Kasih Sayang, Kewibawaan, dan Tanggung Jawab


Kasih Sayang
Kasih sayang merupakan fitrah manusia, artinya setiap manusia ditakdirkan oleh Allah memiliki kasih sayang terhadap semuanya. Dalam hal pendidikan kasih sayang harus mendasari semua upaya dalam membawa anak menuju tujuannya, yaitu kedewasaan.
Makna Kasih Sayang
Kasih sayang merupakan pola hubungan yang unik diantara dua orang manusia atau lrbih. Ditandai dengan adanya perasaan sayang,saling mengasihi,saling mencintai,saling memperhatikan dan saling memberi.
Kasih sayang juga merupakan kebutuhan alami seorang manusia. Manusia tidak bisa hidup tanpa makanan dan minuman,demikian juga manusia tidak bisa hidup tanpa adanya kasih sayang. Manusia mencintai dirinya dan juga ingin dicintai oleh orang lain. Pada umumnya anak-anak lebih membutuhkan kasih sayang daripada orang dewasa.
Kasih sayang dapat mempengaruhi kehidupan mental maupun jasmani. Secara mental anak dalam hidupya akan penuh keceriaan, kesenangan, dan kebahagiaan. Secara jasmani/fisik, anak yang penuh limpahan kasih sayang tubuhnya akan lebih sehat dan memiliki hati yang hangat karena sudah merasakan kebahagiaan kasih sayang dari orang tuanya, makai a pun akan memperlakukan orang lain dengan penuh kecintaan.
Kasih Sayang yang Berlebihan dan Hidup Tanpa Kasih Sayang
Dalam proses pendidikan di sekolah peran orang tua digantikan oleh pendidik atau guru, pola hubungan mendidik perlu dilandasi oleh kasih sayang dar pendidik kepada peserta didikagar terjalin ikatan perasaan yang daapat mendukung tercapainya tujuan pendidikan.
1.    Kasih Sayang yang Berlebihan
Kasih sayang orang tua memang penting tapi kalua terlalu berlebihan akan mendatangkan akibat yang tidak diharapkan. Kasih sayang itu seperti air dan makanan, jika diberikan dalam porsi yang teapat maka akan memberikan manfaat, teteapi jika diberikan secara berlebihan akan berubah menjadi sesuatu yang tidak baik.
Ada beberapa dampak positif dari kasih sayang ini. Dampaknya yaitu,jika anak yang diberikan limpahan kasih sayang oleh orangtuanya maka ia akan tumbuh menjadi anak yang mandiri dan kuat,menyehatkan saraf dan fisik,memiliki hati yang hangat, akan mencintai orang terdekatnya seperti sahabat,teman dan lain-lain, menuai kesuksesan dalam mendidik anak, dan yang terakhir adalah menyelamatkan anak dari sifat-sifat kerdil.
Dampak negatif dari adanya kasih sayang yang berlebihan :
    Akan timbulnya sikap yang ingin selalu diperlakukan secara istimewa.
    Akan mengalami masalah dalam kehidupan rumah tangganya.
    Akan menjadi anak yang rentan akan masalah.
    Kehilangan kepercayaan diri.
    Tidak berani mengambil resiko.
    Tidak mau melakukan pekerjaan-pekerjaan yang penting.
    Selalu mengharapkan uluran bantuan dari orang lain.
    Tidak mau mengembangkan diri.
    Menjadi manusia yang sombong dan suka memaksakan kehendak.
2.    Hidup tanpa Kasih Sayang
Kecintaan/kasih sayang meninggalkan bekas secara positif pada anak dan menjadikan perilakunya di masa yang akan datang memiliki sifat kasih sayang dan kecintaan (Husain Mazhahiri: 2002).Sebaliknya, jika tidak mendapat suatu kasih sayang maka kepribadian anak pada masa mendatang akan memiliki sifat-sifat keras dan emosional yang leampaui batas.
Anak yang hidup tanpa kasih sayng orang tuanya, setelah dewasa nanti ia akan menampakkan kebencian terhadap masyarakan sekitarnya, dan menunjukkan ketidakpeduliannya terhadap orang lain. Ia tidak menunjukkan jiwa tolong menolong dan belas kasih sayang terhadap masyarakat sekitar, sehingga iamenjadi manusia yang tidak berperasaa.
Kasih Sayang di Sekolah
Dalam proses pendidikan di sekolah di mana perang orang tua digantikan oleh guru, pola hubungan guru-anak perlu dilandasi kasih sayang agar terjalin ikatan perasaan yang dapat mendukung tercapainya tujuan pendidikan. peranan kasih sayang dalam pendidikan di sekolah merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam pembentukan sikap, kepribadian, dan tingkah laku anak. Banyak peran yang dilakukan oleh seorang guru salam menjalankan proses pendidikan, diantaranya.
1.    Guru sebagai Pembimbing
Realitas di masyarakat menunjukan bahwa perilaku menyimpang dari anak-anak muncul karena dilator belakangi oleh kondisi di mana anak tumbuh dalam keluarga yang tidak memberikan kepuasan kasih sayang terhadap anak. Hal tersebut menjadi tantangan pendidikan.
Dengan kasih sayang yang diberikan oleh guru, anak akan mendapatkan bimbingan untuk menjalani kehidupan yang baik dimasa mendatang. Guru bagi anak adalah sebagai tempat bertanya, mengadu meminta pendapat, berkeluh kesah, dan tempat berlindung bagi seorang anak didik.
2.    Guru Pembentuk Kepribadian
Pembentukan kepribadian anak di sekolah merupakan hal yang tidak mudah, sulit kiranya dilakukan tanpa disertai dengan kasih sayang. Guru di sekolah bertanggung jawab membimbing anak didik menjadi manusia bermoral, berhati Nurani, kasih sayang terhadap sesame makhluk, dan sebagainya. Guru dituntut untuk bisa menunjukkan sosok pribadi yang utuh, berpribadi stabil dan tidak emosional, penghayatan dan pelaksanaan moral dalam setiap aspek kehidupan, sehingga anak menjadi teladan bagi anak didiknya.
3.    Guru sebagai Tempat Berlindung
Di sekolah anak akan meminta perlindungan kepada gurunya. Pada kondisi ini, guru semestinya berlaku bijaksana, mendengarkan masalahyang dihadapi anak, memberi nasihat dan sebisa mungkin menyadarkan tindakan yang dilakukan anak atau bahkan berupaya menjembatani permasalahan anak dengan orang tuanya.
Misal, ada anak yang kabur dari rumah akibat tidak menemukan kasih sayang di rumahnya. Dalam tindakan ini anak akan mencari perlindungan kepada siapa saja yang dianggap dekat atau memberi perhatian kepadanya.beruntung jika mereka mendapat tempat berlindung pada orang yang berlatar belakang baik, misalnya kepada gurunya di sekolah. Tatapi apabila anak bertemu dan bergaul dengan lingkungan pemakai/pengedar narkoba misalnya maka akan berakibat merusak masa depan anak tersebut.
4.    Guru sebagiai Figur Teladan
Kasih sayang harus tergambar dalam perilaku ayah-ibu mereka, kasih sayang itu harus terlihat dalam pelukan, senyuman, bahkan nanda bicara orang tua mereka.kasih sayang yang terwujud memlaui perilaku di samping secara psikologis akan dirasakan anak, perilaku tersebut juga akan menjadi contoh atau teladan apalagi pada anak yang menginjak remaja.
Seorang guru yang ramah, hangat dan selalu tersenyum akan menumbuhkan kondisi psikologis menyenagkan bagi anak. Perilaku anak didik yang terbentuk pada dasarnya merupakan hasil dari mencontoh atau meneladani perilaku yang diperlihatkan pendidik dengan penuh kasih sayang.
5.    Guru sebagi Sumber Pengetahuan
Dalam proses pembelajaran di mana terjadi transformasi pengetahuan, sikap memberi dan melarang semestinya dilakukan dengan hati-hati terhadap anak didik. Pengetahuan dapat merubah sikap dan perilaku anak, perubahan yang terjadi pun dapat positif atau negatif. Positif apabila pengetahuan yang diterima anak sesuai dengan masanya. Dan sebaliknya, negatif apabila pengetahuan yang diterima anak tidak sesuai. Oleh karena itu, seorang guru dalam menyampikan pengetahuan harus didasari kasih sayang.
Kewibawaan dalam Pendidikan
Guru sebagai pendidik harus memilki kewibawaan, baik dalam pemebelajaran kelas maupun kegiatan lain di luar kelas. Interaksi atau hubungan pendidikan tersebut, biasanya diwarnai oleh adanya aspek pendidikan yang didasari kewibawaan. Kewiawaan merupakan syarat mutlak dalam pendidikan, artinya jika tidak ada kewibawaan maka pendidikan itu tidak mungkin terjadi. Sebab, dengan adanya kewibawaan segala bentuk bimbingan yang diberikan oleh pendidik akan diikuti secara suka rela oleh anak didik. Tetapi bukan berarti bahwa pendidikan harus melaksanakan kewibawaan secara ajeg kepada anak didik sepanjang masa, melainkan harus disesuaikan dengan keselarasan bertambahnya kedewasaan anak didik.
Makna Kewibawaan
Kewibawaan dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan hal yg menyangkut wibawa; yg mempunyai sifat wibawa: peristiwa pemogokan pekerja pabrik itu dapat mengurangi atau Hak kekuasaan yg diakui dan ditaati.
Dalam Tim penyusun FIP UNP 2008 (halaman 84) dikatakan bahwa Konsep kewibawaan diambil dari bahasa Belanda yaitu “gezag” yang berasal dari kata “zeggen” yang berarti “berkata”.
Kewibawaan adalah suatu daya mempengaruhi yang terdapat pada seseorang, sehingga orang lain yang berhadapan dengannya secara sadar dan sukarela menjadi tunduk dan patuh kepadanya. Jadi barang siapa yang memiliki kewibawaan akan dipatuhi secara sadar dan tidak terpaksa, dengan tidak merasa/diharuskan dari luar, dengan penuh kesadaran, tunduk, patuh, menuruti semua yang dikehendaki oleh pemilik kewibawaan itu.
Anak yang masih muda dan kecil, belum tentu mengenal kewibawaan, artinya anak kecil belum tunduk kepada suatu pengaruh atas kesediaan dan kerelaan sendiri. Misalnya anak kecil yang menuruti  perintah ibunya, ini bukan karena si kecil tadi sadar dan insyaf akan perlunya menuruti atau mematuhi wibawa dan pengaruh ibunya, tetapi karena terdorong oleh perasaan takut akan muka yang muram dari ibunya atau karena ibunya meninggalkan dirinya sehingga dengan begitu anak melakukan segala perintah ibunya. Pada anak kecil belum ada kesadaran akan kepentingan larangan atau anjuran dari si ibu, tetapi karena pigur ibu tersebut
Pengenalan dan pengakuan terhadap wibawa membutuhkan bahasa, sehingga pengenalan dan pengakuan wibawa itu sejajar dengan tumbuhnya bahasa pada kanak-kanak. Bahasa merupakan tempat pertemuan antara pendidik dan anak didik, dengan bahasa anak didik akan mengerti apa arti anjuran dan larangan dari pendidik, sehingga dengan demukian dapatlah dikenal dan diakui berwibawa.
Apabila orang tua tidak menggunakan kesempatan untuk bertemu anak dalam bahasa, artinya bias dikatakan orang orang tua tidak pernah memberikan anjuran atau larangan kepada anak. Sehingga jikalau orang tua tidak pernah menggunakan wibawa yang ada padanya, maka akan mengakibatkan anak tidak mempunyai sikap yang tidak dapat didekati, anak akan menjadi tidak asing terhadap kekerasan anak, menjadi tidak dapat lagi dinasehati.
Sebaliknya bila orang tua terlalu banyak menggunakan kesempatan bertemu dengan anak dalam bahasa, terlalu banyak memberi nasihat, anjuran atau larangan akan memberi akibat yang dapat merugikan dalam pendidikan. Hal ini dapat menjadikan anak didik menjadi acuh tak acuh atau bersikap mengelakkan diri, sebagai pernyataan protes karena anak merasakan nasihat atau anjuran dan larangan yang berlebihan atau suatu tuntutan yang sukar untuk dilaksanakan.
Menghadapi situasi dimana anak didik menunnjukkan sikap menentang atau protes sebagai suatu pernyataan bahwa anak telah menemukan dirinya, telah mempunyai keinginan, telah mempunyai kemampuan sendiri, dimana seakan-akan orang tua kehilangan kewibawaannya, adalah bijaksana bila berlaku keras terhadap anak didik, karena denga sikap keras hanya akan menghancurkan benih-benih kesadaran akan kewibawaan yang mulai tumbuh pada diri anak
Fungsi Kewibawaan
Fungsi Kewibawaan dalam pendidikan dan pergaulan baru terdapat pendidikan, jika didalamnya telah dapat kepatuhan si anak. Tetapi tidak semua pergaulan merupakan pendidikan. Satu-satunya pengaruh yang dapat dikatakan pendidikan adalah pengaruh yang menuju kedewasaan anak, untuk menolong anak menjadi orang yang kelak dapat atau sanggup memenuhi tugas hidupnya secara mandiri.
Berdasarkan penjelasan diatas, tampak fungsi wibawa pendidikan adalah membawa anak kearah pertumbuhanya yang kemudian dengan sendirinya mengakui wibawa orang lain dan mau menjalaninya. (Tim Penyusun FIP UNP 2008. Bahan ajar UNP. Halaman 86).
Penggunaan Kewibawaan
Penggunaan kewibawaan oleh guru dan tenaga kependidikan perlu didasari oleh faktor-faktor berikut:
a.    Dalam menggunakan kewibawaan hendaklah didasarkan atas perkembangan anak sebagai pribadi.
b.    Pendidik hendaklah memberi kesempatan kepada anak untuk bertindak atas inisiatif sendiri.
c.    Pendidik hendaknya menjalankan kewibawaan atas dasar cinta kepada anak.
Tanggung Jawab
Manusia merupakan makhluk yang mempunyai tanggung jawab dan kewajiban. Setiap manusia mempunyai tanggung jawab terhadap yang lain, terutama terhadap orang-orang yang berada dibawah kekuasannya, pemimpin bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya, seorang laki-laki bertanggung jawab atas keluarganya, seorang pendidik bertanggung jawab terhadap anak didiknya, dan sebagainya.
Pengertian Tanggung Jawab
Tanggung jawab dalam arti harfiahnya adalah tanggungan beban untuk menjawab (pertanyaan orang). Atau tanggungan beban untuk menerangkan suatu kelakuan tertentu. Dalam pergaulan sehari-hari bertanggung jawab pada umumnya diartikan sebagi “berani menanggung resiko (akibat) dari suatu perbuatan atau tindakan yang dilakukan”.
Bertanggung jawab dimaksudkan sebagai suatu keadaan dimana semua perbuatan atau tindakan atau sikap merupakan penjelmaan dari nilai-nilai moral serta nilai-nilai luhur kesusilaan atau keagamaan. (Sadulloh: 2017, hlm. 175). Bertanggung jawab selalu dalam hubungan dengan orang lain. Bertanggung jawab dapat menerangkan perbuatan kita dan kepentingan kita dengan orang lain. Tidak mengganggu orang lain berarti dewasa secara sosial, dewasa secara sosial berarti dapat bertanggung jawab atas segala perbuatan.
Tanggung Jawab dalam Pendidikan
Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah berkembangnya potensi peserta didik agar dapat menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Di sekolah guru merupakan pendidik yang paling bertanggung jawab dalam membimbing anak didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Guru bertanggung jawab agar anak menjadi manusia yang seperti tercantum dalam UU No. 20 Tahun 20103.
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya, manusia dapat dilihat dari dua aspek yakni:
1.    Manusia sebagai Makhluk Tuhan
Manusia sebagai makhluk Tuhan berkewajiban untuk melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Pendidik sebagai makhluk Tuhan dalam hidup dan kehidupannya senantiasa harus tunduk dan taat melaksanakan atura-aturan Tuhan. Karena itu seorang guru sebagi pendidik seharusnya memahami nilai-nilai atau norma-norma agama dana sekaligus sudah dapat melaksanakannya dalam segala aspek.
2.    Manusia dalam Hubungannya dengan Sesama Manusia dan Alam
Manusia mempunyai kecenderungan kepada masyarakat dan kehidupan sosial. Kehidupan sosial manusia memiliki segala bentuk hubungan khusus, dia tidak akan dapat memenuhi sega akebutuhannya dengan tanpa kerjasama dan keikutsertaan yang lain. Berbagai aktivitas manusia memiliki esensi sosial, dan oleh karena itu mauntidak mau mereka harus membagi pekerjaan diantara mereka. Sehingga dengan begitu mereka dapat memberikan manfaat kepada yang lain dan sekaligus mengambil manfaat dari mereka.
a.    Tanggung Jawab Manusia terhadap Keluarga: Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan baku penjagana malaikat-malaikat yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa-apa yang di perintahkan.” (Q.S. At-Tahrim:6)
b.    Tanggung Jawab terhadap Sanak-Kerabat: Rasulullah SAW bersabda, “Aku berpesan kepada umatku baik yang hadir maupun yang tidak hadir, maupun yang kini mereka masih berada dalam tulang sulbi ayah atau Rahim ibu mereka hingga hari kiamat, hendaklah mereka menjalin silaturahmi dengan sanak-kerabat mereka, karena silaturahmi merupakan bagian dari agama.”
c.    Tanggung JAwab terhadap Tetangga: Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang mengkhianati tetangganya meskipun hanya sejengkal tanah maka Allah akan jadikan tanah itu hingga tingkat ketujuhnya sebagai tali pelana dilehernya hingga Allah mengkhinakan pada hari kiamat, kecuali jika dia bertobat. Siapa saja yang menyakiti tetangganya maka Allah haramkan wangi surge baginya dan tempatnya adalah neraka Jahanam, dan itulah seburuk-buruknya tempat.”
d.    Tanggung Jawab terhadap Ayah dan Ibu: Allah SWT berfirman, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.”
e.    Tanggung Jawab terhadap Anak: orang tua juga berkewajiban membantu anak dalam masalah akhlah yang baik, mengenal Allah dan ketaatan kepada-Nya. Tanggung jawab ini bukan hanya antara orang tua dengan guru, melainkan juga tanggung jawab pendidik terhadap anak didik, pemerintah terhadap rakyat dan rakyat terhadap pemerintah, tanggung jawab atasan terhadap bawahannya dan sebaliknya, dan sebagainya.
f.    Tanggung Jawab Manusia terhadap Alam: manusia ditakdirkan oleh Allah sebagai khalifah di muka bumi. Sebagai khalifah manusia harus mampu mengelola alam, khususnya bumi dimana manusia tinggal. Allah SWT telah menciptkan ala mini dan telah memberikan kemampuan kepada manusia untuk menyingkap berbagai rahasia alam, dan memanfaatkannya untuk membangun alam dan kehidupan yang lebih baik.
Peranan Kasih Sayang, Kewibawaan, dan Tanggung Jawab dalam Pendidikan
Peranan Kasih Sayang dalam Pendidikan
Kasih sayang merupakan pilar dan pondasi dalam pendidikan. Urgensi Kasih sayang a) Kasih sayang sesama manusia, khususnya dalam dunia pengajaran dan pendidikan, adalah hal esensial. b) Dunia pendidikan akan sukses dan makmur kalau ditempuh dengan irama cinta. Kasih sayang begitu penting karena ia memicu ketaatan dan kebersamaan. d) Teguh tidaknya pendirian dan kebaikan perilaku seorang anak bergantung banyak sejauh mana kasih sayang yang diterimanya selama masa pendidikan. e) Kehangatan cinta dan kasih sayang yang diterima anak-anak akan menjadikan kehidupan mereka bermakna, membangkitkan semangat, melejitkan potensi dan bakat yang terpendam, serta mendorong untuk bekerja/berusaha secara kreatif.
Anak-anak yang dibesarkan dalam limpahan kasih sayang, akan tumbuh menjadi anak yang mandiri dan kuat. Kasih sayang mempengaruhi kesehatan fisik. Anak-anak yang dibesarkan dalam limpahan kasih sayang orang tuanya, tubuhnya lebih sehat dari anak-anak yang kurang mendapatkan kasih sayang.
Kasih sayang memiliki peranan yang penting dalam pengembangan ruh dan keseimbangan jiwa anak-anak. Kondisi keluarga yang penuh dengan kasih sayang dapat menimbulkan kelembutan sikap anak-anak. Anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang penuh dengan kasih sayang dan perhatian akan memiliki kepribadian yang mulia, senang mencintai orang lain dan berperilaku baik dalam masyarakat (Seefeld, 2002).
Kasih sayang menciptakan kerja sama di antara manusia. Bila Kasih sayang tidak ada maka tidak akan terwujud persaudaraan di antara manusia; tak seorang pun yang merasa memiliki tanggung jawab terhadap orang lain; keadilan dan pengorbanan akan menjadi hal yang absurd utopis. Oleh sebab itu, sikap kasih sayang sesama manusia, khususnya dalam dunia pengajaran dan pendidikan, adalah hal esensial. Di samping itu, kasih sayang juga menyebabkan keselamatan jasmani dan ruhani, menjadi solusi tepat dalam memperbaiki perilaku amoral dan mengharmoniskan hubungan manusia.
Begitu penting peran kasih sayang dalam pengembangan ruh dan keseimbangan jiwa anak-anak. Teguh tidaknya pendirian dan kebaikan perilaku seorang anak bergantung banyak sejauh mana kasih sayang yang diterimanya selama masa pendidikan. Kondisi keluarga yang penuh dengan kasih sayang menyebabkan kelembutan sikap anak-anak. Anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang dan perhatian akan memiliki kepribadian yang mulia, suka mencintai orang lain dan berperilaku baik dalam masyarakat. Kehangatan cinta dan kasih sayang yang diterima anak-anak akan menjadikan kehidupan mereka bermakna, membangkitkan semangat, melejitkan potensi dan bakat yang terpendam, serta mendorong untuk bekerja/berusaha secara kreatif.
Seorang pendidik yang mengabaikan cinta dan kasih sayang, tidak akan mampu membangun hubungan yang baik dengan peserta didiknya dan pendidik pasti gagal dalam menyampaikan pesan-pesan pendidikan kepada peserta didik.
Metode yang paling berpengaruh dan efektif dalam pendidikan adalah pendekatan kasih sayang. Rasa cinta dan kasih sayang harus terlebih dahulu menjadi jaminan ketenangan anak-anak di lingkungan keluarga sebelum berhadapan dengan berbagai aturan dan keputusan yang dibuat oleh orang tua. Kebahagiaan dan ketenangan jiwa anak-anak akan terpenuhi jika sebuah keluarga dapat menjadi pusat ekspresi perasaan, kasih sayang, dan kecintaan (Dephlie, 2005)
Wardani, (2002) mengemukakan bahwa seorang pendidik harus melakukan berbagai peran dalam menjalankan suatu proses pendidikan, diantaranya:
1.    Pendidik sebagai pembimbing, dengan kasih sayang yang diberikan oleh pendidik, peserta didik akan mendapatkan bimbingan untuk menjalani kehidupan yang sedang dialami sekarang maupun bekal kehidupan di masa yang akan datang. Dalam berbagai kasus tidak sedikit ditemukan akibat tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya, pendidik ditempatkan sebagai tempat bertanya, mengadu, meminta pendapat, berkeluh kesah, dan berlindung.
2.    Pendidik sebagai pembentuk kepribadian, tindakan-tindakan kriminal seperti mencuri, bunuh diri atau kejahatan-kejahatan lainnya bisa dilakukan oleh seorang peserta didik akibat kehilangan kasih sayang dari orang tua atau siapa saja. Kata “siapa saja” mengindikasikan bahwa di samping orang tua ada pihak lain yang dapat menjadi penyebab hancurnya kepribadian seorang peserta didik. Pendidik yang baik akan memperhatikan hal ini sebagai bagian dari perannya dalam menjalankan proses pendidikan.
3.    Pendidik sebagai tempat perlindungan, akibat tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua, banyak anak yang kabur dari rumah. Dalam tindakan ini, anak akan mencari perlindungan kepada siapa saja yang dianggap dekat. Beruntung jika mereka mendapat tempat berlindung pada orang yang berlatar belakang baik, tetapi jika sebaliknya maka akan berakibat merusak masa depannya. Menyikapi kasus ini, jika seorang pendidik dapat memberikan kasih sayang maka ada kecenderungan anak untuk mencari perlindungan kepadanya. Pada kondisi ini, pendidik idealnya berlaku bijaksana, mendengarkan masalah yang dihadapi anak, memberikan nasehat dan sebisa mungkin menyadarkan tindakan yang dilakukan anak.
4.    Pendidik sebagai figur teladan, dalam kehidupan keluarga, orang tua pasti mencintai anak-anaknya. Tetapi kasih sayang saja tidak cukup untuk memenuhi tuntutan psikologis anak-anak. Kasih sayang harus terwujud melalui perilaku secara konkret. Kasih sayang yang terwujud melalui perilaku secara psikologis akan dapat dirasakan oleh anak dan dapat menjadi contoh atau tauladan. Seorang pendidik yang berperilaku ramah, hangat, dan selalu tersenyum, tidak memperlihatkan muka kesal, merespon pembicaraan peserta didik, dapat menumbuhkan kondisi psikologis yang menyenangkan bagi peserta didik. Peserta didik tidak takut berbicara, dapat mencurahkan isi hatinya saat menghadapi masalah dan peserta didik akan senang melibatkan diri dalam kegiatan di sekolah. Perilaku peserta didik yang terbentuk ini pada dasarnya merupakan hasil dari mencontoh atau mentauladani perilaku yang diperlihatkan pendidik  (Rahmat, 2010)
Pendidik sebagai sumber pengetahuan, kasih sayang orang tua sampai kapan pun harus tetap ada karena anak-anak sangat membutuhkannya. Dalam proses pendidikan yaitu adanya transformasi pengetahuan sikap memberi dan melarang seharusnya dilakukan dengan hati-hati terhadap peserta didik. Pengetahuan dapat merubah sikap dan perilaku peserta didik. Dapat berubah positif apabila pengetahuan yang diterima peserta didik sesuai dengan masanya dan sebaliknya apabila tidak sesuai maka akan membentuk perilaku peserta didik yang negatif. Oleh karena itu, seorang pendidik harus memahami bahwa dalam mentransfer pengetahuan harus didasari dengan kasih sayang.
Peranan Kewibawaan dalam Pendidikan
Kewibawaan dalam pendidikan merupakan salah satu ciri pendidik ketika terjadi interaksi atau hubungan dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas ataupun kegiatan pendidikan lain di luar kelas. Interaksi atau hubungan pendidikan tersebut, biasanya diwarnai oleh adanya aspek pendidikan yang didasari kewibawaan.
Kewibawaan merupakan peranan penting dalam usaha menentukan dan merumuskan tujuan hakiki dan arti pendidikan. Dalam pendidikan memang terjalin suatu relasi atau hubungan yang berdasarkan kewibawaan tertentu. Pada hubungan yang terjadi dalam kondisi yang ditandai adanya figur yang dituakan atau yang dianggap pemimpin, kewibawan akan lebih nammpak lebih jelas seperti dalam kegiatan pendidikan, hubungan antara guru dan murid biasanya ditandai oleh adanya kewibawaan seorang guru.
Peranan Tanggung Jawab dalam Pendidikan
Tanggung jawab menurut kamus besar Bahasa Indonesia W. J. S. Poerwadarminta adalah “keadaan wajib menanggung segala sesuatunya”artinya jika ada sesuatu hal, boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya. Tanggung jawab ini pula memiliki arti yang lebih jauh bila memakai imbuhan, contohnya ber-, bertanggung jawab dalam kamus tersebut diartikan dengan “suatu sikap seseorang yang secara sadar dan berani mau mengakui apa yang dilakukan, kemudian ia berani memikul segala resikonya”. Dalam artian lain, tanggung jawab meminjam istilahnya Bung Hatta adalah integritas individual.
Perlu menjadi perhatian utama, adalah bagaimana membentuk pola pikir anak agar pada suatu saatnya nanti mampu memiliki integritas – tanggung jawab – baik itu secara pribadi maupun dalam kehidupan kolektif, sebagaimana hal itu tercantum dalam definisi di atas. Dengan kata lain, tanggung jawab yang dimaksudkan disini adalah suatu investasi yang tak ternilai harganya, yang ditanamkan pada seorang anak demi masa depannya kelak. Dan penanaman tanggung jawab itu sendiri hanya dapat tercapai jika dijalani lewat proses pendidikan. Pendidikan disini bukanlah pendidikan sebagaimana pandangan konvensional yang mengatakan bahwa mendidik adalah urusan sekolah (institusi). Akan tetapi pendidikan yang saya maksudkan adalah pendidikan yang sebenar-benar pendidikan, yaitu pendidikan yang dilalui sepanjang hayat, yang dilakukan oleh orang tua semenjak kehadiran anak didunia, melalui transmisi kasih sayang, kepedulian, kepercayaan, emphati dan kesinambungan serta pengarahan secara spiritual.
Dengan demikian Humanisasi menjadi kenyataan, yaitu penciptaan iklim mendidik anak untuk menjadi manusia yang berbudi, memiliki jiwa, merdeka, mampu menghargai dirinya, dan mampu pula untuk memaknai akan makna penciptaannya didunia. Artinya pendidikan yang dimaksudkan disini tak lain merupakan suatu upaya memanusiakan manusia, dan tanggung jawab merupakan salah satu indikator keberhasilannya.
Berbicara cara, maka kita memasuki wilayah epistemologis, tentang bagaimana sesuatu itu memiliki metode, cara dan bagaimana proses dari bentuk itu bekerja. Tanggung jawab yang menjadi indikator keberhasilan dari proses pendidikan disini, tentunya tak terlepas dari kesadaran kita untuk mencoba memaknai wilayah ontologisnya terlebih dahulu sebelum bermuara pada tataran aksiologisnya – bagaimana hasil atau manfaatnya?.
Dengan kesungguhan dan kerja keras dari orang tua dalam menanamkan terlebih memberikan contoh tanggung jawab, bukan tidak mungkin proses yang terikat pada waktu pada akhirnya bermuara pada kebahagiaan, baik itu kebahagiaan orang tuanya maupun anaknya sendiri. Ada beberapa contoh konsep yang patut diterapkan didalam memaknai dan mengimplementasikan bagaimana menanamkan tanggung jawab sekaligus bagaimana membuat model tanggung jawab itu sendiri bagi anak.

No comments

Powered by Blogger.