Pedoman Permainan Tradisional Boyboyan
A. Pendahuluan
Permainan berasal dari kata main yang berarti sesuatu yang digunakan untuk bermain; barang atau sesuatu yang dipermainkan (KBBI, 2018). Permainan adalah alah satu hal yang menyenangkan bagi anak. Bemacam-macam bentuk permainan salah satunya permainan tradisional. Menurut Hamzuri dan Tiarma Rita Siregar (1998: 1) permainan tradisional memiliki makna sesuatu (permainan) yang dilakukan dengan berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun dan dapat memberikan rasa puas atau senang bagi pelaku. Menurut Sukintaka (1992: 129) permainan tradisional merupakan permainan yang telah dilakukan oleh anak-anak pada suatu daerah secara tradisi. Sedangkan menurut Nani Menon (2007: 45) permainan tradisional adalah sejenis permainan warisan nenek moyang. Jadi dapat disimpulkan bahwa permainan tradisional adalah permainan yang diwariskan secara turun temurun dari nenek moyang dengan berpegang teguh pada norma dan adat suatu daerah serta dapat memberikan rasa puas atau senang.
Pada perkembangan selanjutnya permainan tradisional sering dijadikan sebagai jenis permainan yang memiliki ciri kedaerahan asli serta disesuaikan dengan tradisi budaya setempat. Dalam pelaksanaanya permainan tradsional dapat memasukkan unsur-unsur permainan rakyat dan permainan anak ke dalamnya. Bahkan mungkin juga dengan memasukkan kegiatan yang mengandung unsur seni seperti yang lazim disebut sebagai seni tradisional (Agustin, 2013). Permainan tradisional di sini bisa identik dengan istilah olah raga tradisional. Supaya suatu kegiatan dapat di ketegorikan sebagai permainan tradisional tentunya harus teridentifikasi unsur tradisinya yang memiliki kaitan erat dengan kebiasaan atau adat suatu kelompok masyarakat tertentu.
Dewasa ini, karena perkembangan zaman yang semakin modern dan canggih, permainan tradisional memiliki saingannya sendiri yaitu permainan modern. Seiring dengan perkembangan zaman pula permainan tradisional perlahan tidak dilirik lagi oleh masyarakat khususnya generasi muda. Sejumlah pihak diketahui melakukan upaya mengenalkan kembali permainan tradisional kepada masyarakat dalam berbagai jenis kegiatan. Diluar sana ada banyak pula pihak yang mulai bergerak untuk menjaga permainan tradisional yang pernah mereka mainkan agar tidak hilang ditelan zaman. Saat ini berbagai macam permainan modern telah mudah kita dapatkan baik secara online maupun offline dan sangat mudah diakses oleh masyarakat.
Permasalahannya adalah bukan kita tidak ingin menerima kemajuan teknologi yang terjadi saat ini, namun perlu kita sadari bahwa tidak seluruhnya kemajuan teknologi membawa dampak positif tapi juga membawa dampak negatif, salah satunya yaitu hilangnya permainan tradisional di kalangan masyarakat. Oleh karena itu kita sebagai calon pendidik yang akan terjun langsung ke dunia pendidikan harus berupaya untuk melestarikan permainan tradisional boy-boyan ini dengan cara mengenalkannya kepada anak didik agar mereka dapat ikut berperan dalam menjaga dan melestarikan budaya tradisional negara kita sekaligus mencegah pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh budaya yang datang dari luar negara kita diantaranya gadget dan internet.
B. Sejarah Boy-boyan
Permainan tradisional adalah bentuk permainan yang sudah ada sejak zaman dahulu dan diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Permainan tradisional memiliki nilai yang besar bagi anak-anak dalam berlatih untuk hidup bermasyarakat, keterampilan, kesopanan dan ketangkasan. Boy-boyan termasuk jenis permainan tradisional yang berasal dari daerah Jawa Barat.
Pada zaman dahulu permainan boy-boyan ini sering dimainkan oleh anak laki-laki namun tidak sedikit juga anak perempuan bisa bermain boy-boyan. Model permainan Boy-boyan terkenal diberbagai daerah di tanah air dengan nama yang berbeda-beda. Nama lain dari permainan tradisional Boy-Boyan ini antara lain yaitu permainan Gebok, Bebenceran, dan Gaprek Kempung. “Gebok” adalah suara yang biasa ditimbulkan apabila bola karet yang digunakan dalam permainan ini mengenai anggota badan dari pemain, sehingga di daerah Penajam Paser Utara (PPU), permainan ini dikenal dengan nama permainan “Gebok”. Permainan “Gebok” sudah sangat lama dikenal di Indonesia. Permainan ini terkenal diberbagai daerah di tanah air dengan nama yang berbeda-beda dengan alat yang berbeda namun pada prinsipnya aturan permainannya sama. Di daerah Jawa Barat misalnya, permainan ini juga dikenal dengan nama bebencaran. Permainan bebencaran menggunakan tumpukan pecahan genting sebagai targetnya. Bencar artinya terurai atau terpecah, sehingga bebencaran menunjuk pada upaya pemain untuk selalu memencarkan potongan genteng yang semula ditumpuk rapih di atas tanah. Di daerah jawa tengah kenal dengan istilah gaprek kempung. Di daerah Sulawesi Selatan permainan ini dikenal dengan nama “ boy-boyan” dan menggunakan tumpukan batu yang disusun sebagai targetnya. Sedangkan di daerah Pati Jawa Tengah, permainan ini dikenal dengan nama Gaprek Kempung. Permainan gebok menggunakan bola karet (Bola Tenis) dan beberapa kaleng susu bekas. Permainan ini dapat dimainkan oleh anak laki-laki atau perempuan dan jumlah pemain tidak ditentukan.
C. Komponen Permainan
Permainan tradisional boy-boyan memadukan kerja motorik anak dan juga mengasah kemampuan membuat strategi. Boy-boyan dimainkan oleh lima hingga sepuluh pemain yang dibagi menjadi dua kelompok dan dimainkan di lapangan yang cukup luas.
D. Peralatan dan Perlengkapan
Alat yang diperlukan pada permainan tradisional boy-boyan, antara lain:
a. Sepuluh pecahan genteng atau benda semacamnya yang bisa ditumpuk dan usahakan dipola bulat agar aman.
b. Bola tenis atau bola buatan yang terbuat dari kertas dan dua batu kecil untuk pemberat yang dibungkus kantong kresek/ plastik dan diikat dengan karet
E. Cara Bermain
Menurut Sri Mulyani (2013:29) aturan dan langkah-langkah permainan Boy-boyan adalah sebagai berikut:
1. Dibentuk dua kelompok terlebih dahulu kemudian ‘suit’ untuk menentukan kelompok mana yang berhak melempar bola lebih dahulu ke arah tumpukan pecahan genting.
2. Kelompok yang menang akan melempar bola kasti lebih dahulu ke arah tumpukan pecahan genting sementara kelompok yang kalah bertugas jaga.
3. Jika tumpukan menara tersebut berhasil dihancurkan, maka kelompok menang tadi harus segera lari untuk menghindari bola yang ditangkap dan dilemparkan oleh penjaga ke arah mereka. Penjaga dari kelompok kalah harus terus menghalangi kelompok menang yang diharuskan menyusun kembali menara pecahan genting yang hancur, sambil menghindari lemparan bola dari kelompok yang berjaga.
4. Jika kelompok menang berhasil menyusun menara sebelum semua anggotanya terkena lemperan bola, maka mereka menjadi pemenang dan berhak melempar bola lagi ke arah menara pecahan genting.
5. Apabila semua kelompok menang terkena lemparan bola atau gagal menghancurkan menara maka kelompok kalah ganti melempar bola ke arah menara genting. Begitulah cara bermain boy-boyan dan seterusnya.
F. Manfaat Permainan Boy-Boyan
Nilai kognitif yang terkandung di dalam permainan boy-boyan ini yaitu para peserta kelompok pemenang harus berfikir agar mereka dapat menyusun kembali menara tanpa terkena bola dari kelompok penjaga, begitu juga dengan kelompok penjaga harus berusaha menggagalkan usaha yang dibuat kelompok pemenang untuk menyusun menara. Permainan ini juga melatih konsentrasi. Konsentrasi diperlukan ketika hendak melempar bola agar tepat mengenai tumpukan genteng dan dapat merobohkannya. Permainan boy-boyan juga memerlukan ketepatan dan kecepatan ketika harus menghindari lemparan bola lawan dan menyusun kembali genteng yang berserakan. Oleh karena itu, pemain harus memikirkan dan merencanakan strategi dengan baik agar dapat menjadi pemenang.
Selain itu, ada nilai afektif. Nilai afektif yang ada di dalam permainan boy-boyan ini diantaranya yaitu memahami konsep sportifitas dalam bermain, melalui permainan ini anak belajar bersikap secara jujur, memperlihatkan sikap saling menghargai pemain lain, menerima kemenangan dengan sikap wajar atau menerima kekalahan secara terbuka serta mengelola emosinya. Anak juga dapat mengenal kerja sama, mereka akan berusaha untuk saling membantu dan bekerja sama agar dapat memenagkan permainan. Selain itu, permainan ini dapat meningkatkan kepercayaan diri, hal ini penting sebagai bekal dirinya menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupannya di kemudian hari. Dengan kepercayaan diri, anak akan merasa lebih mantap memasuki lingkaran pergaulan dimana saja ia berada. Permainan ini juga dapat memberikan rasa senang sekaligus penghilang untuk melepaskan ketegangan yang dialami anak-anak setelah mengikuti pelajaran di sekolah
Aspek psikomotor yang terkandung dalam permainan boy-boyan yaitu melatih kemampuan fisik anak. Dalam permainan tradisional gerak fisik sangat ditekankan. Melakukan permainan ini amat baik untuk menyalurkan energi anak karena anak harus banyak bergerak. Dalam permainan ini anak dituntut untuk aktif berlari, kelompok pemenang berusaha menghindari bola yang dilempar kelompok penjaga dan kelompok penjaga melempar bola agar agar mengenai kelompok pemain.
G. Referensi
Anggraini, C.C.D. & Untari M.F.A. (2014). KEEFEKTIFAN MODEL
PERMAINAN BOY-BOYAN TERHADAP HASIL BELAJAR TEMA “DIRIKU” SISWA KELAS I SD. Mimbar Sekolah Dasar, Volume 1 Nomor 1 April 2014, (hal. 92-98)
Hamzuri & Siregar, T.R. (1998). Permainan Tradisional Indonesia. Jakarta:
Proyek Pembinaan Permuseuman.
Menon, N. (2007). Permainan, Lagu & Puisi Kanak-kanak. Kuala Lumpur:
Zahar Sdn.
Mulyani, S. (2013). 45 Permainan Tradisional Anak Indonesia. Yogyakarta:
Langensari Publishing.
Setyawan, A. (2016). PENGGUNAAN PERMAINAN BOY-BOYAN UNTUK
MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI KELOMPOK B DI TK MASYITHOH TOBOY. (Skripsi). Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta
Permainan berasal dari kata main yang berarti sesuatu yang digunakan untuk bermain; barang atau sesuatu yang dipermainkan (KBBI, 2018). Permainan adalah alah satu hal yang menyenangkan bagi anak. Bemacam-macam bentuk permainan salah satunya permainan tradisional. Menurut Hamzuri dan Tiarma Rita Siregar (1998: 1) permainan tradisional memiliki makna sesuatu (permainan) yang dilakukan dengan berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun dan dapat memberikan rasa puas atau senang bagi pelaku. Menurut Sukintaka (1992: 129) permainan tradisional merupakan permainan yang telah dilakukan oleh anak-anak pada suatu daerah secara tradisi. Sedangkan menurut Nani Menon (2007: 45) permainan tradisional adalah sejenis permainan warisan nenek moyang. Jadi dapat disimpulkan bahwa permainan tradisional adalah permainan yang diwariskan secara turun temurun dari nenek moyang dengan berpegang teguh pada norma dan adat suatu daerah serta dapat memberikan rasa puas atau senang.
Pada perkembangan selanjutnya permainan tradisional sering dijadikan sebagai jenis permainan yang memiliki ciri kedaerahan asli serta disesuaikan dengan tradisi budaya setempat. Dalam pelaksanaanya permainan tradsional dapat memasukkan unsur-unsur permainan rakyat dan permainan anak ke dalamnya. Bahkan mungkin juga dengan memasukkan kegiatan yang mengandung unsur seni seperti yang lazim disebut sebagai seni tradisional (Agustin, 2013). Permainan tradisional di sini bisa identik dengan istilah olah raga tradisional. Supaya suatu kegiatan dapat di ketegorikan sebagai permainan tradisional tentunya harus teridentifikasi unsur tradisinya yang memiliki kaitan erat dengan kebiasaan atau adat suatu kelompok masyarakat tertentu.
Dewasa ini, karena perkembangan zaman yang semakin modern dan canggih, permainan tradisional memiliki saingannya sendiri yaitu permainan modern. Seiring dengan perkembangan zaman pula permainan tradisional perlahan tidak dilirik lagi oleh masyarakat khususnya generasi muda. Sejumlah pihak diketahui melakukan upaya mengenalkan kembali permainan tradisional kepada masyarakat dalam berbagai jenis kegiatan. Diluar sana ada banyak pula pihak yang mulai bergerak untuk menjaga permainan tradisional yang pernah mereka mainkan agar tidak hilang ditelan zaman. Saat ini berbagai macam permainan modern telah mudah kita dapatkan baik secara online maupun offline dan sangat mudah diakses oleh masyarakat.
Permasalahannya adalah bukan kita tidak ingin menerima kemajuan teknologi yang terjadi saat ini, namun perlu kita sadari bahwa tidak seluruhnya kemajuan teknologi membawa dampak positif tapi juga membawa dampak negatif, salah satunya yaitu hilangnya permainan tradisional di kalangan masyarakat. Oleh karena itu kita sebagai calon pendidik yang akan terjun langsung ke dunia pendidikan harus berupaya untuk melestarikan permainan tradisional boy-boyan ini dengan cara mengenalkannya kepada anak didik agar mereka dapat ikut berperan dalam menjaga dan melestarikan budaya tradisional negara kita sekaligus mencegah pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh budaya yang datang dari luar negara kita diantaranya gadget dan internet.
B. Sejarah Boy-boyan
Permainan tradisional adalah bentuk permainan yang sudah ada sejak zaman dahulu dan diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Permainan tradisional memiliki nilai yang besar bagi anak-anak dalam berlatih untuk hidup bermasyarakat, keterampilan, kesopanan dan ketangkasan. Boy-boyan termasuk jenis permainan tradisional yang berasal dari daerah Jawa Barat.
Pada zaman dahulu permainan boy-boyan ini sering dimainkan oleh anak laki-laki namun tidak sedikit juga anak perempuan bisa bermain boy-boyan. Model permainan Boy-boyan terkenal diberbagai daerah di tanah air dengan nama yang berbeda-beda. Nama lain dari permainan tradisional Boy-Boyan ini antara lain yaitu permainan Gebok, Bebenceran, dan Gaprek Kempung. “Gebok” adalah suara yang biasa ditimbulkan apabila bola karet yang digunakan dalam permainan ini mengenai anggota badan dari pemain, sehingga di daerah Penajam Paser Utara (PPU), permainan ini dikenal dengan nama permainan “Gebok”. Permainan “Gebok” sudah sangat lama dikenal di Indonesia. Permainan ini terkenal diberbagai daerah di tanah air dengan nama yang berbeda-beda dengan alat yang berbeda namun pada prinsipnya aturan permainannya sama. Di daerah Jawa Barat misalnya, permainan ini juga dikenal dengan nama bebencaran. Permainan bebencaran menggunakan tumpukan pecahan genting sebagai targetnya. Bencar artinya terurai atau terpecah, sehingga bebencaran menunjuk pada upaya pemain untuk selalu memencarkan potongan genteng yang semula ditumpuk rapih di atas tanah. Di daerah jawa tengah kenal dengan istilah gaprek kempung. Di daerah Sulawesi Selatan permainan ini dikenal dengan nama “ boy-boyan” dan menggunakan tumpukan batu yang disusun sebagai targetnya. Sedangkan di daerah Pati Jawa Tengah, permainan ini dikenal dengan nama Gaprek Kempung. Permainan gebok menggunakan bola karet (Bola Tenis) dan beberapa kaleng susu bekas. Permainan ini dapat dimainkan oleh anak laki-laki atau perempuan dan jumlah pemain tidak ditentukan.
C. Komponen Permainan
Permainan tradisional boy-boyan memadukan kerja motorik anak dan juga mengasah kemampuan membuat strategi. Boy-boyan dimainkan oleh lima hingga sepuluh pemain yang dibagi menjadi dua kelompok dan dimainkan di lapangan yang cukup luas.
D. Peralatan dan Perlengkapan
Alat yang diperlukan pada permainan tradisional boy-boyan, antara lain:
a. Sepuluh pecahan genteng atau benda semacamnya yang bisa ditumpuk dan usahakan dipola bulat agar aman.
b. Bola tenis atau bola buatan yang terbuat dari kertas dan dua batu kecil untuk pemberat yang dibungkus kantong kresek/ plastik dan diikat dengan karet
E. Cara Bermain
Menurut Sri Mulyani (2013:29) aturan dan langkah-langkah permainan Boy-boyan adalah sebagai berikut:
1. Dibentuk dua kelompok terlebih dahulu kemudian ‘suit’ untuk menentukan kelompok mana yang berhak melempar bola lebih dahulu ke arah tumpukan pecahan genting.
2. Kelompok yang menang akan melempar bola kasti lebih dahulu ke arah tumpukan pecahan genting sementara kelompok yang kalah bertugas jaga.
3. Jika tumpukan menara tersebut berhasil dihancurkan, maka kelompok menang tadi harus segera lari untuk menghindari bola yang ditangkap dan dilemparkan oleh penjaga ke arah mereka. Penjaga dari kelompok kalah harus terus menghalangi kelompok menang yang diharuskan menyusun kembali menara pecahan genting yang hancur, sambil menghindari lemparan bola dari kelompok yang berjaga.
4. Jika kelompok menang berhasil menyusun menara sebelum semua anggotanya terkena lemperan bola, maka mereka menjadi pemenang dan berhak melempar bola lagi ke arah menara pecahan genting.
5. Apabila semua kelompok menang terkena lemparan bola atau gagal menghancurkan menara maka kelompok kalah ganti melempar bola ke arah menara genting. Begitulah cara bermain boy-boyan dan seterusnya.
F. Manfaat Permainan Boy-Boyan
Nilai kognitif yang terkandung di dalam permainan boy-boyan ini yaitu para peserta kelompok pemenang harus berfikir agar mereka dapat menyusun kembali menara tanpa terkena bola dari kelompok penjaga, begitu juga dengan kelompok penjaga harus berusaha menggagalkan usaha yang dibuat kelompok pemenang untuk menyusun menara. Permainan ini juga melatih konsentrasi. Konsentrasi diperlukan ketika hendak melempar bola agar tepat mengenai tumpukan genteng dan dapat merobohkannya. Permainan boy-boyan juga memerlukan ketepatan dan kecepatan ketika harus menghindari lemparan bola lawan dan menyusun kembali genteng yang berserakan. Oleh karena itu, pemain harus memikirkan dan merencanakan strategi dengan baik agar dapat menjadi pemenang.
Selain itu, ada nilai afektif. Nilai afektif yang ada di dalam permainan boy-boyan ini diantaranya yaitu memahami konsep sportifitas dalam bermain, melalui permainan ini anak belajar bersikap secara jujur, memperlihatkan sikap saling menghargai pemain lain, menerima kemenangan dengan sikap wajar atau menerima kekalahan secara terbuka serta mengelola emosinya. Anak juga dapat mengenal kerja sama, mereka akan berusaha untuk saling membantu dan bekerja sama agar dapat memenagkan permainan. Selain itu, permainan ini dapat meningkatkan kepercayaan diri, hal ini penting sebagai bekal dirinya menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupannya di kemudian hari. Dengan kepercayaan diri, anak akan merasa lebih mantap memasuki lingkaran pergaulan dimana saja ia berada. Permainan ini juga dapat memberikan rasa senang sekaligus penghilang untuk melepaskan ketegangan yang dialami anak-anak setelah mengikuti pelajaran di sekolah
Aspek psikomotor yang terkandung dalam permainan boy-boyan yaitu melatih kemampuan fisik anak. Dalam permainan tradisional gerak fisik sangat ditekankan. Melakukan permainan ini amat baik untuk menyalurkan energi anak karena anak harus banyak bergerak. Dalam permainan ini anak dituntut untuk aktif berlari, kelompok pemenang berusaha menghindari bola yang dilempar kelompok penjaga dan kelompok penjaga melempar bola agar agar mengenai kelompok pemain.
G. Referensi
Anggraini, C.C.D. & Untari M.F.A. (2014). KEEFEKTIFAN MODEL
PERMAINAN BOY-BOYAN TERHADAP HASIL BELAJAR TEMA “DIRIKU” SISWA KELAS I SD. Mimbar Sekolah Dasar, Volume 1 Nomor 1 April 2014, (hal. 92-98)
Hamzuri & Siregar, T.R. (1998). Permainan Tradisional Indonesia. Jakarta:
Proyek Pembinaan Permuseuman.
Menon, N. (2007). Permainan, Lagu & Puisi Kanak-kanak. Kuala Lumpur:
Zahar Sdn.
Mulyani, S. (2013). 45 Permainan Tradisional Anak Indonesia. Yogyakarta:
Langensari Publishing.
Setyawan, A. (2016). PENGGUNAAN PERMAINAN BOY-BOYAN UNTUK
MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI KELOMPOK B DI TK MASYITHOH TOBOY. (Skripsi). Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta
Leave a Comment