Lingkungan - Lingkungan Pendidikan
1. LINGKUNGAN PENDIDIKAN PADA LINGKUNGAN KELUARGA
Lingkungan keluarga mnerupakan lingkungan pertama, karena dalam lingkungan ini anak pertama mendapatkan bimbingan, dikatakan lingkungan utama karena sebagian besar dikehidupan anak adalah didalam keluarga. Sehingga pendidikan yang paling banyak adalah dari lingkungan keluarga. Dengan demikian jelas bahwa orang yang pertama bertanggung jawab atas pendidikan anak adalah orangtua.
A. Fungsi dan peranan pendidikan keluarga
Beberapa hal yang memegang peranan penting keluarga sebagai fungsi pendidikan dalam membentuk pandangan hidup seseorang meliputi pendidikan berupa pembinaan akidah dan akhlak, keilmuan dan atau intelektual dan kreativitas yang mereka miliki serta kehidupan pribadi dan sosial.
1. Pembinaan Intelektual
Pembinaan intelektual dalam keluarga memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan kualitas manusia, baik intelektual, spiritual maupun sosial. Karena manusia yang berkualitas akan mendapat derajat yang tinggi. Dengan adanya pendidikan melalui pembinaan intelektual maka kehidupan dalam keluarga dapat berjalan secara logis dan benar.
2. Pembinaan Akidah dan Akhlak
Mengingat keluarga dalam hal ini lebih dominan adalah seorang anak dengan dasar-dasar keimanan, sejakmulai mengerti dan dapat memahami sesuatu, maka seorang tokoh terkemuka yaiu al-Ghazali memberikan beberapa metode pendidikan dalam rangka menanamkan aqidah dan keimanan yaitu dengan cara memberikan pemahaman lewat hafalan.
Sebab proses pemahaman diawali dengan hafalan terlebih dahulu. Ketika mau menghafalkan dan kemudian memahaminya, akan tumbuh dalam dirinya sebuah keyakinan dan pada akhirnya membenarkan apa yang diayakini. Inilah proses yang dialami anak pada umumnya.
Akidah adalah bentuk penyaksian dari sebuah keimanan atas keesaan Tuhan. Sedangkan Akhlak adalah implementasi dari iman dalam segala bentuk perilaku, pendidikan dan pembinaan akhlak anak. Dalam keluarga pendidikan yang berupa pembinaan akidah dan akhlak dilaksanakan dengan memberi contoh dan teladan dari orang tua
3. Pembinaan Kepribadian dan Sosial
Dalam hal yang baik ini adanya kewajiban orang tua untuk menanamkan pentingnya memberi support kepribadian yang baik bagi anak didik yang relative masih muda dan belum mengenal pentingnya arti kehidupan berbuat baik, hal ini cocok dilakukan pada anak sejak dini agar terbiasa berprilaku sopan santun dalam bersosial dengan sesamanya. Untuk memulainya, orang tua bisa dengan mengajarkan agar dapat berbakti kepada orang tua agar kelak anak dapat menghormati orang yang lebih tua darinya. Disamping itu, dalam pembinaan kepribadian dan sosial tersebut akan menciptakan fungsi pendidikan yang bersifat kultural, sehingga budaya dan adat yang dipegang dalam kelurga dapat tetap lestari dan terjaga.
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
B. Tanggung Jawab Keluarga
Dasar – dasar tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anaknya meliputi hal -hal berikut:
1. Adanya motivasi dan dorongan cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dan anak.
2. Pemberian motivasi kewajiban moral sebagai konsekuensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya.
3. Tanggung jawab sosial adalah bagian dari keluarga yang pada gilirannya akan menjadi tanggung jawab masyarakat, bangsa dan negara.
4. Memelihara dan membesarkan anaknya.
2. PENDIDIKAN DALAM LINGKUP SEKOLAH
A. Pengertian Lingkungan Sekolah
Menurut Tu`u (2004:18) sekolah merupakan wahana kegiatan dan proses pendidikan, pembelajaran dan latihan. Di sekolah nilai-nilai etik, moral, mental, spiritual, perilaku, disiplin, ilmu pengetahuan dan keterampilan ditabur, ditanam, disiram, ditumbuhkan dan dikembangkan. Sehingga sekolah menjadi tempat yang berpengaruh terhadap perkembangan belajar siswa.
B. Unsur Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan salah satu institusi sosial yang mempengaruhi proses sosialisasi dan berfungsi mewariskan kebudayaan masyarakat kepada anak. Sekolah mempunyai struktur organisasi yang baik sehingga di lingkungan sekolah dapat menyampaikan pembelajaran dengan efektif.
Ahmadi (2007:187) menyatakan kebudayaan sekolah mempunyai beberapa unsur penting, yaitu:
1) Letak lingkungan dan prasarana fisik sekolah (gedung, sekolah, perlengkapan).
2) Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun fakta-fakta yang menjadi keseluruhan program pendidikan.
3) Warga sekolah yang terdiri dari siswa, guru, non teaching spesialis dan tenaga administrasi.
4) Nilai-nilai norma, sistem peraturan dan iklim kehidupan sekolah.
C. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa di sekolah
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi belajar siswa di sekolah diantaranya:
1) Metode Mengajar
Metode mengajar menjadi pengaruh dalam belajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik. Metode belajar yang kurang baik disebabkan karena kurangnya kesiapan guru dalam menyiapkan materi secara matang sehingga tidak tersampaikan dengan baik kepada siswa.
2) Kurikulum
Dalam menjalankan kurikulum, pendidik harus dapat menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkannya. Serta standar pengajaran yang harus ditetapkan dengan tepat dan jelas.
3) Relasi Guru dengan Siswa
Ketika relasi guru dengan siswa yang baik, siswa akan menyukai guru tersebut maka siswa akan menyukai pelajaran yang diberikannya sehingga siswa akan bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya.
4) Relasi Siswa dengan Siswa
Di dalam kelas terdapat berbagai macam karakter siswa yang berbeda-beda, maka jika interaksi antar siswa tidak baik maka akan menyebabkan ketidaknyamanan siswa dalam belajar.
5) Disiplin Sekolah
Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar, kedisiplinan pegawai dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan kelas, gedung sekolah dan halaman, kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola seluruh staf dan kedisiplinan BP dala, pelayanan kepada siswanya.
6) Fasilitas Sekolah
Fasilitas sekolah sebagai penunjang belajar siswa terutama dalam menjalankan praktek belajar. Jika fasilitas sekolah memadai maka proses belajar akan mudah.
3. PENDIDIKAN DALAM LINGKUP MASYARAKAT
Masyarakat berperan dalam mengawasi pendidikan agar sekolah tetap membantu dan mendukung cita-cita dan kebutuhan masyarakat.Masyarakat yang ikut menyediakan tempat pendidikan seperti gedung-gedung museum, perpustakaan, panggung-panggung kessenian, kebun binatang, dan sebagainya.
Masyarakat yang menyediakan berbagai sumber untuk sekolah. Mereka dapat diundang ke sekolah untuk memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu masalah yang sedang dipelajari anak didik. Orang-orang yang mempunyai keahlian khusus banyak sekali terdapat di masyarakat, seperti petani, peternak, saudagar, polisi, dokter, dan sebagainya.
Dengan demikian, jelas sekali bahwa peran masyarakat sangatlah besar terhadap pendidikan sekolah. Untuk itu, sekolah perlu memanfaatkannya sebaik-baiknya, paling tidak bahwa pendidikan harus dapat mempergunakan sumber-sumber pengetahuan yang ada di masyarakat dengan alasan sebagai berikut.
Dengan melihat apa yang terjadi di masyarakat, anak didik akan mendapatkan pengalaman langsung (first hand experience) sehingga mereka dapat memiliki pengalaman yang konkret dan mudah diingat.
Pendidikan membina anak-anak yang bersal dari masyarakat, dan akan kembali ke masyarakat.
Di masyarakat banyak sumber pengetahuan yang memungkinkan guru sendiri dalam mengetahuinya.
1. Lingkungan pendidikan Masyarakat
Dalam fungsinya sebagai makhluk sosial( homo socius), manusia dalam kehidupanya senantiasa berhubungan dan memerlukan bantuan orang lain. Oleh karena itu, manusia tidak mungkin bias hidup secara layak tanpa berinterksi dengan lingkungan masyarakat dimana mereka berada.
Secara sederhana, masyarakat ( lingkungan sosial) dapat diartikan sebagai sekelompok individu pada suatu komunitas yang terikat oleh satu kesatuan visi kebudayaan yang mereka sepakati bersama. Setidaknya ada dua macam bentuk masyarakat dalam komunitas yang terikat oleh satu kesatuan visi kebudayaan yang mereka sepakati bersama. Setidaknya ada dau macam bentuk masyarakat dalam komunitas kehidupan manusia. Pertama, kelompok primer yaitu kelompok dimana manusia mula-mula berinteraksi dengan orang lain secara langsung, seperti keluarga dan masyarakat secara umum. Kedua, kelompok sekunder yaitu kelompok yang dibentuk secara sengaja atas pertimbangan dan kebutuhan tertentu, seperti perkumpulan profesi, sekolah, partai politik, dan sebagainya. Kesatuan visi ini secara luas kemudian membentuk hubungan yang komunikatif dan dinamis, sesuai dengan tuntutan perkembangan zamannya.
Bila penjelasan di atas ditarik dalam dataran pendidikan, eksistensi masyarakat sangat besar peranan dan pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual dan kepribadian individu peserta didik, Sebab, keberadaan masyarakat merupakan laboratorium dan sumber makro yang penuh alternative bagi memperkaya pelaksanaan proses pendidikan. Untuk itu, setiap anggota masyarakat memiliki peranan dan tanggung jawab moral terhadap terlaksananya proses pendidikan. Kesemua unsur yang ada dalam masyarakat harus senantiasa terpadu, bekerja sama dan sekaligus menjadi alat control bagi pelaksanaan pendidikan. Hal ini disebabkan adanya hubungan dan kepentingan yang timbale balik antara masyarakat dan pendidikan. Sebab lewat pendidikanlah nilai-nilai kekebudayaan suatu komunitas masyarakat dapat dipertahankan dan dilestarikan. Disisi lain, pendidikan merupakan sarana yang paling tepat dan efektif untuk menyatukan visi dan tujuan suatu komunitas masyarakat yang demikian heterogen dan kompleks. Untuk itu, pendidikan harus mampu mengakumulasikan seluruh potensi dan nilai kebudayaan masyarakat dan sistem pendidikannya. Dengan konsep dan upaya kondusif ini, baik masyarakat maupun lembaga pendidikan akan merasa saling memiliki dan bertanggung jawab atas berhasil atau tidaknya proses pendidikan, dalam mensosialisasikan nilai-nilai kebudayaan dan kemanusiaan manusia.
Bila dilihat dari penjelasan diatas, terlihat bahwa untuk menghasilkan proses belajar mengajar yang kondusif bagi pengembangan potensi peserta didik secara optimal, serta sesuai dengan nilai-nilai Ilahiah, peranan ketiga unsur di atas harus senantiasa saling mengisi secara harmonis dan integral. Jika salah satu diantara unsur tersebut tidak melaksanakan tugas dan fungsinya, maka mustahil pendidikan yang diinginkan akan berhasil secara maksimal. Hal ini disebabkan keterbatasan kemampuan dan ruang lingkup antara satu unsur dengan unsur yang lain. Oleh karena itu, perlu adanya renovasi dan reorientasi kembali konsep pendidikan yang dilaksanakan, agar mampu melibatkan ketiga unsur tersebut dalam satu kesatuan visi dan misi pendidikan secara aktif dan dinamis. Dengan kesatuan visi dan misi itulah, proses pelaksanaan pendidikan dapat mencapai tujuannya secara sempurna, baik sebagai agent of change, pembentuk pribadi individu muslum yang paripurna (sebagai ‘abd maupun sebagaikhlaifah fi al-ardh), serta pencipta insane masa depan yang siap pakai, terutama dalam menghadapi millinium ketiga yang semakin kompleks dan menantang.
Sejalan dengan misi agama islam yang bertujuan memberikan rahmat bagi sekalian makhluk dialam ini, maka pendidikan islam mengidentifikasikan sasaranya yang digali dari sumber ajaran Al-qur’an, meliputi empat pengembangan fungsi manusia yaitu:
1. Menyadarkan manusia secara individual pada posisi dan fungsinya ditengah makhluk lain, serta tentang tanggung jawab dalam kehidupanya. Dengan kesadaran ini, manusia akan mampu berperan sebagai makhluk Allah yang paling utamadi antara makhluk- mahkluk lainya sehingga mampu berfungsi khalifah dimuka bumi ini, bahkan malaikat pun pernah bersujud kepadanya, karena manusia sedikit lebih tinggi kejadianya dari malaikat, yang hanya terdiri dari perpaduan unsur-unsur rohaniyah, yaitu Nur ilahi. Manusia adalah makhluk yang terdiri dari perpaduan unsur –unsur rohani dan jasmani.
Sebagaimana yang dikemukakan terdahulu, masyarakat yang merupakan lembaga ketiga sebagai lembaga pendidikan, dalam konteks penyelenggaraan pendidikan itu sendiri besar sekali perannya. Bagaimanapun kemajuan an keberadaan suatu lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh peran serta masyarakat yang ada. Berikut ini adalah beberapa peran dari masyarakat terhadap pendidikan (sekolah).
1. Masyarkat berperan serta dalam mendirikan dan membiayai sekolah.
2. Masyarakat berperan dalam mengawasi pendidikan agar sekolah tetap membantu danmendukung cita-cita dan kebutuhan masyarakat.
3. Masyarakatlah yang ikut menyediakan tempat pendidikan seperti gedung-gedung meseum, perpustakaan, panggung-panggung kesenian, kebun binatang dan sebagainya.
4. Masyarakatlah yang meyediakan berbagai sumber untuksekolah. Mereka dapat diundang ke sekolah untuk memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu masalah yang sedang dipelajari anak didik. Orang-orang yang mempunyai keahlian khusus banyak sekali terhadap di masyarakat, seperti petani, peternak, saudagar, polisi, dokter dan sebagainya.
5. Masyarakat sebagai sumber pelajaran atau laboratorium tempat belajar. Disamping buku-buku pelajaran, masyarakat memberi bahan pelajaran yang banyak sekali, antara lain seperti aspek alami industri, perumahan, transportasi, perkebunan, petambangan dan sebagainya. Dengan demikian, jelas sekali bahwa peran masyarakat sangatlah besar terhadap pendidikan sekolah. Untuk itu, sekolah perlu memanfaatkannya sebaik-baiknya, paling tidak bahwa pendidikan harus dapat mempergunakan sumber pengetahuan yang ada di masyarakat dengan alas an sebagai berikut.
1. Dengan melihat apa yang terjadi di masyarakat, anak didik akan mendapatkan pengalaman langsung (first hand experience) sehingga mereka dapat memiliki pengalaman yang konkret dan mudah di ingat.
2. Pendidikan membina anak-anak yang berasal dari masyarakat, dan akan kembali ke masyarakat.
3. Di masyarakat banyak sumber pengetahuan yang mungkin guru sendiri belum mengetahuinya.
4. Kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat membutuhkan orang-orang yang terdidik dan anak didik pun membutuhkan masyarakat.
Lingkungan keluarga mnerupakan lingkungan pertama, karena dalam lingkungan ini anak pertama mendapatkan bimbingan, dikatakan lingkungan utama karena sebagian besar dikehidupan anak adalah didalam keluarga. Sehingga pendidikan yang paling banyak adalah dari lingkungan keluarga. Dengan demikian jelas bahwa orang yang pertama bertanggung jawab atas pendidikan anak adalah orangtua.
A. Fungsi dan peranan pendidikan keluarga
Beberapa hal yang memegang peranan penting keluarga sebagai fungsi pendidikan dalam membentuk pandangan hidup seseorang meliputi pendidikan berupa pembinaan akidah dan akhlak, keilmuan dan atau intelektual dan kreativitas yang mereka miliki serta kehidupan pribadi dan sosial.
1. Pembinaan Intelektual
Pembinaan intelektual dalam keluarga memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan kualitas manusia, baik intelektual, spiritual maupun sosial. Karena manusia yang berkualitas akan mendapat derajat yang tinggi. Dengan adanya pendidikan melalui pembinaan intelektual maka kehidupan dalam keluarga dapat berjalan secara logis dan benar.
2. Pembinaan Akidah dan Akhlak
Mengingat keluarga dalam hal ini lebih dominan adalah seorang anak dengan dasar-dasar keimanan, sejakmulai mengerti dan dapat memahami sesuatu, maka seorang tokoh terkemuka yaiu al-Ghazali memberikan beberapa metode pendidikan dalam rangka menanamkan aqidah dan keimanan yaitu dengan cara memberikan pemahaman lewat hafalan.
Sebab proses pemahaman diawali dengan hafalan terlebih dahulu. Ketika mau menghafalkan dan kemudian memahaminya, akan tumbuh dalam dirinya sebuah keyakinan dan pada akhirnya membenarkan apa yang diayakini. Inilah proses yang dialami anak pada umumnya.
Akidah adalah bentuk penyaksian dari sebuah keimanan atas keesaan Tuhan. Sedangkan Akhlak adalah implementasi dari iman dalam segala bentuk perilaku, pendidikan dan pembinaan akhlak anak. Dalam keluarga pendidikan yang berupa pembinaan akidah dan akhlak dilaksanakan dengan memberi contoh dan teladan dari orang tua
3. Pembinaan Kepribadian dan Sosial
Dalam hal yang baik ini adanya kewajiban orang tua untuk menanamkan pentingnya memberi support kepribadian yang baik bagi anak didik yang relative masih muda dan belum mengenal pentingnya arti kehidupan berbuat baik, hal ini cocok dilakukan pada anak sejak dini agar terbiasa berprilaku sopan santun dalam bersosial dengan sesamanya. Untuk memulainya, orang tua bisa dengan mengajarkan agar dapat berbakti kepada orang tua agar kelak anak dapat menghormati orang yang lebih tua darinya. Disamping itu, dalam pembinaan kepribadian dan sosial tersebut akan menciptakan fungsi pendidikan yang bersifat kultural, sehingga budaya dan adat yang dipegang dalam kelurga dapat tetap lestari dan terjaga.
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
B. Tanggung Jawab Keluarga
Dasar – dasar tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anaknya meliputi hal -hal berikut:
1. Adanya motivasi dan dorongan cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dan anak.
2. Pemberian motivasi kewajiban moral sebagai konsekuensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya.
3. Tanggung jawab sosial adalah bagian dari keluarga yang pada gilirannya akan menjadi tanggung jawab masyarakat, bangsa dan negara.
4. Memelihara dan membesarkan anaknya.
2. PENDIDIKAN DALAM LINGKUP SEKOLAH
A. Pengertian Lingkungan Sekolah
Menurut Tu`u (2004:18) sekolah merupakan wahana kegiatan dan proses pendidikan, pembelajaran dan latihan. Di sekolah nilai-nilai etik, moral, mental, spiritual, perilaku, disiplin, ilmu pengetahuan dan keterampilan ditabur, ditanam, disiram, ditumbuhkan dan dikembangkan. Sehingga sekolah menjadi tempat yang berpengaruh terhadap perkembangan belajar siswa.
B. Unsur Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan salah satu institusi sosial yang mempengaruhi proses sosialisasi dan berfungsi mewariskan kebudayaan masyarakat kepada anak. Sekolah mempunyai struktur organisasi yang baik sehingga di lingkungan sekolah dapat menyampaikan pembelajaran dengan efektif.
Ahmadi (2007:187) menyatakan kebudayaan sekolah mempunyai beberapa unsur penting, yaitu:
1) Letak lingkungan dan prasarana fisik sekolah (gedung, sekolah, perlengkapan).
2) Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun fakta-fakta yang menjadi keseluruhan program pendidikan.
3) Warga sekolah yang terdiri dari siswa, guru, non teaching spesialis dan tenaga administrasi.
4) Nilai-nilai norma, sistem peraturan dan iklim kehidupan sekolah.
C. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa di sekolah
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi belajar siswa di sekolah diantaranya:
1) Metode Mengajar
Metode mengajar menjadi pengaruh dalam belajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik. Metode belajar yang kurang baik disebabkan karena kurangnya kesiapan guru dalam menyiapkan materi secara matang sehingga tidak tersampaikan dengan baik kepada siswa.
2) Kurikulum
Dalam menjalankan kurikulum, pendidik harus dapat menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkannya. Serta standar pengajaran yang harus ditetapkan dengan tepat dan jelas.
3) Relasi Guru dengan Siswa
Ketika relasi guru dengan siswa yang baik, siswa akan menyukai guru tersebut maka siswa akan menyukai pelajaran yang diberikannya sehingga siswa akan bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya.
4) Relasi Siswa dengan Siswa
Di dalam kelas terdapat berbagai macam karakter siswa yang berbeda-beda, maka jika interaksi antar siswa tidak baik maka akan menyebabkan ketidaknyamanan siswa dalam belajar.
5) Disiplin Sekolah
Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar, kedisiplinan pegawai dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan kelas, gedung sekolah dan halaman, kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola seluruh staf dan kedisiplinan BP dala, pelayanan kepada siswanya.
6) Fasilitas Sekolah
Fasilitas sekolah sebagai penunjang belajar siswa terutama dalam menjalankan praktek belajar. Jika fasilitas sekolah memadai maka proses belajar akan mudah.
3. PENDIDIKAN DALAM LINGKUP MASYARAKAT
Masyarakat berperan dalam mengawasi pendidikan agar sekolah tetap membantu dan mendukung cita-cita dan kebutuhan masyarakat.Masyarakat yang ikut menyediakan tempat pendidikan seperti gedung-gedung museum, perpustakaan, panggung-panggung kessenian, kebun binatang, dan sebagainya.
Masyarakat yang menyediakan berbagai sumber untuk sekolah. Mereka dapat diundang ke sekolah untuk memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu masalah yang sedang dipelajari anak didik. Orang-orang yang mempunyai keahlian khusus banyak sekali terdapat di masyarakat, seperti petani, peternak, saudagar, polisi, dokter, dan sebagainya.
Dengan demikian, jelas sekali bahwa peran masyarakat sangatlah besar terhadap pendidikan sekolah. Untuk itu, sekolah perlu memanfaatkannya sebaik-baiknya, paling tidak bahwa pendidikan harus dapat mempergunakan sumber-sumber pengetahuan yang ada di masyarakat dengan alasan sebagai berikut.
Dengan melihat apa yang terjadi di masyarakat, anak didik akan mendapatkan pengalaman langsung (first hand experience) sehingga mereka dapat memiliki pengalaman yang konkret dan mudah diingat.
Pendidikan membina anak-anak yang bersal dari masyarakat, dan akan kembali ke masyarakat.
Di masyarakat banyak sumber pengetahuan yang memungkinkan guru sendiri dalam mengetahuinya.
1. Lingkungan pendidikan Masyarakat
Dalam fungsinya sebagai makhluk sosial( homo socius), manusia dalam kehidupanya senantiasa berhubungan dan memerlukan bantuan orang lain. Oleh karena itu, manusia tidak mungkin bias hidup secara layak tanpa berinterksi dengan lingkungan masyarakat dimana mereka berada.
Secara sederhana, masyarakat ( lingkungan sosial) dapat diartikan sebagai sekelompok individu pada suatu komunitas yang terikat oleh satu kesatuan visi kebudayaan yang mereka sepakati bersama. Setidaknya ada dua macam bentuk masyarakat dalam komunitas yang terikat oleh satu kesatuan visi kebudayaan yang mereka sepakati bersama. Setidaknya ada dau macam bentuk masyarakat dalam komunitas kehidupan manusia. Pertama, kelompok primer yaitu kelompok dimana manusia mula-mula berinteraksi dengan orang lain secara langsung, seperti keluarga dan masyarakat secara umum. Kedua, kelompok sekunder yaitu kelompok yang dibentuk secara sengaja atas pertimbangan dan kebutuhan tertentu, seperti perkumpulan profesi, sekolah, partai politik, dan sebagainya. Kesatuan visi ini secara luas kemudian membentuk hubungan yang komunikatif dan dinamis, sesuai dengan tuntutan perkembangan zamannya.
Bila penjelasan di atas ditarik dalam dataran pendidikan, eksistensi masyarakat sangat besar peranan dan pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual dan kepribadian individu peserta didik, Sebab, keberadaan masyarakat merupakan laboratorium dan sumber makro yang penuh alternative bagi memperkaya pelaksanaan proses pendidikan. Untuk itu, setiap anggota masyarakat memiliki peranan dan tanggung jawab moral terhadap terlaksananya proses pendidikan. Kesemua unsur yang ada dalam masyarakat harus senantiasa terpadu, bekerja sama dan sekaligus menjadi alat control bagi pelaksanaan pendidikan. Hal ini disebabkan adanya hubungan dan kepentingan yang timbale balik antara masyarakat dan pendidikan. Sebab lewat pendidikanlah nilai-nilai kekebudayaan suatu komunitas masyarakat dapat dipertahankan dan dilestarikan. Disisi lain, pendidikan merupakan sarana yang paling tepat dan efektif untuk menyatukan visi dan tujuan suatu komunitas masyarakat yang demikian heterogen dan kompleks. Untuk itu, pendidikan harus mampu mengakumulasikan seluruh potensi dan nilai kebudayaan masyarakat dan sistem pendidikannya. Dengan konsep dan upaya kondusif ini, baik masyarakat maupun lembaga pendidikan akan merasa saling memiliki dan bertanggung jawab atas berhasil atau tidaknya proses pendidikan, dalam mensosialisasikan nilai-nilai kebudayaan dan kemanusiaan manusia.
Bila dilihat dari penjelasan diatas, terlihat bahwa untuk menghasilkan proses belajar mengajar yang kondusif bagi pengembangan potensi peserta didik secara optimal, serta sesuai dengan nilai-nilai Ilahiah, peranan ketiga unsur di atas harus senantiasa saling mengisi secara harmonis dan integral. Jika salah satu diantara unsur tersebut tidak melaksanakan tugas dan fungsinya, maka mustahil pendidikan yang diinginkan akan berhasil secara maksimal. Hal ini disebabkan keterbatasan kemampuan dan ruang lingkup antara satu unsur dengan unsur yang lain. Oleh karena itu, perlu adanya renovasi dan reorientasi kembali konsep pendidikan yang dilaksanakan, agar mampu melibatkan ketiga unsur tersebut dalam satu kesatuan visi dan misi pendidikan secara aktif dan dinamis. Dengan kesatuan visi dan misi itulah, proses pelaksanaan pendidikan dapat mencapai tujuannya secara sempurna, baik sebagai agent of change, pembentuk pribadi individu muslum yang paripurna (sebagai ‘abd maupun sebagaikhlaifah fi al-ardh), serta pencipta insane masa depan yang siap pakai, terutama dalam menghadapi millinium ketiga yang semakin kompleks dan menantang.
Sejalan dengan misi agama islam yang bertujuan memberikan rahmat bagi sekalian makhluk dialam ini, maka pendidikan islam mengidentifikasikan sasaranya yang digali dari sumber ajaran Al-qur’an, meliputi empat pengembangan fungsi manusia yaitu:
1. Menyadarkan manusia secara individual pada posisi dan fungsinya ditengah makhluk lain, serta tentang tanggung jawab dalam kehidupanya. Dengan kesadaran ini, manusia akan mampu berperan sebagai makhluk Allah yang paling utamadi antara makhluk- mahkluk lainya sehingga mampu berfungsi khalifah dimuka bumi ini, bahkan malaikat pun pernah bersujud kepadanya, karena manusia sedikit lebih tinggi kejadianya dari malaikat, yang hanya terdiri dari perpaduan unsur-unsur rohaniyah, yaitu Nur ilahi. Manusia adalah makhluk yang terdiri dari perpaduan unsur –unsur rohani dan jasmani.
Sebagaimana yang dikemukakan terdahulu, masyarakat yang merupakan lembaga ketiga sebagai lembaga pendidikan, dalam konteks penyelenggaraan pendidikan itu sendiri besar sekali perannya. Bagaimanapun kemajuan an keberadaan suatu lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh peran serta masyarakat yang ada. Berikut ini adalah beberapa peran dari masyarakat terhadap pendidikan (sekolah).
1. Masyarkat berperan serta dalam mendirikan dan membiayai sekolah.
2. Masyarakat berperan dalam mengawasi pendidikan agar sekolah tetap membantu danmendukung cita-cita dan kebutuhan masyarakat.
3. Masyarakatlah yang ikut menyediakan tempat pendidikan seperti gedung-gedung meseum, perpustakaan, panggung-panggung kesenian, kebun binatang dan sebagainya.
4. Masyarakatlah yang meyediakan berbagai sumber untuksekolah. Mereka dapat diundang ke sekolah untuk memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu masalah yang sedang dipelajari anak didik. Orang-orang yang mempunyai keahlian khusus banyak sekali terhadap di masyarakat, seperti petani, peternak, saudagar, polisi, dokter dan sebagainya.
5. Masyarakat sebagai sumber pelajaran atau laboratorium tempat belajar. Disamping buku-buku pelajaran, masyarakat memberi bahan pelajaran yang banyak sekali, antara lain seperti aspek alami industri, perumahan, transportasi, perkebunan, petambangan dan sebagainya. Dengan demikian, jelas sekali bahwa peran masyarakat sangatlah besar terhadap pendidikan sekolah. Untuk itu, sekolah perlu memanfaatkannya sebaik-baiknya, paling tidak bahwa pendidikan harus dapat mempergunakan sumber pengetahuan yang ada di masyarakat dengan alas an sebagai berikut.
1. Dengan melihat apa yang terjadi di masyarakat, anak didik akan mendapatkan pengalaman langsung (first hand experience) sehingga mereka dapat memiliki pengalaman yang konkret dan mudah di ingat.
2. Pendidikan membina anak-anak yang berasal dari masyarakat, dan akan kembali ke masyarakat.
3. Di masyarakat banyak sumber pengetahuan yang mungkin guru sendiri belum mengetahuinya.
4. Kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat membutuhkan orang-orang yang terdidik dan anak didik pun membutuhkan masyarakat.
Leave a Comment