.
4) Menghibur diri
Para penyimak yang datang untuk menghadiri pertunjukkan
sandiwara, musik untuk menghibur diri. Mereka itu umumnya adalah orang yang
sudah jenuh atau lelah sehingga perlu menyegarkan fisik, mental agar kondisinya
pulih kembali.
2.1.3
Jenis-jenis Menyimak
Jenis menyimak dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian,
yaitu: (1) menyimak
ekstensif, dan (2) menyimak intensif.
1) Menyimak
Ekstensif
Menyimak ekstensif merupakan kegiatan menyimak yang
berhubungan dengan hal-hal yang umum dan bebas terhadap suatu bahasa. Dalam
prosesnya di sekolah tidak perlu langsung di bawah bimbingan guru.
Pelaksanaannya tidak terlalu dituntut untuk memahami isi bahan simakan. Bahan simakan
perlu dipahami secara sepintas, umum, garis besarnya saja atau butir-butir yang
penting saja.
Jenis menyimak ekstensif dapat dibagi empat, yaitu sebagai
berikut.
a. Menyimak sekunder
Menyimak sekunder adalah sejenis mendengar secara kebetulan,
maksudnya menyimak dilakukan sambil mengerjakan sesuatu.
b. Menyimak estetik
Dalam menyimak estetik penyimak duduk terpaku menikmati
suatu pertunjukkan misalnya, lakon drama, cerita, puisi, baik secara langsung
maupun melalui radio. Secara imajinatif penyimak ikut mengalami, merasakan
karakter dari setiap pelaku.
c. Menyimak pasif
Menyimak pasif merupakan penyerapan suatu bahasa tanpa upaya
sadar yang biasanya menandai upaya penyimak pada saat belajar dengan teliti.
Misalnya, seseorang mendengarkan bahasa daerah, setelah itu dalam kurun waktu
dua atau tiga tahun berikutnya orang itu sudah dapat berbahasa daerah tersebut.
d. Menyimak sosial
Menyimak ini berlangsung dalam situasi sosial, misalnya
orang mengobrol, bercengkrama mengenai hal-hal menarik perhatian semua orang
dan saling menyimak satu dengan yang lainnya, untuk merespon yang pantas,
mengikuti bagian-bagian yang menarik dan memperlihatkan perhatian yang wajar
terhadap apa yang dikemukakan atau dikatakan orang.
2) Menyimak
Intensif
Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang harus
dilakukan dengan sungguh-sungguh, penuh konsentrasi untuk menangkap makna yang
dikehendaki. Menyimak intensif ini memiliki ciri-ciri yang harus diperhatikan,
yakni: (a) menyimak intensif adalah menyimak pemahaman, (b) menyimak intensif
memerlukan konsentrasi tinggi, (c) menyimak intensif ialah memahami bahasa
formal, (d) menyimak intensif diakhiri dengan reproduksi bahan simakan.
Adapun yang tergolong menyimak intensif ada lima, yaitu
sebagai berikut.
a. Menyimak
kritis
Menyimak dengan cara ini bertujuan untuk memperoleh fakta
yang diperlukan. Penyimak menilai gagasan, ide, dan informasi dari pembicara.
Menyimak konsentratif
Menyimak konsentratif merupakan kegiatan untuk menelaah
pembicaraan/hal yang disimaknya. Hal ini diperlukan konsentrasi penuh dari
penyimak agar ide dari pembicara dapat diterima dengan baik.
Menyimak kreatif
Menyimak kreatif mempunyai hubungan erat dengan imajinasi
seseorang. Penyimak dapat menangkap makna yang terkandung dalam puisi dengan baik
karena ia berimajinasi dan berapresiasi terhadap puisi itu.
Menyimak interogatif
Menyimak interogatif merupakan kegiatan menyimak yang
menuntut konsentrasi dan selektivitas, pemusatan perhatian karena penyimak akan
mengajukan pertanyaan setelah selesai menyimak.
Menyimak eksploratori
Menyimak eksploratori atau menyimak penyelidikan adalah
sejenis menyimak dengan tujuan menemukan;
1) hal-hal baru yang menarik,
2) informasi tambahan mengenai suatu topik,
3) isu, pergunjingan atau buah bibir yang menarik.
2.2 Teknik Pengajaran
Menyimak di Sekolah Dasar
Teknik atau cara pengajaran menyimak di Sekolah Dasar dapat
dilakukan secara variatif untuk menghindari kesan yang monoton terhadap
strategi mengajar guru di Sekolah Dasar. Selain itu, melalui penggunaan teknik
menyimak yang beragam menjadikan pembelajaran lebih menarik bagi siswa. Adapun
beberapa teknik menyimak yang dapat digunakan guru dalam proses belajar
mengajar di Sekolah Dasar, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Teknik
Ulang-Ucap (Menirukan)
Teknik ini biasa digunakan guru pada siswa yang belajar
bahasa permulaan, baik belajar bahasa ibu maupun bahasa asing. Teknik ini
digunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa dengan dengan pengucapan atau lafal
yang tepat dan jelas oleh guru.
Dengan teknik ini, pertama-tama guru mengucapkan kata-kata
yang sederhana, seperti “mata”, misalnya, kemudian guru memperjelas kata
tersebut dengan cara mendemonstrasikannya; guru menggunakan jari tangannya
untuk menunjuk salah satu bagian wajahnya, yaitu mata. Langkah kedua, guru
mengucapkan kata “mata” dengan jelas dan keras, siswa diminta menyimaknya
dengan baik, kemudian menirukan apa yang diucapkan guru. Langkah ketiga, guru
memberikan latihan ekstensif dengan mengulang kata-kata yang sudah dikenalkan,
kemudian menambah kosa kata serta mengenalkan struktur kalimat kepada siswa
sampai siswa dapat mengucapkan kata-kata dengan tepat, dan akhirnya menggunakan
kata itu dalam struktur yang sederhana.
2. Teknik
Informasi Beranting
Guru memberi informasi kepada salah seorang siswa kemudian
informasi tersebut disampaikan kepada siswa di dekatnya; begitu seterusnya,
informasi disampaikan secara beranting. Siswa yang menerima informasi terakhir,
mengucapkan keras-keras informasi tersebut di hadapan teman-temannya. Dengan
demikian, kita tahu apakah informasi itu tetap sama dengan sumber pertama atau
tidak. Jika tetap sama, berarti daya simak siswa sudah cukup baik, akan tetapi,
bila informasi pertama berubah setelah beranting, ini berarti daya simak siswa
masih kurang.
Contoh:
Informasi:
Andi membeli mie bersama Rani tadi pagi.
3. Teknik Satu
Mulut Satu Kelas
Guru membacakan sebuah wacana yang dapat berupa artikel atau
cerita di hadapan siswa, dan siswa diminta menyimak baik-baik. Sebelum siswa
menyimak, guru memberi penjelasan tentang apa-apa yang pernah disimak. Setelah
guru selesai membacakan, guru dapat meminta siswa, misalnya:
a. menceritakan
kembali isi materi yang disimaknya;
b. menyebutkan
urutan ide pokok dari apa yang disimak;
c. menyebutkan
tokoh atau pelaku cerita dari apa yang disimaknya;
d. menemukan
makna yang tersurat dari apa yang disimaknya;
e. menemukan
makna yang tersirat dari apa yang disimaknya;
f. menemukan
ciri-ciri atau gaya bahasa yang digunakan dalam wacana yang dibacakan;
g. menilai isi
dari apa yang disimaknya.
Pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan guru kepada siswa
tentu saja harus disesuaikan dengan tujuan yang telah dirumuskan.
Dalam penggunaan teknik ini, guru dituntut untuk dapat
membaca dengan baik sesuai dengan jenis wacana yang dibacanya. Oleh karena itu,
guru perlu menyiapkan benar-benar bahan bacaan dan cara membacanya, jangan
sampai siswa mengalami kesulitan memahami isi yang disimaknya hanya karena
pembacaan yang kurang siap.
4. Teknik Satu
Rekaman Satu Kelas
Guru terlebih dahulu menyiapkan rekaman melalui kaset (tape
recorder), CD, ataupun laptop yang berisi ceramah, pembacaan puisi, pidato,
cerita/dongeng, drama, dan sebagainya. Kemudian guru memberi petunjuk-petunjuk
sebelum kaset di putar tentang hal-hal yang perlu disimak. Setelah itu guru
memutar rekaman yang telah disiapkan sebelumnya (dongeng, misalnya). Siswa
diminta menyimak baik-baik. Rekaman dapat diputar ulang bila siswa belum dapat
mengikuti tentang apa yang diputar. Kemudian siswa diberikan tugas menjawab
pertanyaan-pertanyaan untuk menguji pemahamannya terhadap rekaman yang
disimaknya, seperti:
a. apa tema dari
dongeng yang anak-anak simak?
b. siapa yang
menjadi tokoh dalam dongeng tersebut?
c. bagaimana
watak dari tokoh tersebut?
d. sebutkan
amanat yang terdapat dalam dongeng tersebut!
e. dan
lain-lain.
5. Teknik Group
Cloze
Dalam penggunaan teknik ini, guru membacakan sebuah wacana
sekali, siswa diminta menyimak baik-baik. Kemudian, guru membacakan lagi wacana
tersebut dengan cara membaca paragraf
awal penuh, sedangkan paragraf berikutnya ada beberapa kata atau kelompok kata
yang dihilangkan. Setelah itu, tugas siswa adalah memikirkan konteks wacana dan
mengisi tempat yang kosong dengan kata-kata atau peristilahan atau kelompok
kata yang asli dari wacana yang dibacakan sebelumnya.
6. Teknik
Parafrase
Dalam penggunaan teknik ini, guru terlebih dahulu menyiapkan
sebuah puisi untuk disimak oleh siswa. Setelah itu, guru membacakan puisi yang
telah disiapkan dengan jelas. Kemudian setelah siswa selesai menyimak, siswa
secara bergiliran disuruh menceritakan kembali isi puisi yang telah disimaknya
dengan kata-kata sendiri.
Dalam menerapkan teknik ini, guru harus menyesuaikan dengan
perkembangan kebahasaan siswa, agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan sesuai
tujuan.
7. Teknik Simak
Libat Cakap
Sesuai dengan nama teknik ini, penyimak terlibat dalam
pembicaraan. Dalam pelaksanaan teknik ini guru dapat menugaskan siswa
mengadakan wawancara, misalnya dengan guru wali, guru pengajar bahasa Bali,
budayawan. Sebelum mengadakan wawancara, siswa diminta menyiapkan apa yang
perlu ditanyakan kepada orang yang diwawancarai. Tugas selanjutnya siswa
menyusun hasil wawancara yang kemudian diserahkan kepada guru untuk teliti.
8. Teknik Simak
Bebas Libat Cakap
Teknik ini senada dengan teknik simak libat cakap yang
mementingkan keterlibatan penyimak dalam pembicaraan. Penyimak di sini hanya
berlaku sebagai pemerhati yang penuh minat, tekun menyimak apa yang disampaikan
oleh pembicara sehingga penyimak dapat memahami isi pembicaraan, tujuan
pembicaraan, menganalisis apa yang dibicarakan, serta akhirnya menilai isi
pembicaraan.
Yumarti, A. 1988. Beberapa Teknik Pengajaran Menyimak. Dalam
majalah Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Bharatara Karya Aksara.
Suhendar, M. E dan Supinah, Pien. 1992. Bahasa Indonesia
(Keterampilan Berbahasa). Seri Mata Kuliah MKDU. Bandung: CV. Pionir Jaya.
Evaluasi dalam pendidikan diadakan untuk mengumpulkan
informasi sehubungan dengan pencapaian tujuan melalui kegiatan atau program
pendidikan.
Menurut para ahli, evaluasi adalah :
Benjamin Bloom (1981), berpendapat evaluasi lebih menekankan
pada perubahan perilaku yang terjadi pada individu sesudah mengikuti suatu
kegiatan belajar. Ia mengartikan evaluasi sebagai kegiatan mengumpulkan bukti
secara sistematik untuk melihat apakah individu telah mengalami perubahan
perilaku, serta berapa besarnya perubahan itu. Perubahan perilaku tersebut
dihubungkan dengan tujuan pembelajaran yang menyangkut ranah kemampuan
kognitif, afektif, serta psikomotorik.
a. Penilaian
Kemampuan Mendengarkan/Menyimak
Dalam pelaksanaan
pembelajaran bahasa di sekolah, khususnya Bahasa Indonesia, pembelajaran dan
penialian mendengarkan/menyimak, kurang mendapat perhatian sebagaimana halnya
keterampilan berbahasa yang lain. Belum tentu semua guru bahasa secara khusus
mengajarkan menyimak atau melakukan khusus penilaian mendengarkan/menyimak.
kepada siswanya dalam satu periode tertentu. Sesuai dengan namanya yaitu
penilaian kemampuan mendengarkan/menyimak, atau lebih tepatnya komprehensi
lisan, bahan tes yang diujikan disampaikan secara lisan dan diterima siswa
melalui sarana pendengaran. Masalah yang segera muncul adalah sarana apa yang
harus dipergunakan dan bagaimana cara menyampaikan penilaian yang efektif
perlukah kita mempergunakan media rekaman atau langsung disampaikan (dibacakan)
lisan oleh guru sewaktu tes itu berlangsung. Kemampuan menyimak diartikan
sebagai kemampuan menangkap dan memahami bahasa lisan. Oleh karena itulah,
bahan yang sesuai tentulah berupa wacana, berhubung sebuah wacana pastilah
memuat informasi. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan
bahan (wacana) yang digunakan untuk bahan tes menyimak, yaitu sebagai berikut:
1) tingkat kesulitan wacaana, 2) isi cakupan wacana, dan 3) jenis-jenis wacana.
Tingkat kesulitan wacana terutama untuk tes dapat dilihat dari faktor kosa kata
dan struktur kalimat yang dipergunakan. Jika kosakata yang dipergunakan sulit,
bermakna ganda, dan abstrak, jarang dipergunakan, ditambah lagi struktur
kalimatnya juga kompleks, wacana tersebut termasuk wacana yang tinggi tingkat
kesulitannya, Akan tetapi, jika kedua aspek kebahasaan tersebut sederhana,
wacana itu pun akan sederhana pula. Jika hanya salah satu aspek saja yang sulit
baik kosakata maupun struktur, wacana yang bersangkutan masih tergolong agak
sulit. Isi dan cakupan wacana biasanya mempengaruhi tingkat kesulitan wacana.
Jika isi dan cakupan itu sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa atau sesuai
dengan bidang yang dipelajari, hal itu akan mempermudah wacana yang
bersangkutan. Wacana yang diteskan hendaknya yang berisi hal-hal yang bersifat
netral sehingga sangat memungkinkan adanya kesamaan pandangan terhadap isi
masalah itu. Untuk kepentingan kepraktisan, diperlukan pembatasan panjang
wacana yang diteskan dan dari segi validitas tes itu terpenuhi. Bentuk wacana
yang sering dipergunakan dalam tes : (a) Pertanyaan atau pernyataan singkat ,
(b) dialog, (c) ceramah Berikut ini beberapa bentuk tes menyimak. 1) menuliskan
kata baku yang disimakkan, 2) menuliskan kata yang mirip bunyi dan berbeda
maknanya dalam kalimat. Contoh syarat – sarat, 3) Pemahaman pernyataan atau
pertanyaan, dan 4) Pemahaman wacana.
1. Tes Menyimak
Kemampuan menyimak bersifat reseptif, siswa memahami pesan
yang dikomunikasikan secara lisan. Kemampuan ini pada dasrnya bersifat
kognitif.
Kemampuan menyimak dapat dievaluasi dengan beberapa cara,
yaitu:
Ø Informasi/Deskripsi
Lisan, berdasarkan informasi lisan tentang kebakaran di seluruh desa. Siswa
diminta menduga sebab-sebab kejadian tersebut.
Ø Informasi/Deskripsi
Lisan Mengenai Sesuatu, melalui rekaman bacaan disampaikan informasi tentang
kejadian suatu tempat. Pada lembar jawaban, siswa diminta menuliskan kejadian
tersebut dalam bahasa ibunya, atau dengan kalimatnmya sendiri.
Ø Identifikasi Tema
Cerita (untuk siswa di daerah), Guru menceritakan dalam bahasa Indonesia sebuah
cerita dengan tema yang umum, misalnya bahwa yang benar itu akhirnya akan
menang. Siswa diminta untuk menyebutkan cerita dengan tema yang sama dengan
menggunakan bahasa ibu.
Ø Identifikasi Topik
Berdasarkan Informasi Pendek, melalui rekaman diperdengarkan percakapan antara
dua orang, misalnya yang sedang menonton sepak bola. Siswa diminta menuliskan
percakapan tersebut.
Ø Pilihan Ganda
Berdasrkan Informasi Pendek, guru menyiapkan rekaman atau tes untuk dibacakan
yang berisi ringkasan siaran radio. Setiap ringkasan diberi nomor dan
diperdengarkan atau dibacakan satu kali dengan kecepatan biasa.
Dari uraian di atas, ternyata tes menyimak disampaikan dalam
bentuk lisan (berupa rekaman, dibacakan maupun dibacakan secara langsung).
Jawabannya dapat diberikan secara lisan atau tertulis, baik berupa pilihan
ganda atau esei dalam bentuk bahasa Indonesia atau daerah (di daerah).
Tes menyimak dapat juga berwujud tes perbuatan. Kepada siswa
diperdengarkan informasi/instruksi dan siswa harus melakukan perbuatan sesuai
dengan informasi/instruksi itu.
1. Strategi
Menyimak Dan Berpikir Langsung (Mbl / Dlta(Direct Listening Thinking
Activities))
a. Pra Simak
Persiapan Menyimak :
Pada tahap ini guru memberitahukan judul cerita yang akan
disimak, misalnya “Saat Sendirian di Rumah”.
Berdasarkan judul tersebut guru menanyakan kepada siswa
misalnya: “Bagaimana seandainya malam hari sendirian di rumah?”
Untuk membangkitkan imajinasi siswa guru bisa menunjukkan
gambar rumah yang gelap.
Selanjutnya guru mengajukan pertanyaan Apa kira-kira isi
cerita yang akan dibacakan, apa yang kira-kira menarik dari cerita itu,
bagaimana seandainya peristiwa itu terjadi pada kalian? Dan sebagainya.
b. Saat Simak
Guru Membaca Nyaring :
Guru membacakan cerita dengan suara nyaring secara menarik
dan hidup
Pada bagian tertentu yang dianggap memiliki hubungan dengan
prediksi dan tujuan pembelajaran, guru menghentikan pembacaan dan mengajukan
pertanyaan kepada siswa. Misalnya : “Apa kesimpulan yang kalian peroleh, apa
yang terjadi kemudian, apa yang terjadi selanjutnya, dsb.”
Setelah tanya jawab dianggap cukup, guru melanjutkan
membacakan lagi. Dan mengulangi langkah di poin kedua sampai cerita selesai.
c. Pasca Simak
Refleksi :
Guru mengakhiri pembacaan cerita
Selanjutnya guru meminta siswa untuk mengemukakan kembali
isi cerita dan guru meminta pendapat siswa tentang unsur-unsur cerita, misalnya
tentang watak tokoh, tentang alur, seting dan sebagainya secara lisan. Kegiatan
ini bisa dilakukan dengan menunjuk siswa maju ke depan untuk menceritakan
kembali cerita yang telah dibacakan guru secara bergantian
2. Strategi
Pertanyaan Jawaban (Pj)
a. Pra Simak
Guru mengemukakan judul bahan simakan
Guru mengajukan pertanyaan berkenaan dengan isi simakan yang
akan dibicarakan
b. Saat Simak
Guru membacakan materi simakan. Pembacaan dapat dilakukan
perbagian dengan diselingi pertanyaan atau dibacakan secara keseluruhan secara
langsung
c. Pasca Simak
Guru membacakan materi simakan. Pembacaan dapat dilakukan
perbagian dengan diselingi pertanyaan atau dibacakan secara keseluruhan secara
langsung
Setelah materi simakan selesai dibacakan guru memberi
kesempatan kepada siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami.
Guru mengadakan tanya-jawab dengan siswa.
Siswa mengemukakan kembali informasi yang telah diperoleh,
(bisa secara tertulis atau lisan).
3.Strategi Kegiatan Menyimak Secara Langsung/Kml Atau Dla
(Direct Listening Activities)
a. Pra Simak
Guru mengemukakan tujuan pembelajaran, membacakan judul teks
simakan, bertanya jawab dengan siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan
judul bahan simakan sebagai upaya untuk pembangkitan skemata siswa. Selanjutnya
guru mengemukakan hal-hal pokok yang perlu dipahami siswa dalam menyimak
b. Saat Simak
Guru meminta siswa mendengarkan materi simakan yang
dibacakan oleh guru.
c. Pasca Simak
Guru melakukan tanya jawab tentang isi simakan. Pertanyaan
tidak selalu harus diikat oleh pertanyaan yang terdapat dalam buku. Guru
hendaknya menambahkan pertanyaan yang dikaitkan dengan konteks kehidupan siswa
atau masalah lain yang aktual.
Guru memberikan latihan/tugas/kegiatan lain yang berfungsi
untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam menyimak.
G. Prinsip Peningkatan Menyimak
· Tatap Muka
· Fokus Pada
Makna dan Bahan Penting serta Baru
· Kegiatan
Pemahaman
· Kecermatan
dan Analisis Bentuk
Ø Strategi kegiatan
menyimak secara langsug (KML).
a. Pra simak
Guru mengemukakan tujuan pembelajaran, membacakan judul teks
simakan, bertanya-jawab dengan siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan
judul bahan simakan sebagai upaya untuk membangkitkan skemata siswa.
Selanjutnya guru mengemukakan hal-hal pokok yang perlu dipahami dalam menyimak.
b. Saat simak
Guru meminta siswa mendengarkan materi simakan yang
dibacakan oleh guru.
c. Pasca simak
1. Guru melakukan
tanya-jawab tentang isi simakan. Pertanyaan tidak selalu harus diikat oleh
pertanyaan yang terdapat dalam buku. Guru hendaknya menambahkan pertanyaan yang
dikaitkan dengan konteks kehidupan siswa atau masalah lain yang aktual.
2. Guru
memberikan latihan/tugas/kegiatan lagin yang berfungsi untuk mengembangkan
ketrampilan siswa dalam menyimak.
Leave a Comment