Karakter Kepemimpinan Pembentuk Calon Guru Berkualitas
2.1 Hakikat Pemimpin
Dalam kehidupan sehari – hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi,sekolah, perusahaan sampai dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya.
Beberapa ahli berpandapat tentang Pemimpin, beberapa diantaranya mennerangkan :
Menurut Prof. Maccoby, Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Pemimpin yang baik untuk masa kini adalah orang yang religius, dalam artian menerima kepercayaan etnis dan moral dari berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan.
Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan orang lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.
Sedangakn menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama dari kepemimpinan Pancasila adalah :
v Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang – orang yang dipimpinnya.
v Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang – orang yang dibimbingnya.
v Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang – orang yang diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan pap yang diinginkan pihak lainnya.”The art of influencing and directing meaninsuch away to abatain their willing obedience, confidence, respect, and loyal cooperation in order to accomplish the mission”. Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhidan menggerakkan orang – orang sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk menyelesaikan tugas – Field Manual 22-100.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
– Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi dan menyediakan fasilitasnya.
– Fungsi sebagai Top Mnajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing, directing, commanding, controling, dsb.
2.2 Faktor-Faktor Keberhasilan Kepemimpinan
1. Integritas
Pemimpin yang baik adalah pribadi berintegritas tinggi karena ini merupakan salah satu kualitas terpenting dalam kepemimpinan, pemimpin yang memiliki integritas selalu meelihara standar perilaku dan performa yang tinggi, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Pemimpin berintegritas selalu memeberi contoh terbaik dan tidak pernah minta orang lain untuk memenuhi standar yang mereka sendiri tidak dapat memenuhi. Pemimpin yang baik tidak pernah menuntut hak khususu atau menyalahgunaakan wewenang atau jabatan. Pemimpin yang mempunyai integritas tinggi akan selalu wajar dan adil, sebab ini merupakan syarat utama dari integritas sesorang.
2. Kecerdasan
Pemimpin yang baik tidak mesti harus orang yang jenius. Pemimpin yang jenius. Pemimpin yang baik cukup cakap untuk mengenali kekurangan merka dan menyadari bahwa mereka tidak mungkin tahu semua hal. Gelar sarjana dan pengalaman yang luas dalam pekerjaan tidak menjadi syarat wajib bagi pemimpin yang baik. Pemimpin yang baik cukup berusaha untuk menghindari keterbelakangan dan cukup cerdas untuk menyadari kebutuhan agar tetap mengembangkan diri. Pemimpin yang baik selalu berprilaku luwes. Mereka selalu memahami perubahan dan dengan cepat dapat menyesuaikan diri pada sesuatu yang baru, dan mereka tidak segan-segan mentransfer kepada bawahannya.
3. Keberanian
Pemimpin yanng baik harus berani, dengan ketetapan hati untuk tetap mempertahankan tindakan dan keputusannya serta bertanggung jawab apa yang dikerjakan. Pemimpin yang mempunyai keberanian akan memiliki kepercayaan diri dan bersandar pada kemampuannya sendiri. Keberanian dan ketetapan diri yang dimiliki sanggup mengilhami keyakinan dan rasa hormat dari orang yang bekerja untuk mereka.
4. Inisiatif
Pemimpin yang berkualitas akan banyak mempunyai inisiatif, panjang akal, dan cekatan. Dalam setiap aktivitasnya selalu menampakkan kegairahan dan imajinatif. Inisiatif dilakukan dengan keyakinan yang sangat tinggi akan keberhasilan yang didapatkan. Mereka penguasa dari tindakan mereka sendiri dan berketerampilan luar biasa untuk mengembangkan kerjasama dan usaha orang lain.
5. Penilaian
Pemimpin yang baik mempunyai standar penilaian yang tinggi, karena dengan penilaian tersebut ia harus menentukan tindakan dan keputusannya. Penilaian memberikan kepada pemimpin yang baik kesadaran atas pengaruh mereka kepada pegawai dan situasi kerja yang mengelilinginya. Kelima kualitas kepemimpinan di atas sangat popular diperkenalkan oleh managemen. Dari berbagai catatan pengawasan yang dilakukan oleh beberapa ahli menyimpulkan bahwa kriteria pemimpin di atas tidak didapat dengan mudah. Tetapi mereka menggarisbawahi bahwa bahwa hal ini bisa dipelajari dan dikembangkan.
2.3 Pendidik dalam kepemimpinan
Guru adalah pemimpin pendidikan yang mempengaruhi para murid untuk melakukan kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkualitas. Dengan kata lain, perbaikan kualitas pendidikan berpangkal dari guru dan berujung pula pada guru.
Begitu pula dengan kepemimpinan guru dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran dalam pendidikan sangat berpengaruh dalam menghasilkan out put yang berprestasi. Selain itu kepemimpinan guru harus bisa menjadi contoh. Pemimpin itu harus bisa menjadi pemimpin yang disukai, pemimpin yang dipercaya, pemimpin yang mampu membimbing, pemimpin yang memiliki kepribadian yang baik. Seorang pemimpin yang berkepribadian baik, mampu mengenal dirinya sendiri baik dari segi kekurangan maupun kelebihannya. Dari kekurangan itu pasti guru tersebut terus mencoba untuk memperbaiki dan menerima masukan maupun keritikan yang diberikan kepada guru.
Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anakanak didik. Guru dalam pandangan masayarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di mesjid, di surau/musala, di rumah dan sebagainya.5 Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat. Kewibawaanlah yang menyebabkan guru dihormati, sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia. Dengan demikian dapat disimpulkam bahwa guru adalah semua orang yang bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal, disekolah maupun di luar sekolah.
Menurut Soepardi sebagaimana yang dikutif oleh E. Mulyasa, ia mengatakan kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, mememrintah, melarang dan menghukum (kalau perlu), serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efesien.8 Dalam buku karangan Syafaruddin, disini dijelaskan kepeminpinan menurut Hersey dan Blanchard, mereka berpendapat bahwa: “Le-adership is the process of influencing the activities of an individual or group in efforts toward goal achievement in a given situation. Pendapat ini menegaskan kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi aktivitas individu atau kelompok dalam usaha kearah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu.9 Sebagai suatu proses mempengaruhi, maka kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi seseorang sehingga mau melakukan pekerjaan dengan sukarela untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Disini dijelaskan menurut pendapat Kouzes dan Posner tetap buku karangan Syafaruddin, menjelaskan “Leadership is relationship, one between constituent and leader what base on mutual needs and interest”. Dari opendapat ini dapat dipahami bahwa kepemimpinan itu terdiri dari adanya pemimpin , yang dipimpin (anggota) dan situasi saling memerlukan satu sama lain.1
Guru itu mempunyai banyak peran sebagai korektor, inspirator, informator, organisator, motivator, inisiator, fasilitator, pembimbing, demonstrator, pengelola kelas, mediator,supervisor dan evaluator. 12 Selain peran guru juga mempunyai tugas Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila dikelompokkan terdapat tiga jenis tugas guru yaitu:
Tugas guru sebagai pendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan kepada siswa.
b. Tugas guru dalam kemanusiaan disekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang di berikan, hendaknya dapat nenjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar. Bila seorang guru dalam penampilannya tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidak dapat menanamkan benih pengajarannya itu kepada para siswanya. c. Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan adalah menjadi panutan bagi masyarakat. Guru tidak hanya diperlukan oleh para murid di ruang-ruang kelas, tetapi guru juga diperlukan oleh masyarakat lingkungannya dalam menyelesaikan aneka ragam permasalahan yang dihadapi masyarakat
Banyak teori atau sekedar pendalaman referensi telah menawarkan mengenai ciri-ciri kepemimpinan yang dimaksud. Teori-teori kepemimpinan telah berhasil mengidentifikasi ciri-ciri umum yang dimiliki oleh pemimpin yang sukses. Ciri-ciri yang dimaksud berikut ini. a. Adaftif terhadap situasi b. Waspada terhadap lingkungan social c. Ambisius dan berorientasi pada pencapaian d. Tegas e. Kerjasama atau kooperasi f. Menentukan g. Diandalkan Dominan atau berkeinginan dan berkekuatan untuk mempengaruhi orang lain i. Energik atau tampin dengan tingkat aktivitas tinggi j. Persisten k. Percaya diri l. Toleran terhadap stres m. Bersedia untuk memikul tanggungjawab.15 Dari itu kepemimpinan guru harus bisa menerapkan ciri-ciri kepemimpinan diantaranya menjadi pemimpin yang adaftif, ambisius, tegas. toleran, dapat memikul tanggungjawab dan lain-lain.
Agile Leadership dikaitkan dengan mode empat pemimpin (Modes of Leadership) yang memiliki kemampuan (dan kelincahan) untuk beroperasi dalam mode apa saja (sistem pemikiran) dan yang paling penting melihat dari perspektif mode lainnya. Kemampuan ini untuk berpikir dalam sejumlah cara berbeda yang memberikan kelincahan bagi para pemimpin semacam itu. Ini juga diperkenalkan dalam konsep Manajemen Bisnis Agile [1] sebagai model manajemen utama untuk organisasi adaptif dan lincah.
Pertama, Agile
Makna agile bukan hanya sekedar lincah atau tangkas tetapi juga, cepat, kuat dan berani. Rhenald Kasali menggambarkan agile seperti seekor singa. Ia mengutip ungkapan dari diplomat Prancis, Maurice de Talleyrand: “Seratus kambing yang dipimpin oleh seekor singa akan jauh berbahaya ketimbang seratus singa yang dipimpin seekor kambing”.
Dunia berubah dengan kecepatan yang semakin meningkat, untuk itu diperlukan ketangkasan, kecepatan, kekuatan dan keberanian. Ia harus memiliki ambiguity acceptance, bersedia dengan lapang dada menerima ketidakjelasan, kemudian menyederhanakannya, mengerjakannya, memperbaikinya dan terus meningkatkannya menjadi lebih sempurna.
Terus menerus melakukan perbaikan bahkan tidak segan-segan melakukan perubahan yang mendasar.
“Apakah Anda termasuk orang atau leader yang agile?” tanya Jamil.
Apabila belum dan tidak mau menjadi agile, bersiaplah digantikan ‘kids zaman now’ yang telah siap memimpin generasi yang sudah ‘old’ dan lamban merespons perubahan.
sahabat bagi anggota timnya.
2. Seorang yang Agile, salah seorang motivator Jamil Azzaini mengatakan pemimpin yang agile adalah pemimpin yang open minded dan memiliki ambiguity acceptance, yaitu bersedia menerima ketidakjelasan. Ketidakjelasan ini seperti ketidakjelasan dari prospek bisnis ke depan, ketidakjelasan sistem manajemen perusahaan, atau ketidakjelasan manual produk yang dikeluarkan perusahaan. Oleh pemimpin yang agile, hal ini nantinya akan disederhanakan, diperbaiki, dan disempurnakan.
Kedua, digital mindset
Pemimpin zaman now, perlu menguasai digital leadership yaitu kemampuan untuk melakukan inisiatif mengembangkan teknologi menjadi sesuatu yang punya value yang tinggi. Selain itu, juga perlu memiliki kemampuan digital, yakni kemampuan menguasai teknologi digital.
Perkembangan yang bisa dipantau secara real time melalui social media, mendorong seorang leader perlu menguasai pengolahan informasi yang berdampak komersial.
Para pemimpin sudah harus berani melibatkan generasi milenial sebagai “penduduk asli” dunia digital dalam pengambilan keputusan strategis.
Memiliki Digital Mindset, mengingat sekarang semua sudah serba mudah. Pekerjaan, meeting bahkan pelatihan sudah bisa dilakukan secara online lewat laptop, smartphone dan tablet. Sebagai seorang leader di era millenial maka kita sebaiknya bisa menyesuaikan dengan perkembangan ini, misalnya dengan mengadakan diskusi lewat WhatsApp, mengirim pekerjaan lewat email, meeting lewat video conferences dan lainnya. Sehingga waktu yang digunakan juga jadi lebih efektif.
Hasil studi dari Linkedin tentang kesuksesan dan faktor yang dapat memotivasi kerja, menyebutkan sebanyak 96% profesional muda sudah tidak lagi peduli dengan pojok kantor (ruang istirahat). Millenial merupakan generasi yang lahir pada kisaran tahun 1980 hingga 2000. Ada beberapa versi juga yang menyebutkan berbeda tapi yang pasti generasi millenial lahir setelah hadirnya internet.
Inclusive, yaitu dapat memasuki cara berpikir orang lain dalam melihat suatu masalah, mengingat perbedaan cara pandang setiap individu saat ini begitu kompleks. Hal tersebut terjadi karena beragamnya informasi dan media sehingga membentuk pola pikir orang yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pemimpin yang inclusive diharapkann bisa menghargai setiap pemikiran yang ada dan menggunakannya untuk mencapai tujuan organisasi.
Open minded
Inilah yang disebut dengan Open Minded.
“Seseorang yang memiliki pikiran terbuka adalah orang yang dapat menerima ide-ide atau informasi baru”.
Keterbukaan pikiran kita untuk menerima sesuatu yang baru dari luar batas toleransi pengertian kita menandakan kalau kita mampu untuk membuka diri kita terhadap apapun yang bisa saja menggoyangkan prinsip kita. Seperti yang kita ketahui, tidak gampang menerima suatu prinsip dari luar sana yang berbeda bahkan bertentangan dengan prinsip dasar berpikir yang sudah kita punya.
Keterbukaan pikiran juga sebuah ukuran seberapa besar toleransi dan fleksibilitas kita untuk memahami pemikiran orang lain. Atau dengan kata lain memandang dari sudut pandang orang lain. Satu hal yang harus diingat: memahami itu tidak harus menyetujui.
Brave to be diffferent
Untuk memimpin generasi milenial, George Bradt menawarkan ide Brave Leadership yang merupakan kependekan dari Behavior, Relationships, Attitude, Values, Environtment. Secara ringkas saya uraikan satu per satu.
Behavior, generasi milenial menghindari batasan antara atasan dan mereka yang bekerja sebagai bawahan. Berikan akses informasi terhadap mereka karena generasi milenial cenderung memiliki rasa ingin tahu yang lebih terhadap situasi perusahaan dan bagaimana pekerjaan mereka dapat membantu tercapainya visi perusahaan.
Relationship, semua orang memerlukan respek atau rasa hormat, begitu pula generasi milenial, mereka sangat memerlukan rasa hormat. Jadilah pendengar aktif dan berilah feedback dengan cara yang tepat kepada mereka.
Attitude, generasi milenial memiliki pandangan yang positif terhadap dirinya maupun masa depannya. Pandangan yang positif ini membuat para pemimpin lebih mudah menyemangati mereka dan menawarkan berbagai tantangan bagi mereka. Para milenials, sangat senang diberi kepercayaan melakukan pekerjaan yang baru dan menantang.
Values, para milenial cenderung memiliki komitmen pada pekerjaan yang punya value, memberi arti di semesta. Perusahaan yang berkomitmen kepada kepentingan banyak orang, memberi manfaat bagi masyarakat, peduli lingkungan dan mempermudah serta mempercepat urusan banyak orang sangat disenangi kaum milenial.
Environtment, mereka sangat enjoy bekerja di lingkungan yang terbuka, mudah mengakses informasi, bisa bekerja lintas daerah dan lintas benua. Ciptakan lingkungan kerja tanpa sekat birokrasi yang rumit, lingkungan seperti inilah yang membuat generasi milenial betah bekerja di tempat Anda.
Unbeatable
Mindset pantang menyerah tentu harus dimiliki oleh semua pemimpin. Apalagi memimpin anak-anak di era milenial yang lekat dengan sikap malas, manja, dan merasa paling benar sendiri. Pemimpin milenial wajib memiliki sikap positive thinking dan semangat tinggi dalam mengejar goals-nya. Hambatan yang muncul seperti kurangnya respectdari pegawai senior maupun junior harus bisa diatasi dengan sikap ulet dan menunjukkan kualitas diri. Kondisi persaingan kerja di era globalisasi harus memicu pemimpin untuk meningkatkan soft skills misalnya kemampuan bernegosiasi, menginspirasi, dan critical thinking, dan hardskills-nya seperti membuat desain grafis dan berbahasa asing. Maka dari itu, wajib bagi pemimpin untuk menjadi sosok yang unbeatableyang memiliki kemampuan bangkit dari kegagalan dengan cepat dan pantang menyerah dalam menggapai tujuannya.
Seorang yang Unbeatable (pantang menyerah),semua pemimpin tentunya bukan seorang yang mudah putus asa. Terlebih dalam memimpin generasi di zaman serba teknologi yang cenderung lebih manja karena semua fasilitas sudah ada. Sebagai pemimpin kita harus ulet dan bisa menunjukan kualitas diri. Pemimpin yang Unbeatebla juga perlu banyak belajar tentang hal-hal baru, seperti membuat video sederhana, memaksimalkan gadget untuk bekerja, mengerti desain-desain yang menarik untuk menyajikan presentasi dan banyak lagi.
Dalam kehidupan sehari – hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi,sekolah, perusahaan sampai dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya.
Beberapa ahli berpandapat tentang Pemimpin, beberapa diantaranya mennerangkan :
Menurut Prof. Maccoby, Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Pemimpin yang baik untuk masa kini adalah orang yang religius, dalam artian menerima kepercayaan etnis dan moral dari berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan.
Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan orang lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.
Sedangakn menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama dari kepemimpinan Pancasila adalah :
v Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang – orang yang dipimpinnya.
v Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang – orang yang dibimbingnya.
v Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang – orang yang diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan pap yang diinginkan pihak lainnya.”The art of influencing and directing meaninsuch away to abatain their willing obedience, confidence, respect, and loyal cooperation in order to accomplish the mission”. Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhidan menggerakkan orang – orang sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk menyelesaikan tugas – Field Manual 22-100.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
– Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi dan menyediakan fasilitasnya.
– Fungsi sebagai Top Mnajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing, directing, commanding, controling, dsb.
2.2 Faktor-Faktor Keberhasilan Kepemimpinan
1. Integritas
Pemimpin yang baik adalah pribadi berintegritas tinggi karena ini merupakan salah satu kualitas terpenting dalam kepemimpinan, pemimpin yang memiliki integritas selalu meelihara standar perilaku dan performa yang tinggi, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Pemimpin berintegritas selalu memeberi contoh terbaik dan tidak pernah minta orang lain untuk memenuhi standar yang mereka sendiri tidak dapat memenuhi. Pemimpin yang baik tidak pernah menuntut hak khususu atau menyalahgunaakan wewenang atau jabatan. Pemimpin yang mempunyai integritas tinggi akan selalu wajar dan adil, sebab ini merupakan syarat utama dari integritas sesorang.
2. Kecerdasan
Pemimpin yang baik tidak mesti harus orang yang jenius. Pemimpin yang jenius. Pemimpin yang baik cukup cakap untuk mengenali kekurangan merka dan menyadari bahwa mereka tidak mungkin tahu semua hal. Gelar sarjana dan pengalaman yang luas dalam pekerjaan tidak menjadi syarat wajib bagi pemimpin yang baik. Pemimpin yang baik cukup berusaha untuk menghindari keterbelakangan dan cukup cerdas untuk menyadari kebutuhan agar tetap mengembangkan diri. Pemimpin yang baik selalu berprilaku luwes. Mereka selalu memahami perubahan dan dengan cepat dapat menyesuaikan diri pada sesuatu yang baru, dan mereka tidak segan-segan mentransfer kepada bawahannya.
3. Keberanian
Pemimpin yanng baik harus berani, dengan ketetapan hati untuk tetap mempertahankan tindakan dan keputusannya serta bertanggung jawab apa yang dikerjakan. Pemimpin yang mempunyai keberanian akan memiliki kepercayaan diri dan bersandar pada kemampuannya sendiri. Keberanian dan ketetapan diri yang dimiliki sanggup mengilhami keyakinan dan rasa hormat dari orang yang bekerja untuk mereka.
4. Inisiatif
Pemimpin yang berkualitas akan banyak mempunyai inisiatif, panjang akal, dan cekatan. Dalam setiap aktivitasnya selalu menampakkan kegairahan dan imajinatif. Inisiatif dilakukan dengan keyakinan yang sangat tinggi akan keberhasilan yang didapatkan. Mereka penguasa dari tindakan mereka sendiri dan berketerampilan luar biasa untuk mengembangkan kerjasama dan usaha orang lain.
5. Penilaian
Pemimpin yang baik mempunyai standar penilaian yang tinggi, karena dengan penilaian tersebut ia harus menentukan tindakan dan keputusannya. Penilaian memberikan kepada pemimpin yang baik kesadaran atas pengaruh mereka kepada pegawai dan situasi kerja yang mengelilinginya. Kelima kualitas kepemimpinan di atas sangat popular diperkenalkan oleh managemen. Dari berbagai catatan pengawasan yang dilakukan oleh beberapa ahli menyimpulkan bahwa kriteria pemimpin di atas tidak didapat dengan mudah. Tetapi mereka menggarisbawahi bahwa bahwa hal ini bisa dipelajari dan dikembangkan.
2.3 Pendidik dalam kepemimpinan
Guru adalah pemimpin pendidikan yang mempengaruhi para murid untuk melakukan kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkualitas. Dengan kata lain, perbaikan kualitas pendidikan berpangkal dari guru dan berujung pula pada guru.
Begitu pula dengan kepemimpinan guru dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran dalam pendidikan sangat berpengaruh dalam menghasilkan out put yang berprestasi. Selain itu kepemimpinan guru harus bisa menjadi contoh. Pemimpin itu harus bisa menjadi pemimpin yang disukai, pemimpin yang dipercaya, pemimpin yang mampu membimbing, pemimpin yang memiliki kepribadian yang baik. Seorang pemimpin yang berkepribadian baik, mampu mengenal dirinya sendiri baik dari segi kekurangan maupun kelebihannya. Dari kekurangan itu pasti guru tersebut terus mencoba untuk memperbaiki dan menerima masukan maupun keritikan yang diberikan kepada guru.
Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anakanak didik. Guru dalam pandangan masayarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di mesjid, di surau/musala, di rumah dan sebagainya.5 Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat. Kewibawaanlah yang menyebabkan guru dihormati, sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia. Dengan demikian dapat disimpulkam bahwa guru adalah semua orang yang bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal, disekolah maupun di luar sekolah.
Menurut Soepardi sebagaimana yang dikutif oleh E. Mulyasa, ia mengatakan kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, mememrintah, melarang dan menghukum (kalau perlu), serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efesien.8 Dalam buku karangan Syafaruddin, disini dijelaskan kepeminpinan menurut Hersey dan Blanchard, mereka berpendapat bahwa: “Le-adership is the process of influencing the activities of an individual or group in efforts toward goal achievement in a given situation. Pendapat ini menegaskan kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi aktivitas individu atau kelompok dalam usaha kearah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu.9 Sebagai suatu proses mempengaruhi, maka kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi seseorang sehingga mau melakukan pekerjaan dengan sukarela untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Disini dijelaskan menurut pendapat Kouzes dan Posner tetap buku karangan Syafaruddin, menjelaskan “Leadership is relationship, one between constituent and leader what base on mutual needs and interest”. Dari opendapat ini dapat dipahami bahwa kepemimpinan itu terdiri dari adanya pemimpin , yang dipimpin (anggota) dan situasi saling memerlukan satu sama lain.1
Guru itu mempunyai banyak peran sebagai korektor, inspirator, informator, organisator, motivator, inisiator, fasilitator, pembimbing, demonstrator, pengelola kelas, mediator,supervisor dan evaluator. 12 Selain peran guru juga mempunyai tugas Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila dikelompokkan terdapat tiga jenis tugas guru yaitu:
Tugas guru sebagai pendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan kepada siswa.
b. Tugas guru dalam kemanusiaan disekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang di berikan, hendaknya dapat nenjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar. Bila seorang guru dalam penampilannya tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidak dapat menanamkan benih pengajarannya itu kepada para siswanya. c. Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan adalah menjadi panutan bagi masyarakat. Guru tidak hanya diperlukan oleh para murid di ruang-ruang kelas, tetapi guru juga diperlukan oleh masyarakat lingkungannya dalam menyelesaikan aneka ragam permasalahan yang dihadapi masyarakat
Banyak teori atau sekedar pendalaman referensi telah menawarkan mengenai ciri-ciri kepemimpinan yang dimaksud. Teori-teori kepemimpinan telah berhasil mengidentifikasi ciri-ciri umum yang dimiliki oleh pemimpin yang sukses. Ciri-ciri yang dimaksud berikut ini. a. Adaftif terhadap situasi b. Waspada terhadap lingkungan social c. Ambisius dan berorientasi pada pencapaian d. Tegas e. Kerjasama atau kooperasi f. Menentukan g. Diandalkan Dominan atau berkeinginan dan berkekuatan untuk mempengaruhi orang lain i. Energik atau tampin dengan tingkat aktivitas tinggi j. Persisten k. Percaya diri l. Toleran terhadap stres m. Bersedia untuk memikul tanggungjawab.15 Dari itu kepemimpinan guru harus bisa menerapkan ciri-ciri kepemimpinan diantaranya menjadi pemimpin yang adaftif, ambisius, tegas. toleran, dapat memikul tanggungjawab dan lain-lain.
Agile Leadership dikaitkan dengan mode empat pemimpin (Modes of Leadership) yang memiliki kemampuan (dan kelincahan) untuk beroperasi dalam mode apa saja (sistem pemikiran) dan yang paling penting melihat dari perspektif mode lainnya. Kemampuan ini untuk berpikir dalam sejumlah cara berbeda yang memberikan kelincahan bagi para pemimpin semacam itu. Ini juga diperkenalkan dalam konsep Manajemen Bisnis Agile [1] sebagai model manajemen utama untuk organisasi adaptif dan lincah.
Pertama, Agile
Makna agile bukan hanya sekedar lincah atau tangkas tetapi juga, cepat, kuat dan berani. Rhenald Kasali menggambarkan agile seperti seekor singa. Ia mengutip ungkapan dari diplomat Prancis, Maurice de Talleyrand: “Seratus kambing yang dipimpin oleh seekor singa akan jauh berbahaya ketimbang seratus singa yang dipimpin seekor kambing”.
Dunia berubah dengan kecepatan yang semakin meningkat, untuk itu diperlukan ketangkasan, kecepatan, kekuatan dan keberanian. Ia harus memiliki ambiguity acceptance, bersedia dengan lapang dada menerima ketidakjelasan, kemudian menyederhanakannya, mengerjakannya, memperbaikinya dan terus meningkatkannya menjadi lebih sempurna.
Terus menerus melakukan perbaikan bahkan tidak segan-segan melakukan perubahan yang mendasar.
“Apakah Anda termasuk orang atau leader yang agile?” tanya Jamil.
Apabila belum dan tidak mau menjadi agile, bersiaplah digantikan ‘kids zaman now’ yang telah siap memimpin generasi yang sudah ‘old’ dan lamban merespons perubahan.
sahabat bagi anggota timnya.
2. Seorang yang Agile, salah seorang motivator Jamil Azzaini mengatakan pemimpin yang agile adalah pemimpin yang open minded dan memiliki ambiguity acceptance, yaitu bersedia menerima ketidakjelasan. Ketidakjelasan ini seperti ketidakjelasan dari prospek bisnis ke depan, ketidakjelasan sistem manajemen perusahaan, atau ketidakjelasan manual produk yang dikeluarkan perusahaan. Oleh pemimpin yang agile, hal ini nantinya akan disederhanakan, diperbaiki, dan disempurnakan.
Kedua, digital mindset
Pemimpin zaman now, perlu menguasai digital leadership yaitu kemampuan untuk melakukan inisiatif mengembangkan teknologi menjadi sesuatu yang punya value yang tinggi. Selain itu, juga perlu memiliki kemampuan digital, yakni kemampuan menguasai teknologi digital.
Perkembangan yang bisa dipantau secara real time melalui social media, mendorong seorang leader perlu menguasai pengolahan informasi yang berdampak komersial.
Para pemimpin sudah harus berani melibatkan generasi milenial sebagai “penduduk asli” dunia digital dalam pengambilan keputusan strategis.
Memiliki Digital Mindset, mengingat sekarang semua sudah serba mudah. Pekerjaan, meeting bahkan pelatihan sudah bisa dilakukan secara online lewat laptop, smartphone dan tablet. Sebagai seorang leader di era millenial maka kita sebaiknya bisa menyesuaikan dengan perkembangan ini, misalnya dengan mengadakan diskusi lewat WhatsApp, mengirim pekerjaan lewat email, meeting lewat video conferences dan lainnya. Sehingga waktu yang digunakan juga jadi lebih efektif.
Hasil studi dari Linkedin tentang kesuksesan dan faktor yang dapat memotivasi kerja, menyebutkan sebanyak 96% profesional muda sudah tidak lagi peduli dengan pojok kantor (ruang istirahat). Millenial merupakan generasi yang lahir pada kisaran tahun 1980 hingga 2000. Ada beberapa versi juga yang menyebutkan berbeda tapi yang pasti generasi millenial lahir setelah hadirnya internet.
Inclusive, yaitu dapat memasuki cara berpikir orang lain dalam melihat suatu masalah, mengingat perbedaan cara pandang setiap individu saat ini begitu kompleks. Hal tersebut terjadi karena beragamnya informasi dan media sehingga membentuk pola pikir orang yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pemimpin yang inclusive diharapkann bisa menghargai setiap pemikiran yang ada dan menggunakannya untuk mencapai tujuan organisasi.
Open minded
Inilah yang disebut dengan Open Minded.
“Seseorang yang memiliki pikiran terbuka adalah orang yang dapat menerima ide-ide atau informasi baru”.
Keterbukaan pikiran kita untuk menerima sesuatu yang baru dari luar batas toleransi pengertian kita menandakan kalau kita mampu untuk membuka diri kita terhadap apapun yang bisa saja menggoyangkan prinsip kita. Seperti yang kita ketahui, tidak gampang menerima suatu prinsip dari luar sana yang berbeda bahkan bertentangan dengan prinsip dasar berpikir yang sudah kita punya.
Keterbukaan pikiran juga sebuah ukuran seberapa besar toleransi dan fleksibilitas kita untuk memahami pemikiran orang lain. Atau dengan kata lain memandang dari sudut pandang orang lain. Satu hal yang harus diingat: memahami itu tidak harus menyetujui.
Brave to be diffferent
Untuk memimpin generasi milenial, George Bradt menawarkan ide Brave Leadership yang merupakan kependekan dari Behavior, Relationships, Attitude, Values, Environtment. Secara ringkas saya uraikan satu per satu.
Behavior, generasi milenial menghindari batasan antara atasan dan mereka yang bekerja sebagai bawahan. Berikan akses informasi terhadap mereka karena generasi milenial cenderung memiliki rasa ingin tahu yang lebih terhadap situasi perusahaan dan bagaimana pekerjaan mereka dapat membantu tercapainya visi perusahaan.
Relationship, semua orang memerlukan respek atau rasa hormat, begitu pula generasi milenial, mereka sangat memerlukan rasa hormat. Jadilah pendengar aktif dan berilah feedback dengan cara yang tepat kepada mereka.
Attitude, generasi milenial memiliki pandangan yang positif terhadap dirinya maupun masa depannya. Pandangan yang positif ini membuat para pemimpin lebih mudah menyemangati mereka dan menawarkan berbagai tantangan bagi mereka. Para milenials, sangat senang diberi kepercayaan melakukan pekerjaan yang baru dan menantang.
Values, para milenial cenderung memiliki komitmen pada pekerjaan yang punya value, memberi arti di semesta. Perusahaan yang berkomitmen kepada kepentingan banyak orang, memberi manfaat bagi masyarakat, peduli lingkungan dan mempermudah serta mempercepat urusan banyak orang sangat disenangi kaum milenial.
Environtment, mereka sangat enjoy bekerja di lingkungan yang terbuka, mudah mengakses informasi, bisa bekerja lintas daerah dan lintas benua. Ciptakan lingkungan kerja tanpa sekat birokrasi yang rumit, lingkungan seperti inilah yang membuat generasi milenial betah bekerja di tempat Anda.
Unbeatable
Mindset pantang menyerah tentu harus dimiliki oleh semua pemimpin. Apalagi memimpin anak-anak di era milenial yang lekat dengan sikap malas, manja, dan merasa paling benar sendiri. Pemimpin milenial wajib memiliki sikap positive thinking dan semangat tinggi dalam mengejar goals-nya. Hambatan yang muncul seperti kurangnya respectdari pegawai senior maupun junior harus bisa diatasi dengan sikap ulet dan menunjukkan kualitas diri. Kondisi persaingan kerja di era globalisasi harus memicu pemimpin untuk meningkatkan soft skills misalnya kemampuan bernegosiasi, menginspirasi, dan critical thinking, dan hardskills-nya seperti membuat desain grafis dan berbahasa asing. Maka dari itu, wajib bagi pemimpin untuk menjadi sosok yang unbeatableyang memiliki kemampuan bangkit dari kegagalan dengan cepat dan pantang menyerah dalam menggapai tujuannya.
Seorang yang Unbeatable (pantang menyerah),semua pemimpin tentunya bukan seorang yang mudah putus asa. Terlebih dalam memimpin generasi di zaman serba teknologi yang cenderung lebih manja karena semua fasilitas sudah ada. Sebagai pemimpin kita harus ulet dan bisa menunjukan kualitas diri. Pemimpin yang Unbeatebla juga perlu banyak belajar tentang hal-hal baru, seperti membuat video sederhana, memaksimalkan gadget untuk bekerja, mengerti desain-desain yang menarik untuk menyajikan presentasi dan banyak lagi.
Leave a Comment