Kurikulum Pendidikan


A.    Pengertian Kurikulim
Secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani yaitu curir yang artinya “pelari” dan curene yang berarti “tempat berpacu”. Istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga, terutama dalam bidang atletik pada zaman Romawi Kuno di Yunani. Dalam bahasa Prancis, istilah kurikulum berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai dengan garis finish untuk memperoleh medali atau penghargaan. Jarak yang harus di tempuh tersebut kemudian diubah menjadi program sekolah dan semua orang yang terlibat di dalamnya. Program tersebut berisi mata pelajaran (courses) yang harus ditempuh oleh peserta didik selama kurun waktu tertentu, seperti SD/MI (enam tahun), SMP/MTs (tiga tahun). SMA/MA (tiga tahun) dan seterusnya. Dengan demikian, istilah kurikulum (dalam pendidikan) adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta didik di sekolah untuk memperoleh ijazah.
Banyak defenisi kurikulum yang pernah dikemukakan para ahli. Definisi-definisi tersebut bersifat operasional dan sangat membantu proses pengembangan kurikulum tetapi pengertian yang diajukan tidak pernah lengkap. Ada ahli yang mengungkapkan bahwa kurikulum adalah pernyataan mengenai tujuan (MacDonald; Popham), ada juga yang mengemukakan bahwa kurikulum adalah suatu rencana tertulis (Tanner, 1980). Pengertian kurikulum ini sangat fundamental dan menggambarkan posisi sesungguhnya kurikulum dalam suatu proses pendidikan. Dalam sejarah kurikulum Indonesia telah berulang kali melakukan penggantian kurikulum seperti :
1.      Tahun 1947-Leer Plan (Rencana Pelajaran),
2.      Tahun 1952-Rencana Pelajaran Terurai,
3.      Tahun 1964-Rentjana Pendidikan,
4.      Tahun 1968-Kurikulum 1968,
5.      Tahun 1975-Kurikulum 1975,
6.      Tahun 1984-Kurikulum 1984,
7.      Tahun 1994 dan 1999-Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999,
8.      Tahun 2004-Kurikulum Berbasis Kompetensi,
9.      Tahun 2006-Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
10.  Tahun 2013-Kurikulum 2013
Dari penjelesan menurut para ahli atau menurut Hilda Taba, 1962 dan Schubert,1986 dapat diambil sebuah simpulan bahwa kurikulum merupakan desain bahan pelajaran yang tujuannya untuk mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Tujuan pendidikan yang dirumuskan dapat mempengaruhi desain kurikulum, karena tujuan tersebut dapat menentukan kerangka untuk memilih, merencanakan dan melaksanakan segala pengalaman dan kegiatan belajar di sekolah.
B.    Pengertian Pembelajaran
Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman. Menurut undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksikan pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Definisi pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Atau mudahnya usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu tertentu dan karena adanya usaha.
C.    Hubungan Kurikulum dan Pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, meski berada pada posisi yang berbeda. Saylor menyatakan bahwa kurikulum dan pembelajaran bagaikan romeo dan juliet. Jika kita berbicara mengenai Romeo, maka kita juga akan berbicara masalah Juliet. Romeo tidak akan lengkap terasa tanpa juliet, demikian pula sebaliknya. Artinya, pembelajaran tanpa kurikulum sebagai rencana tidak akan efektif, atau bahkan bisa keluar dari tujuan yang telah dirumuskan. Kurikulum tanpa pembelajaran, maka kurikulum tersebut tidak akan berguna.
Selain itu, Olivia menyatakan bahwa kurikulum berkaitan dengan apa yang harus diajarkan, sedangkan pengajaran mengacu pada bagaimana cara mengajarkannya. Walaupun antara pembelajaran dengan pengajaran dalam hal ini memiliki perbedaan, namun keduanya memiliki kesamaan tolak ukur dalam kasus ini, yaitu bagaimana mengajarkan. Hanya saja pengajaran lebih terpusat pada guru sebagai pengajar, sedangkan pembelarajaran menekankan pada penciptaan proses belajar antara pengajar dengan pelajar agar terjadi aktivitas belajar dalam diri pelajar.
Belajar sebagai kegiatan inti dari pembelajaran memiliki arti modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Yang perlu digaris bawahi pada kalimat tersebut adalah memperteguh kelakuan melalui pengalaman, ini membuktikan bahwa belajar sebagai kegiatan inti pembelajaran dipengaruhi oleh kurikulum yang notabenenya merupakan rancangan pengalaman belajar.
Persoalan yang timbul selanjutnya adalah bagaimana menyusun kurikulum untuk kepentingan pembelajaran agar dapat dilaksanakan dengan optimal. Hal ini berbenturan dengan fakta bahwa kurikulum telah dirancang secara standar (standarized curriculum). Ini berarti bahwa kurikulum yang sama digunakan digunakan pada setiap sekolah yang notabenenya masing-masing sekolah tersebut memiliki masalah pelaksanaan pembelajaran yang berbeda. Peter F. Olivia menggambarkan kemungkinan hubungan antara kurikulum dengan pembelajaran sebagai berikut.
1.    Model dualistis, pada model ini, kurikulum dan pembelajaran berdiri sendiri. Kurikulum yang seharusnya memjadi pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran tidak tampak. Begitu juga dengan pembelajaran yang seharusnya dapat dijadikan tolak ukur pencapaian tujuan kurikulum tidak terjadi.
2.      Model berkaitan, dalam model ini, kurikulum dengan pembelajaran saling barkaitan. Pada model ini, ada bagian kurikulum yang menjadi bagian dari pembelajaran, begitu juga sebaliknya.
3.      Model konsentris, pada model ini, keduanya memiliki hubungan dengan kemungkinan bahwa kurikulum adalah bagian dari pembelajaran atau pembelajaran adalah bagian dari kurikulum.
4.      Model siklus, pada model ini, antara kurikulum dan pembelajaran di anggap dua hal yang terpisah namun memiliki hubungan timbal balik. Di satu sisi, kurikulum merupakan rencana tertulis sebagai panduan pelaksanaan pembelajaran, di sisi lain pembelajaran mempengaruhi pada perancangan kurikulum selanjutnya.
Sehingga dapat disimpulkan untuk mendapatkan proses pembelajaran yang baik dan berimbas pada hasil yang diperoleh peserta didik pun baik maka penyusunan kurikulumnya pun harus lah diperhatikan dengan baik pula, karena kurikulum sebagai pedoman di dalam proses pembelajaran di sekolah, kurikulumlah yang mengatur guru, siswa dan juga kepala sekolah. Sehigga jalannya proses pembelajaran tersebut sudah ada yang mengatur supaya mengarah pada suatu pencapaian yang maksimal.
D.    Pengertian Hidden Curriculum
Hidden curriculum merupakan kurikulum tersembunyi. Maksudnya yaitu hidden curriculum tidak dicantumkan atau tidak dijabarkan secara langsung dalam kurikulum pembelajaran misalnya KTSP dan kurikulum 2013. Namun dalam penerapannya hidden curriculum sangat diperlukan karena membahas tentang bagaimana kemampuan guru dalam mengelola kelas, memanajemen kelas sehingga kelas terlihat sebagai kelas yang indah, nyaman, menyenangkan dan bisa memberikan nilai-nilai kebaikan dalam kegiatan belajar mengajar dikelas. Oleh karena itu anak didik merasa nyaman dan selalu ingin kembali ke sekolah dengan riang. Dengan adanya hidden curriculum ini memberikan dampak positif kepada anak didik di dalam kelas sehingga memudahkan dalam pencapaian belajar dan kompetensi dasar.
E.    Fungsi Hidden Curriculum
a. Hidden curriculum adalah alat dan metode untuk menambah khazanah
pengetahuan anak didik diluar materi yang tidak termasuk dalam silabus. Misalnya budi pekerti, sopan santun, menciptakan dan menimbulkan sikap apresiatif
terhadap kehidupan lingkungan.
b. Hidden curriculum berfungsi sebagai pencairan suasana, menciptakan minat, dan penghargaan terhadap guru jika disampaikan dengan gaya tutur serta keanekaragaman pengetahuan guru. Guru yang disukai murid merupakan modal awal bagi lancarnya belajar mengajar dan merangsang minat baca anak didik.
c. Hidden curriculum berfungsi memberikan kecakapan, ketrampilan yang sangat bermanfaat bagi murid sebagai bekal dalam fase kehidupan dikemudian hari. Dalam hal ini dapat mempersiapan murid untuk siap terjun di masyarakat.
d. Hidden curriculum berfungsi untuk menciptakan masyarakat yang demokratis. Hal tersebut dapat dilihat dalam berbagai kegiatan maupun aktivitas selian yang dijelaskan dalam kurikulum formal. Misalnya melalui berbagai kegiatan pelatihan, ekstrakulikuler, dan diskusi.
e. Hidden curriculum berfungsi sebagai mekanisme kontrol sosial yang efektif
terhadap perilaku murid maupun perilaku guru. Guru memberikan contoh panutan, teladan, dan pengalaman yang ditransmisikan kepada murid. Murid kemudian mendiskusikan dan menegosiasikan penjelasan tersebut.
f. Hidden curriculum berfungsi untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam hidden curriculum yang dapat mendukung kompetensi siswa.

No comments

Powered by Blogger.