Sejarah
2.1 Penjajahan dan Akibatnya Bagi Kehidupan dan Manusia
Bangsa Indonesia memproklamirkan diri sebagai bangsa merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Artinya, sejak tanggal itulah secara formal Bangsa Indonesia lahir. Sebelum mencapai kemerdekaan, penduduk nusantara berada dalam kondisi terjajah oleh bangsa asing, khususnya bangsa Eropa. Ada dua faktor mengakibatkan penduduk ada di wilayah nusantara ini dijajah oleh bangsa Batrat, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah kondisi politik, ekonomi, sosial, dan budaya sehingga bangsa lain dapat masuk dan menguasai serta memonopoli perdagangan. Faktor eksternal adalah kondisi yang terjadi di negara-negara penjajah khususnya di Eropa, sehingga mereka melakukan ekspedisi dan ekspansi ke seluruh dunia hingga sampai di wilayah nusantara.
Faktor penyebab bangsa Barat atau Eropa datang ke wilayah nusantara termasuk Indonesia.
1. Berkembangnya kepercayaan yang dilahirkan dari ajaran Copernius bahwa dunia ini bulat, tidak datar sebagaimana ajaran yang berkembang sebelumnya. Dengan kondisi bumi yang bulat ini memungkinkan bahwa apabila orang melakukan pelayaran, maka pada akhirnya ia akan kembali lagi ke tempat semula.
2. Adanya masa renaissance di Eropa yang ditandai oleh munculnya kebebasan bagi setiap orang untuk berkreasi bagaikan lahirnya kembali jiwa yang bebas dari segala macam kekangan yang membelenggu kehidupan mereka. Dampak dari era kebebasan ini telah menghasilkan sejumlah penemuan baru yang sangat berguna bagi kehidupan umat manusia, seperti ditemukannya peta bumi, kompas, kapal-kapal serta penggunaan mesiu yang mengantarkan mereka untuk mengadakan penjelajahan ke luar dari benua Eropa. Era ini berlangsung pada sekitar tahun 1500 yang dikenal pula sebagai abad pertengahan.
3. Munculnya Islam sebagai kekuatan baru di wilayah Timur Tengah, Afrika Utara yang berhasil menguasai jalur perdagangan atau pintu yang menghubungkan antara dunia Timur dan Barat. Jatuhnya kota Konstantinopel tahun 1453 ke tangan kerajaan Islam yang sebelumnya berada dibawah kekuasaan kerajaan Romawi merupakan peristiwa besar sehingga akibatnyya orang-orang Eropa memutar haluan untuk mengadakan perjalanan ke wilayah timur. Mereka menemukan jalan baru untuk sampai hingga ke Asia Tenggara hingga Indonesia dengan menyusuri pantai barat Afrika, kemudian ke bagian selatan Afrika, kemudian ke arah timur hingga sampai Indonesia.
4. Penjelajahan merekake Timur dilandasi oleh semangat Reconquesta, yakni perang salib dengan tujuan untuk menaklukan orang-orang yang pernah mengalahkan mereka yaitu orang-orang Islam. Semangat orang Eropa yang diawali oleh orang-orang Portugis mengadakan penjelajahan membawa tiga misi terkenal, yaitu:
a. Mencari kekayaan (Gold)
b. Mencari kejayaan/kekuasaan ( Glory)
c. Menyebarkan agama Nasrani (Gospel)
5. Adanya Perjanjian Tordessoles yang ditandatangani 7 Juni 1494. Perjanjian ini lahir dilatarbelakangi oleh keputusan Paus Alexander VI Roma yang memberikan kesempatan kepada spanyol dan Portugis untuk memperluas kekuasaan melalui keputusan yang disebut Bull of Demarcation. Isi pokok perjanjian ini antara lain: Paus memberikan dunia kepada kedua Bangsa yakni Spanyol dan Portugis dengan batas garis khayal dari Utara ke Selatan Samudera Atlantik, sebelah barat garis meridian diberikan kepada Spanyol sedangkan sebelah Timur diberikan kepada Portugis. Akibatnya dari pembagian wilayah dunia oleh Paus kepada Spanyol dan Portudis maka munculah praktik imprealisme dan kolonialisme atau penjajahan di seluruh dunia oleh kedua bangsa ini terhadap bangsa-bangsa pribumi yang sebelumnya nereka telah menduduki wilayahnya masing-masing.
Portugis berhasil menguasai pusat-pusat perdagangan di wilayah Timur, seperti:
(1) Bartolomus Diaz menemukan Tanjung Harapan;
(2) Vasco da Gama menemukan Calicut, India;
(3) Don Alfonso da Albuquerque, menaklukan Goa hingga ke wilayah Maluku; dan
(4) Antonio d’Abreu menguasai Maluku. Spanyol menguasai seluruh Amerika Latin, Hawai, dan Philipina.
Hal ini dilakukan oleh Columbus yang menemukan benua Amerika; dan Magelhaens mengadakan ekspedisi keliling dunia dan akhirnya menemukan Philipina. Ketika sampai di Maluku, hal itu mengakibatkan terjadinya konflik antara Spanyol dan Portugis. Bangsa Asing menjajah Indonesia tidak sepenuhnya disebabkan oleh faktor eksternal melainkan karena faktor internal pula sebagai berikut:
1. Terjadinya kontak hubungan perdagangan antara penduduk pribumi dan orang asing. Mereka berupaya menciptakan konflik antar penguasa kaum pribumi, membantu salah satu pihak untuk memerangi pihak lain melalui politik adu domba. Dengan jasa pemberian bantuan inilah kaum pendatang mulai berusaha menguasai perdagangan dan meminta hak istimewa untuk memonopoli perdagangan di wilayah nusantara.
2. Penduduk nusantara termasuk Indonesia adalah penghasil rempah-rempah yang sangat diperlukan oleh orang-orang barat. Sebagai penghasi rempah-rempah terbesar didunia tentu kondisi ini menimbulkan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan penduduk pribumi. Namun akibat dari ini timbul persaingan diantara para pendatang untuk menguasai pusat perdagangan yang akhirnya berdampak pada penguasaan wilayah nusantara.
3. Kondisi penduduk nusantara masih merupakan kerajaan-kerajaan kecil yang sangat rentan dengan persaingan masih dan diantara mereka terjadi ambisi untuk saling menaklukan. Belum ada persatuan yang mengikat diantara kerajaan-kerajaan kecil sehingga menjadi kekuatan untuk menghadapi musuh dari luar. Keadaan inilah yang dengan mudah dimanfaatkan oleh kaum pendatang yang semula bermaksud mengadakan hubungan perdagangan tetapi lama kelamaan melakukan penguasaan bukan hanya dalam perdagangan saja setapi juga dalam pemerintahan hingga menjadi praktik penjajahan.
Secara umum, praktik penjajah memiliki karakteristik yang sama yakni mencipakan situasi dan kondisi tidak nyaman, tidak merdeka, dan adanyan konflik-konflik antar warga pribumi sehingga terjadi perpecahan. Ada lima yang pernah secara langsung menjajah Indonesia, yakni Portugis dan Spanyol, misalnya, Mengadakan ekspansi ke wilayah luar Eropa didasari oleh himbauan Paus Alexander VI yang membagi dunia menjadi dua bagian, yakni wilayah barat untuk Spanyol dan wilayah Timur untuk Portugis. Inggris melakukan penjajahan karena terdorong oleh kondisi kemajuan teknologi akibat terjadinya revolusi industri. Inggris melalukan ekspansi dilatarbelakangi oleh maksud untuk mencari daerah-daerah tempat pemasan hasil industri. Adapun belanda melakukan ekspansi dilatarbelakangi oleh tujuan mencari rempah-rempah akibat pusat perdagangan yang ada di Lisabon ditutup oleh Portugis. Kondisi ini mendorong Belanda mencari alternatif jalan dan wilayah yang menjadi sumber rempah-remah. Akibatnya belanda mengadakan penjelajahan ke wilayah luar eropa hingga sampai di wilayah nusantara (Indonesia). Penjajah terkhir, Jepang, memiliki tujuan yang berbeda dari penjajah yang berasal dari Eropa. Jepang dilatarbelakangi oleh kondisi negara Jepang saat itu yang sedang menghadapi Perang Asia Timur Raya. Jepang memerlukan dukungan sumber dana, peralatan bahkan personil militer yang banyak agar dapat unggul dalam peperangan menghadapi sekutu.
Dalam Bidang ekonomi, penjajahan telah mengakibatkan tatanan ekonomi yang telah berjalan baik, khususnya sistem yang telah disepakati oleh pihak penguasa dan rakyat menjadi hancur. Kondisi perekonomian penduduk nusantara sangat parah pada masa penjajah terutama sejak diberlakukannya sistem Tanam Paksa oleh Pemerintah Hindia Belanda. Kebodohan, kemiskinan, kesengsaraan, dan kelaparan telah menimpa hampir seluruh penduduk yang ada di wilayah nusantara. Kondisi ini disebabkan oleh karena beban pajak yang memberatkan, gagal panen, kerja rodi dan bentuk tekanan lain-lain yang dirasakan oleh penduduk. Apabila petani tidak menaati perintah tanam paksa denganmeninggalkan daerahnya maka tanah tersebuy diambil alih menjadi milik pemerintah.
Dalam bidang Politik dan Ideologi, pemerintah Hindia Belanda menerapkan aturan yang keras terhadap para aktivis atau kaum pejuang yang berjuang melalui partai politik. Ada upaya-upaya pembatasan ruang gerak bagi kaum aktivis-pejuang agar perjuangan kaum pribumi tidak berkembang sehingga dapat membahayakan pemerintah jajahan. Perjuangan yang dilakukan oleh kaum pribumi ada dua, yakni berjuang secara terang-terangan dan ada yang dilakukan secara terselubung atau ada yang dilakukan dengan jalan kerjasama (kooperatif) dan ada yang dilakukan secara berdikari (non kooperatif).
Dalam bidang sosial budaya, akibat penjajah ditandai oleh semakin melemahnya kekuasaan feodal atau raja-raja dan bangsawan. Kondisi ini terjadi pada awal abad ke-20 dimana hampir seluruh kerajaan di nusantara telah tunduk kepada kekuasaan penjajah Belanda. Kelompok raja-raja dan bangsawan telah kehilangan fungsinya sebagai pemimpin dan penggerak perlawanan. Akhirnya, banyak rakyat yang langsung berjuang melawan penjajah karena mereka merasakan kesengsaraan. Muncullah perlawanan rakyat dalam bentuk hura-hara menentang sistem pemungutan pajak yang terlalu memberatkan rakyat. Perjuangan dilanjutkan melalui jalur keagamaan karena melalui perjuangan yang dilandasi oleh keimanan terhadap ajaran agama (Islam) inilah maka perjuangan mereka tidak akan sia-sia.
Ditengah perjuangan untuk mencapai kemerdekaan, pemerintah Hindia Belanda membuat aturan yang secara sosial budaya sangat merugikan bagi kaum pribumi. Pemerintah Hindia Belanda membagi tiga golongan masyarakat yang berdampak terhadap pengakuan hak dan kewajiban. Golongan pertama adalah golongan eropa termasuk Belanda; golongan kedua adalah kelompok Timur Asing; dan golongan ketiga adalah kaum pribumi. Akibat dari kebijakan dalam kependudukan ini, tentu memberikan dampak yang besar secara sosial budaya.
2.2 Perjuangan Bangsa Indonesia dan Semangat Kebangsaan Menuju Kemerdekaan
Pada bagian pendahuluan telah dikemukakan bahwa pentingnya sejarah bagi satu bangsa untuk melanjutkan perjuangan tak diragukan lagi. Ada dua substansi pertanyaan dalam modul ini. Pertama, apa, kapan dan bagaimana sejarah perjuangan bangsa Indonesia itu? Kedua, apa dan untyk apa semangat kebangsaan itu? Untuk menjawab pertanyaan ini terlebih dahulu perlu ada pembatasan pengertian (istilah) dalam membahas sejarah perjuangan bangsa Indonesia dan semangat kebangsaan ini. Ada dua konsep kunci (key concept), yakni perjuangan bangsa dan kebangsaan. Bagi anda, tentu saja tidak asing dengan istilah perjuangan. Istilah ini sudah banyak diterapkan dalam berbagai konteks atau aktivitas. Sedikitnya ada tiga pengertian perjuangan secara harfiah: (1) istilah perjuangan identik dengan perkelahian untuk merebut sesuatu atau peperangan untuk mencapai dan mempertahankan kemerdekaan; (2) perjuangan berarti usaha yang penuh dengan kesulitan dan bahaya; dan (3) dalam konteks politik,perjuangan berarti wujud interaksi sosial, termasuk persaingan, pelanggaran dan konflik. Sedangkan konsep kebangsaan menunjukkan ciri-ciri yang menandai golongan bangsa (nation) atau kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara. Faham yang mendasarkan diri pada perasaan kebangsaan, atau ajaran untuk mencintai bangsa dan negara sendiri disebut nasionalisme.
Termasuk dalam kategori manakah pengertian perjuangan bangsa Indonesia dalam konteks sejarah yang akan diuraikan di bawah ini? Apa dan bagaimana wujud semangat kebangsaan itu? Untuk menjawab pertanyaan ini ada baiknya anda ikuti uraian berikut ini. Dua konsep, perjuangan bangsa Indonesia dan semangat kebangsaan, sebenarnya tidak dapat dipisahkan dalam proses perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Peristiwa sejarah yang menunjukkan perjuangan dan semangat kebangsaan terjadi secara bersamaan dan tidak dapat dipisahkan. Yang perlu ada pembatasan adalah sejak kapan dimulainya perjuangan bangsa Indonesia dan munculnya semangat kebangsaan itu? Mengingat terlalu luasnya istilah perjuangan bangsa Indonesia, maka dalam pembahasan modul ini perjuangan bangsa Indonesia yang dimaksud adalah perjuangan bangsa Indonesia melalui pergerakan rakyat dan organisasi kemasyarakatan maupun politik untuk menjadi suatu bangsa dan negara yang merdeka. Apabila pembatasan ini yang dijadikan kriteria maka pembahasan sejarah perjuangan dimulai sejak munculnya kesadaran berbangsa atau kebangkitan nasional, yakni sejak awal abad ke-20 dan mencaoai puncaknya pada tanggal 17 Agustus 1945 yakni saat diproklamirkannya Kemerdekaan Negara Republik Indonesia.
Menurut Surjomihardjo (1989), perjuangan bangsa untuk mencapai kemerdekaan di negara-negara Asia yang pernah mengalami proses penjajahan, pada umumnya mencapai puncaknya pada pertengahan abad ke-20, yakni melalui proses dekolonisasi antara tahun 1945-1955. Negara-negara yang merdeka dalam periode tersebut selain Indonesia adalah Libanon dan Siria (21 Juni 1945), Yordania (22 Maret 1946), Filipina (4 Juli 1946), India dan Pakistan (15 Agustus 1947), Burma atau Myanmar (4 Januari 1948), Srilanka (4 Februari 1948), Indocina atau Vietnam (20 Juli 1954), dan masih banyak lagi negara-negara lain yang merdeka terutama setelah diadakannya Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada tahun 1955.
Perjuangan untuk melepaskan diri dari kungkungan penjajah telah dilakukan di berbagai daerah di nusantara jauh sebelum abad ke-20. Hanya perjuangannya belumlah bersifat nasionalatau kebangsaan untuk membentuk suatu negara bangsa. Perjuangan dilakukan oleh sejumlah kerajaan untuk mengusir penjajah dari daerah/kerajaan tertentu secara lokal sehingga sering disebut perjuangan kedaerahan/lokal.
Bangsa, seperti yang dikemukakan oleh Ernest Renan, adalah sekelompok masyarakat yang bersatu atau dipersatukan oleh adanya persamaan nasib dan pengalaman dimasa lampau dan mempunyai cita-cita serta tujuan yang sama untyk kehidupan di masa depan. Definisi ini sangat tepat apabila diterapkan untuk kondisi bangsa Indonesia. Sehingga adanya perjuangan dari seluruh rakyat Indonesia untuk membentuk suatu bangsa (Indonesia), pada hakekatnya karena ada persamaan nasib, yakni sebagai orang-orang yang terjajah oleh bangsa Barat (Eropa).
Hampir semua yang ada di wilayah nusantara ini pernah merasakan bagaimana sakitdan penderitaan selama dalam alam penjajahan. Misalnya, pengalaman penderitaan selama diterapkannya peraturan Tanam Paksa (Cultuur Stelsel) oleh Van Den Bosch tahun 1828, seorang Gubernur Jenderal kepercayaan Ratu Wilhelm I dalam pemerintahan Hindia Belanda. Sistem tanam paksa mewajibkan rakyat menanami sebagian dari sawah dana tau ladangnya dengan tanaman yang ditentukan oleh pemerintah dan hasilnya diserahkan kepada pemerintah. Adapun pokok-pokok Peraturan Tanam Paksa itu sebagai berikut:
a. Petani diwajibkan menyediakan 1/5 dari tanahnya yang akan ditanami oleh tanaman wajib,yang akan diperdagangkan oleh pemerintah. Tanaman wajib itu berupa taruma (nila, tebu, tembakau, kopi).
b. Hasil tanaman wajib diserahkan kepada pemerintah dengan harga yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
c. Tanah yang dikenakan tanaman wajib dibebaskan dari pajak tanah.
d. Tenaga yang diperuntukkan bagi pemeliharaan tanaman wajib, tidak boleh melebihi tenaga kerja, demi penggarapan tanah sawah.
e. Mereka yang tidak memiliki tanah, dikenakan wajib kerja diperkebunanselama 65 hari setahunnya.
f. Kerusakan tanaman wajib diluar kesalahan petani ditanggung oleh pemerintah.
Apabila diperhatikan maka peraturan diatas nampaknya tidaklah terlalu memberatkan bagi para petani di nusantara ini. Namun dalam prakteknya ternyata banyak penyimpangan atau penyelewengan yang sangat memberatkan rakyat. Rakyat diperas bukan hanya tenaga melainkan juga kekayaannya sehingga mengakibatkan banyak sekali rakyat yang jatuh miskin. Apalagi ketika diberlakukannya sistem premi, banyak pelaksana tanam paksa yang berlomba-lomba untuk mencari keuntungan pribadi. Dipihak lain, pemerintah Belanda mendapatkan kekayaan yang berlimpah untuk membangun negara yang mengatarkan mereka menjadi negara industry di Eropa.
Namun, ditengah-tengah penderitaan rakyat nusantara akibat praktek Culture Stelsel, dinegeri Belanda sendiri terjadi proses pembangunan besar-besaran dari hasil keringat rakyat di Nusantara yang mengalami proses pembodohan dan kemiskinan, muncul pula suara-suara yang ingin membela rakyat jajahan di Parlemen Belanda terutama dari partai liberal yang memenangkan pemilu saat itu. Orang-orang yang menaruh simpati atas penderitaan rakyat itu adalah:
1. Baron Van Houvell
Seorang pendeta yang bekerja bertahun-tahun di wilayah Nusantara sehingga tahu kondisi rakayat di tanah air saat itu. Ketika kembali ke negeri Belanda, ia menjadi anggota parlemen dan membeberkan tentang kesengsaraan rakyat di Indonesia.
2. Edward Dower Dekker
Terkenal dengan nama samaran Multatuli, bekas Asisten Residen Lebak yang minta berhenti karena tidak tahan melihat kesengsaraan rakyat Lebak akibat penjajahan Belanda. Dalam bukunya "Max Hevelaar" yang ditulis tahun 1860 menggambarkan bagaimana penderitaan rakyat Banten akibat penjajahan Belanda.
3. Mr. Van Deventer
Yang gigih membela kepentingan rakyat Indonesia dan berpendapat bahwa Belanda mempunyai hutang budi kepada rakyat Indonesia. Hutang ini harus dibayar oleh Belanda dan ia mengusulkan agar Belanda menerapkan Etische Politic, ialah politik balas budi yang terdiri atas tiga program: edukasi, transmigrasi dan irigasi. Semua program ini hendaknya dilaksanakan semata-mata hanya untuk membantu rakyat Indonesia. Namun kenyataannya jauh dari harapan rakyat nusantara.
4. Pemerintah Belanda akhirnya mau menjalankan politik balas budi ini, terbukti dibangunnya sekolah-sekolah, rumah sakit, irigasi namun ternyata bukan untuk kepentingan rakyat Indonesia melainkan hanya untuk kepentingan Belanda sendiri. Misalnya pembangunan sekolah-sekolah bertujuan untuk mendapatkan tenaga buruh yang trampil dan murah, rumah sakit dibangun untuk keperluantenagayang kuat dan sehat sedangkan irigasi dibangun untuk kepentingan pengairan perkebunan milik Belanda.
5. Efek samping dari upaya Belanda dalam menerapkan Politik Balas Budi ini bagi bangsa Indonesia tidak dapat dingkari. Dampak ini merupakan pengaruh positf bagi bangsa Indonesia. Terbukti setelah adanya politik balas budi, ada rakyat Indonesia yang mulai sadar atas nasibnya dimana banyak kepincangan sosial, kebodohan dan kemiskinan yang merajalela. Mereka yang mengenyam pendidikan dan sadar akan nasib bangsanya inilah selanjutnya menjadi tokoh-tokoh pergerakan dan kebangkitan nasional.
6. Sejak inilah munculah kesadaran berbangsa dan bernegara bagi rakyat di nusantara sama-sama ada dalam penjajahan. A.K. Pringgodigdo (1991) membagi masa perjuangan kebangsaan di Indonesia atas lima dimensi, yakni: (1) Pergerakan politik; (2) Pergerakan Sarekat Sekerja; (3) Pergerakan Keagamaan; (4) Pergerakan Wanita; dan (5) Pergerakan Pemuda. Lima dimensi pergerakan pada masa penjajahan Belanda ini dibagi lagi menurut kurun waktu sebagai berikut:
I. Masa 1908-1920
II. Masa 1920-1930
III. Masa 1930-1942
Ada tiga jenis pergerakan politik pada masa 1908-1920, ialah:
1) Organisasi-organisasi Indonesia terdiri atas Budi Utomo, Sarekat Islam, perkumpulan- perkumpulan berdasarkankedaerahan
2) Perkumpulan campuran, yakni bangsa Indonesia dan bukan bangsa Indonesi eperti Insulinde, Nationaal Indische Partij, De Indische Partij-Douwes Dekker, Indische Sociaal Democratische Vereeninging-Sneevliet, Indische Sociaal Democratische Partij)
3) Perkumpulan campuran bertujuan Indonesia tetap dalam ikatan dengan negeri Belanda.
Pergerakan politik pda masa 1920-1932 untuk organisasi Indonesia meliputi Partai Komunis Indonesia, Sarekat Islam, Budi Utomo, Perhimpunan Indonesia, Studieclub-studieclub, Partai Nasional Indonesia, perkumpulan berdasarkan kedaerahan, dan golongan berdasarkan keagamaan. Sedangkan pergerakan politik pada masa 1930-1942 meliputi Pendidikan Nasional Indonesia, Partai Indonesia, Gerindo, Partai Persatuan Indonesia, Budi Utomo, Partai Rakyat Indonesia, Persatuan Bangsa Indonesia, Partai Indonesia Raya, PSII, Parii, Penyedar, PII dan PSII ke-2, perkumpulan berdasarkan kedaerahan, golongan berdasarkan keagamaan, GAPI dan Majelis Rakyat Indonesia.
1. Budi Utomo
Merupakan organisasi pertama di Indonesia yang berbentuk modern, yaitu organisasi dengan pengurus yang tetap, ada anggota, tujuan, program kerja berdasarkan peraturan yang ada. Budi Utomo didirikan di Jakarta pada tanggal 20 Mei 1908 yang dilatarbelakangi oleh propaganda dr. Wahidin Sudirohusodo untuk memajukan bangsa Indonesia di bidang pengajaran yang pada saat itu kondisinya sangat terbelakang bila dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Walaupun usaha untuk mengadakan studiefonds mengalami kegagalan tetapi ide ini memberi kesan tersendiri bagi dua orang murid STOVIA, ialah R. Sutomo dan R. Gunawan Mangunkusumo. Pada Kongres pertama Budi Utomo, 5 Oktober 1908 di Yogyakarta, Kongres berhasil menetapkan tujuan perkumpulan, sbb:
Kemajuan yang selaras (harmonis) buat negeri dan bangsa, terutama dengan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan dan dagang, teknik dan industri, kebudayaan (kesenian dan ilmu). Budi Utomo sebagai perkumpulan orang- orang yang berhaluan berdasarkan kebangsaan Jawa liberal, mulai kehilangan kedudukannya karena mulai bermunculan organisasi lain yang berhaluan agama seperti Sarekat Islam dan Muhammadiyah serta ISDV yang berhaluan Marxis. Oleh karena itu dalam rapat umum, 5-6 Agustus 1915 di Bandung Budi Utomo menetapkan mosi yang menegaskan perlunya milisi untuk bangsa Indonesia, tetapi harus melalui Parlemen (DPR) dengan cara membentuk undang-undang, namun saat itu belum ada. Ketika Volksraad dibentuk pada tahun 1917, Budi Utomo menetapkan sebuah program politik yang bercita-cita mewujudkan pemerintahan parlementer berazaskan kebangsaan. Untuk mencapai cita-cita itu Budi Utomo berusaha menuntut peraturan pemilihan yang baik dan perbaikan dalam sistem peradilan sehingga ada kesamaan kedudukan antara bangsa Indonesia dengan bangsa lain.
2. Sarekat Islam
Didirikan di Solo tahun 1911 oleh Haji Samanhudi. Semula namanya Sarekat Dagang Islam (SDI) berdasarkan kooperasi yang bertujuan untuk memajukan perdagangan Indonesia di bawah panji-panji Islam sebagai agama yang memiliki pemeluk terbesar di Indonesia. Keanggotaan Sarekat Islam terbyata dari tahun ke tahun semakin besar karena merupakan organisasi yang telah lama dinginkan oleh rakyat, terutama para pedagang dan umat Islam. Lahirnya Sarekat Islam lebih banyak dilatarbelakangi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a. Perdagangan bangsa Tionghoa yang telah banyak menghambat perdagangan Indonesia, seperti monopoli bahan-bahan batik dan tingkah laku sombong orang Tionghoa sesudah terjadinya revolusi di Tiongkok.
b. Semakin meningkatnya penyebaran agama Kristen di tanah air dan adanya ucapan penghinaan parlemen Belanda tentang tipisnya kepercayaan beragama orang Indonesia .
c. Cara adat istiadat lama yang terus dipakai di daerah-daerah kerajaan yang makin lama makin dirasakan sebagai penghinaan.
Sampai tahun 1912, Sarekat Islam tidak mencantumkan tujuan politik dalam anggaran dasamya karena pada saat itu Pemerintah Belanda melarang mendirikan partai politik. Hal ini ditegaskan dalam Kongres Sarekat Islam pertama, 26 Januari 1913 di Surabaya yang dipimpin oleh Tjokroaminoto bahwa Sarekat Islam bukan partai politik dan tidak beraksi melawan Pemerintah Belanda. Namun demikian, Pemerintah Belanda merasa tidak senang dengan Sarekat Islam yang berani dan semakin besar karena banyak cabang-cabangnya di daerah dengan jumlah anggota mencapai 12.000 orang. Dalam Kongres kedua di Solo diputuskan bahwa Sarekat Islam hanya terbuka untuk orang Indonesia dan bukan untuk pegawai Pangreh Praja agar tidak berubah corak dan tetap menjadi organisasi rakyat.
Tujuan dalam anggaran dasar pun mengalami perluasan, yakni:
a. Memajukan pertanian, perdagangan, kesehatan, pendidikan dan pengajaran.
b. Memajukan hidup menurut perintah agama dan menghilangkan faham-fahamkeliru tentang agama Islam.
c. Mempertebal rasa persaudaraan dan saling tolong-menolong diantara anggotanya.
Kongres ketiga di Bandung 17-24 Juni 1916, dinamakan Kongres Nasional pertama. Sebanyak 80 Sarekat Islam daerah mengirimkan perwakilan dari anggota yang jumlahnya telah mencapai 800.000 orang. Kongres yang dipimpin oleh Tjokroaminoto mencantumkan istilah nasional dimaksudkan bahwa Sarekat Islam menuju kearah persatuan yang teguh dari semua golongan bangsa Indonesia. Sarekat Islam ingin membawa bangsa Indonesia sebagai suatu "nation".
Sementara itu National Indische Partij (NIP) dan ISDV yang berdasarkan sosialisme kiri yang tidak banyak mendapat anggota mulai melihat keberhasilan Sarekat Islam sebagai organisasi rakyat dan berusaha mendapatkan pengaruh dalam Sarekat Islam (SI). Namun NIP tidak berhasil masuk dalam SI karena keanggotoan NIP meliputi pula peranakan Belanda dan Tionghoa. Sedangkan ISDV memiliki kesamaan dalam arah organisasi dan aksi antara lain menentang adat-adat kuno dan hak istimewa golongan Tionghoa.
Upaya mempengaruhi SI oleh Semaun dan Darsono beraliran sosialis kiri menunjukkan keberhasilan, terbukti Sarekat Islam berubah dan bergeser menjadi berhaluan kiri. Hal ini terungkap dari hasil Kongres kedua di Jakarta tahun 1917 yang menetapkan secara tegas bahwa: Pemerintahan sendiri sebagai tujuan perjuangan terhadap penjajahan dan menentang semua penghisapan oleh kapitalisme yang buruk. Pertanyaannya adalah apakah perubahan dalam Sarekat Islam akibat dari pengaruh Semaun dan Darsono?
Sebagai organisasi yang beraliran sosialisme kiri, ISDV yang masuk ke tubuh SI hanya sebagai cara untuk meraih banyak anggota, sehingga akhirnya ISDV mendeklarasikan diri sebagai organisasi komunis terutama setelah keberhasilan revolusi Rusia. Akibat dari gerakan ini, jumlah anggota SI menurun dan SI yang ada dibawah pengaruh Semaun dan Darsono berubah menjadi SI Merah dan akhirnya menjadi Partai Komunis Indonesia.
Selain organisasi yang bersifat nasional, pada dekade tersebut muncul pula organisasi/ perkumpulan yang berdasarkan kedaerahan, seperti Pasundan Serikat Sumatera, Perkumpulan orang Ambon, dan Perkumpulan orang Minahasa.
3. Perkumpulan Pasundan
Didirikan pada bulan September 1914 di Jakarta. Anggaran dasarmya mirip dengan Budi Utomo hanya ditujukan untuk daerah Pasundan saja. Sebelum tahun 1920, Pasundan tidak bergerak di lapangan politik melainkan kebudayaan. Pasundan merupakan organisasi yang bukan hanya untuk orang kelompok atas melainkanjugauntuk kelompok rakyat kecil
4. Serikat Sumatra
Didirikan pada tahun 1918 oleh orang-orang Sumatra yang ada di Jakarta menjelang pendirian Volksraad. Sasaran program kerja Serikat Sumatra adalah poltk dengan tujuan: (1) meningkatkan pengaruh bangsa Indonesia dalam pemerintahan negeri sehingga pada gilirannya dapat tercapai pemerintahan sendiri ; (2) memperjuangkan hak pemerintah daerah (atonomi) seluas- luasnya dengan prinsip demokrasi; dan (3) mencegah terjadinya pertentangan antar kelompok, kelas ataupun antar suku bangsa. Di bidang ekonomi, perkumpulan ini ingin juga memijukan perekonomian orang Sumatra
5. Perkumpulan Orang Ambon
Ada beberapa perkumpulan orang Ambon, seperti "Wilhelmina", didirikan tahun 1908 di Magelang oleh kaum Militer yang berusaha saling hidup rukun, mengeratkan hubungan dengan negeri Belanda serta memajukan pengajaran. Perkumpulan Ambonsch Studien fonds oleh Dr. Tehupeiory tahun 1909 berusaha memberi penerangan tentang hal dan kesempatan belajar dan memberi sokongan uang kepada pelajar-pelajar yang cakap. Selain itu, ada beberapa perkumpulan orang Ambon, seperti Ambon's Bond didirikan tahun 1911 oleh pegawai negeri di Amboina yang berusaha memajukan pengajaran dan penghidupan rakyat Ambon; "Mena Muria" didirikan tahun 1913 di Semarang yang bertujuan mencapai kemajuan ang didirikan Islam atil abin ker a dan kemakmuran golongan Ambon; dan "Sou Maluku Ambon" yang didirikan beberapa tahun kemudian untuk memajukan perekonomian penduduk.
Pada periode tahun 1920-1930 ditandai oleh berdirinya berbagai organisasi bersifat kedaerahan dan organisasi cukup besar pengaruhnya dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, ialah Partai Nasional organisasi ini bernama Perserikatan 1927 yang menampung organisasi politik yang menolong diri sendiri (selthep), non-kooperatif dan marhaenis Nasional Indonesia, didirikan di Bandung 4 Juli 19 Agustus emua orang yang ketika itu tidak termasuk dalam ada. Sebagai organisasi kebangsaan, PNI berasaskan menolong diri sendiri (selfhelping), non-kooperatif dan marhaenisme yang bertujuan:
a. Bidang politik,
Memajukan penghidupan yang merdeka, memperkuat rasa kebangsaan umumnya dan rasa kesadaran atas persatuan bangsa Indonesia khususnya dan memperkokoh perhubungan bangsa-bangsa Asia.
b. Bidang ekonomik
Memajukan penghidupan merdeka, memajukan perdagangan kebangsaan, kerajinan, bank-bank dan koperasi.
c. Bidang sosial
Memajukan pengajaran yang bersifat kebangsaan, memperbaiki kedudukan wanita, memerangi pengangguran, usaha-usaha transmigrasi menyongsong serikat-serikat sekerja, memajukan kesehatan rakyat dan membasmi dit Or un pemadat dan peminum.
Sebagai pendiri sekaligus ketua PNI, Ir. Sukarno yang dalam perjuangannya dibantu oleh Mr. Sartono, Mr. Sujadi, Mr. Ishak, Dr. Syamsi, Mr. Budiardjo, dan Mr. Ali Sastroamidjojo berkeyakinan bahwa sebelum meletus perang Lautan Teduh, rakyat Indonesia harus bersatu dalam suatu organisasi yang kokoh. Pernyataan ini terealisasi dengan Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) pada bulan Desember 1927 yang beranggotakan PSI, BU, BI, Paguyuban pasundan, Sarekat Sumatra, Kaum Betawi.
Pada tahun 1920-an ini, ada lagi peristiwa penting terjadi dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia menuju suatu negara kesatuan adalah munculnya berbagai organisasi pemuda dari berbagai wilayah di nusantara yang menyatakan keinginan untuk bersatu sebagai suatu bangsa. Gerakan kepemudaan ini diawali dengan berdirinya Jong Java yang disebut juga Tri Koro Dharmo (Tiga Tujuan Mulia). Perkumpulan pemuda ini merupakan perkumpulan kaum laki-laki pertama yang didirikan di Jakarta tahun 1915. Selanjutnya, disusul pula oleh Jong Sumatranen Bond yang didirikan tahun 1917. Tujuannya adalah memperkokoh hubungan ikatan diantara murid-murid asal dari Sumatra dan menanam keinsyafan bahwa mereka kelak akan menjadi pemimpin. Jong Islamieten Bond (JIB), talah perkumpulan baru yang didirikan oleh orang-orang yang keluar dari Jong Java yang merasa gagal memajukan Islam dalam wadah Jong Java. JIB yang diketuai oleh R.Sam dan Haji Agus Salim sebagai penasehat bertujuan memajukan pengetchuan tentang Islam, hidup secara Islam dan persatuan Islam. Perkumpulan pemuda lainnya yang berdasarkan kedaerahan meliputi Jong Minahasa, Jong Ambon dan Jong Celebes.
Upaya kelompok pemuda yang dirintis sejak lama itu mencetuskan cita-citanya dalam suatu Kongres Pemuda II di Jakarta pada tanggaal 26-28 Oktober 1928. Isi pernyataan para pemuda yang berasal dari seluruh organisasi kepemud menanamkan suatu cita-cita Indonesia Bersatu. Baiklah, ternyata daya ingat anda sangat baik bahwa isi pernyatoan yang dikenal pula dengan istilah Sumpah Pemuda itu berbunyi:
Kami Bangsa Indonesia mengaku...
Bertanah airsatu tanah air Indonesia
Berbangsa satu Bangsa Indonesia
Berbahasa satu Bahasa Indonesia
Perjuangan rakyat Indonesai pada tahun 1930-an sampai tahun 1940-an ditandai oleh semakin banyaknya organisasi yang bergerak di bidang politik. Organisasi-organisasi yang tumbuh dan pada dasarnya mengarahkan tujuannya untuk mencapai kemerdekaan dari penjajah (imperialisme) tersebut antara lain:
a. Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru),
Sejak tahun 1932, organisasi ini dipimpin oleh Moh. Hatta, bertujuan melepaskan diri dari penjajahan untuk mencapaí kemerdekaan dan menjurnjung tinggi sikap non-kooperasi dengan pihak pemerintah Belanda.
b. Partai Persatuan Indonesia (Parpindo).
Partai ini berusaha mencapai kemajuan ke arah suatu masyarakat dan bentuk negara yang tersusun menurut keinginan rakyat. Didirikan oleh orang- orang mantan anggota Gerindo termasuk peran Moh. Yamid dalam kondisi ini sangat termasuk peran peminjem ini samgat eaipinyadalam organisasi ini sangat besar. Dasar partai adalah: (1) "Sosial-nasionalisme" (nasional berjam-jam bersendi atas ni ersatuan Indonesia dan kedaulatan rokyat) dan (2) "Sosial-demokrasi"
c. Budi Utomo (BU).
Sejalan dengan hasil kongres tahun 1931, BU terbuka untuk semua golongan bangsa Indonesia. Tujuan BU mengalami perkembangan
ialah berusaha mencapai kemerdekaan Indonesia. Asas yang dipakai bersifat fleksifel, suatu saat bersikap kooperatif namun dapat pula bersifat non-kooperatif.
Organisasi politik lainnya yang tumbuh sejak tahun 1930-an hingga menjelang mempunyai tujuan untuk mencapai kemerdekaan antara lain kemerdekaan Partai Rakyat yang Indonesia (PRI), Persatuan Bangsa Indonesia (PBI),Partai Indonesia Raya (Parindra), PSII, Partai Islam Indonesia (Paril), Penyedar,PII, dan PSII ke-2.
Dari rangkaian penjelasan atau uraian tentang perjuangan bangsa melalui berbagai sarana organisasi kemasyarakatan dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya bangsa indonesia pada saat itu telah mulai sadar akan nasibnya yang sedang dijajah sehingga kondisinya, miskin, bodoh dan tidak ada kebebasan untuk menentukan nasibnya sendiri. Karena itulah, muncul berbagai gerakan yang mengarah pada upaya untuk mempersatukan diri melawan penjajah dengan berbagai taktik perjuangan yang dilandasi leh semangat persatuan dan nasilonalisme yang kuat.
Menurut Surjomihardjo(1989), gerakanini merupakan peristiwa yang serempak di berbagai belahan bumi, khususnya di Asia dan Afrika. Mereka menjadi pelopor aliran pemikiran dan gerakan kesadaran untuk hidup bersama menuju ke arah terbentuknya suatu nasion atau bangsa baru di daerah bekas jajahan. Demikian pula di Indonesia, perjuangan untuk mencapai kemerdekaan terrealisasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Sebagai pelopor perjuangan bangsa dan sekaligus sebagai proklamator adalah Sukarno dan Hatta yang telah bertahun-tahun pula berjuang untuk melepaskan diri dari penjajahan.
Bangsa Indonesia memproklamirkan diri sebagai bangsa merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Artinya, sejak tanggal itulah secara formal Bangsa Indonesia lahir. Sebelum mencapai kemerdekaan, penduduk nusantara berada dalam kondisi terjajah oleh bangsa asing, khususnya bangsa Eropa. Ada dua faktor mengakibatkan penduduk ada di wilayah nusantara ini dijajah oleh bangsa Batrat, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah kondisi politik, ekonomi, sosial, dan budaya sehingga bangsa lain dapat masuk dan menguasai serta memonopoli perdagangan. Faktor eksternal adalah kondisi yang terjadi di negara-negara penjajah khususnya di Eropa, sehingga mereka melakukan ekspedisi dan ekspansi ke seluruh dunia hingga sampai di wilayah nusantara.
Faktor penyebab bangsa Barat atau Eropa datang ke wilayah nusantara termasuk Indonesia.
1. Berkembangnya kepercayaan yang dilahirkan dari ajaran Copernius bahwa dunia ini bulat, tidak datar sebagaimana ajaran yang berkembang sebelumnya. Dengan kondisi bumi yang bulat ini memungkinkan bahwa apabila orang melakukan pelayaran, maka pada akhirnya ia akan kembali lagi ke tempat semula.
2. Adanya masa renaissance di Eropa yang ditandai oleh munculnya kebebasan bagi setiap orang untuk berkreasi bagaikan lahirnya kembali jiwa yang bebas dari segala macam kekangan yang membelenggu kehidupan mereka. Dampak dari era kebebasan ini telah menghasilkan sejumlah penemuan baru yang sangat berguna bagi kehidupan umat manusia, seperti ditemukannya peta bumi, kompas, kapal-kapal serta penggunaan mesiu yang mengantarkan mereka untuk mengadakan penjelajahan ke luar dari benua Eropa. Era ini berlangsung pada sekitar tahun 1500 yang dikenal pula sebagai abad pertengahan.
3. Munculnya Islam sebagai kekuatan baru di wilayah Timur Tengah, Afrika Utara yang berhasil menguasai jalur perdagangan atau pintu yang menghubungkan antara dunia Timur dan Barat. Jatuhnya kota Konstantinopel tahun 1453 ke tangan kerajaan Islam yang sebelumnya berada dibawah kekuasaan kerajaan Romawi merupakan peristiwa besar sehingga akibatnyya orang-orang Eropa memutar haluan untuk mengadakan perjalanan ke wilayah timur. Mereka menemukan jalan baru untuk sampai hingga ke Asia Tenggara hingga Indonesia dengan menyusuri pantai barat Afrika, kemudian ke bagian selatan Afrika, kemudian ke arah timur hingga sampai Indonesia.
4. Penjelajahan merekake Timur dilandasi oleh semangat Reconquesta, yakni perang salib dengan tujuan untuk menaklukan orang-orang yang pernah mengalahkan mereka yaitu orang-orang Islam. Semangat orang Eropa yang diawali oleh orang-orang Portugis mengadakan penjelajahan membawa tiga misi terkenal, yaitu:
a. Mencari kekayaan (Gold)
b. Mencari kejayaan/kekuasaan ( Glory)
c. Menyebarkan agama Nasrani (Gospel)
5. Adanya Perjanjian Tordessoles yang ditandatangani 7 Juni 1494. Perjanjian ini lahir dilatarbelakangi oleh keputusan Paus Alexander VI Roma yang memberikan kesempatan kepada spanyol dan Portugis untuk memperluas kekuasaan melalui keputusan yang disebut Bull of Demarcation. Isi pokok perjanjian ini antara lain: Paus memberikan dunia kepada kedua Bangsa yakni Spanyol dan Portugis dengan batas garis khayal dari Utara ke Selatan Samudera Atlantik, sebelah barat garis meridian diberikan kepada Spanyol sedangkan sebelah Timur diberikan kepada Portugis. Akibatnya dari pembagian wilayah dunia oleh Paus kepada Spanyol dan Portudis maka munculah praktik imprealisme dan kolonialisme atau penjajahan di seluruh dunia oleh kedua bangsa ini terhadap bangsa-bangsa pribumi yang sebelumnya nereka telah menduduki wilayahnya masing-masing.
Portugis berhasil menguasai pusat-pusat perdagangan di wilayah Timur, seperti:
(1) Bartolomus Diaz menemukan Tanjung Harapan;
(2) Vasco da Gama menemukan Calicut, India;
(3) Don Alfonso da Albuquerque, menaklukan Goa hingga ke wilayah Maluku; dan
(4) Antonio d’Abreu menguasai Maluku. Spanyol menguasai seluruh Amerika Latin, Hawai, dan Philipina.
Hal ini dilakukan oleh Columbus yang menemukan benua Amerika; dan Magelhaens mengadakan ekspedisi keliling dunia dan akhirnya menemukan Philipina. Ketika sampai di Maluku, hal itu mengakibatkan terjadinya konflik antara Spanyol dan Portugis. Bangsa Asing menjajah Indonesia tidak sepenuhnya disebabkan oleh faktor eksternal melainkan karena faktor internal pula sebagai berikut:
1. Terjadinya kontak hubungan perdagangan antara penduduk pribumi dan orang asing. Mereka berupaya menciptakan konflik antar penguasa kaum pribumi, membantu salah satu pihak untuk memerangi pihak lain melalui politik adu domba. Dengan jasa pemberian bantuan inilah kaum pendatang mulai berusaha menguasai perdagangan dan meminta hak istimewa untuk memonopoli perdagangan di wilayah nusantara.
2. Penduduk nusantara termasuk Indonesia adalah penghasil rempah-rempah yang sangat diperlukan oleh orang-orang barat. Sebagai penghasi rempah-rempah terbesar didunia tentu kondisi ini menimbulkan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan penduduk pribumi. Namun akibat dari ini timbul persaingan diantara para pendatang untuk menguasai pusat perdagangan yang akhirnya berdampak pada penguasaan wilayah nusantara.
3. Kondisi penduduk nusantara masih merupakan kerajaan-kerajaan kecil yang sangat rentan dengan persaingan masih dan diantara mereka terjadi ambisi untuk saling menaklukan. Belum ada persatuan yang mengikat diantara kerajaan-kerajaan kecil sehingga menjadi kekuatan untuk menghadapi musuh dari luar. Keadaan inilah yang dengan mudah dimanfaatkan oleh kaum pendatang yang semula bermaksud mengadakan hubungan perdagangan tetapi lama kelamaan melakukan penguasaan bukan hanya dalam perdagangan saja setapi juga dalam pemerintahan hingga menjadi praktik penjajahan.
Secara umum, praktik penjajah memiliki karakteristik yang sama yakni mencipakan situasi dan kondisi tidak nyaman, tidak merdeka, dan adanyan konflik-konflik antar warga pribumi sehingga terjadi perpecahan. Ada lima yang pernah secara langsung menjajah Indonesia, yakni Portugis dan Spanyol, misalnya, Mengadakan ekspansi ke wilayah luar Eropa didasari oleh himbauan Paus Alexander VI yang membagi dunia menjadi dua bagian, yakni wilayah barat untuk Spanyol dan wilayah Timur untuk Portugis. Inggris melakukan penjajahan karena terdorong oleh kondisi kemajuan teknologi akibat terjadinya revolusi industri. Inggris melalukan ekspansi dilatarbelakangi oleh maksud untuk mencari daerah-daerah tempat pemasan hasil industri. Adapun belanda melakukan ekspansi dilatarbelakangi oleh tujuan mencari rempah-rempah akibat pusat perdagangan yang ada di Lisabon ditutup oleh Portugis. Kondisi ini mendorong Belanda mencari alternatif jalan dan wilayah yang menjadi sumber rempah-remah. Akibatnya belanda mengadakan penjelajahan ke wilayah luar eropa hingga sampai di wilayah nusantara (Indonesia). Penjajah terkhir, Jepang, memiliki tujuan yang berbeda dari penjajah yang berasal dari Eropa. Jepang dilatarbelakangi oleh kondisi negara Jepang saat itu yang sedang menghadapi Perang Asia Timur Raya. Jepang memerlukan dukungan sumber dana, peralatan bahkan personil militer yang banyak agar dapat unggul dalam peperangan menghadapi sekutu.
Dalam Bidang ekonomi, penjajahan telah mengakibatkan tatanan ekonomi yang telah berjalan baik, khususnya sistem yang telah disepakati oleh pihak penguasa dan rakyat menjadi hancur. Kondisi perekonomian penduduk nusantara sangat parah pada masa penjajah terutama sejak diberlakukannya sistem Tanam Paksa oleh Pemerintah Hindia Belanda. Kebodohan, kemiskinan, kesengsaraan, dan kelaparan telah menimpa hampir seluruh penduduk yang ada di wilayah nusantara. Kondisi ini disebabkan oleh karena beban pajak yang memberatkan, gagal panen, kerja rodi dan bentuk tekanan lain-lain yang dirasakan oleh penduduk. Apabila petani tidak menaati perintah tanam paksa denganmeninggalkan daerahnya maka tanah tersebuy diambil alih menjadi milik pemerintah.
Dalam bidang Politik dan Ideologi, pemerintah Hindia Belanda menerapkan aturan yang keras terhadap para aktivis atau kaum pejuang yang berjuang melalui partai politik. Ada upaya-upaya pembatasan ruang gerak bagi kaum aktivis-pejuang agar perjuangan kaum pribumi tidak berkembang sehingga dapat membahayakan pemerintah jajahan. Perjuangan yang dilakukan oleh kaum pribumi ada dua, yakni berjuang secara terang-terangan dan ada yang dilakukan secara terselubung atau ada yang dilakukan dengan jalan kerjasama (kooperatif) dan ada yang dilakukan secara berdikari (non kooperatif).
Dalam bidang sosial budaya, akibat penjajah ditandai oleh semakin melemahnya kekuasaan feodal atau raja-raja dan bangsawan. Kondisi ini terjadi pada awal abad ke-20 dimana hampir seluruh kerajaan di nusantara telah tunduk kepada kekuasaan penjajah Belanda. Kelompok raja-raja dan bangsawan telah kehilangan fungsinya sebagai pemimpin dan penggerak perlawanan. Akhirnya, banyak rakyat yang langsung berjuang melawan penjajah karena mereka merasakan kesengsaraan. Muncullah perlawanan rakyat dalam bentuk hura-hara menentang sistem pemungutan pajak yang terlalu memberatkan rakyat. Perjuangan dilanjutkan melalui jalur keagamaan karena melalui perjuangan yang dilandasi oleh keimanan terhadap ajaran agama (Islam) inilah maka perjuangan mereka tidak akan sia-sia.
Ditengah perjuangan untuk mencapai kemerdekaan, pemerintah Hindia Belanda membuat aturan yang secara sosial budaya sangat merugikan bagi kaum pribumi. Pemerintah Hindia Belanda membagi tiga golongan masyarakat yang berdampak terhadap pengakuan hak dan kewajiban. Golongan pertama adalah golongan eropa termasuk Belanda; golongan kedua adalah kelompok Timur Asing; dan golongan ketiga adalah kaum pribumi. Akibat dari kebijakan dalam kependudukan ini, tentu memberikan dampak yang besar secara sosial budaya.
2.2 Perjuangan Bangsa Indonesia dan Semangat Kebangsaan Menuju Kemerdekaan
Pada bagian pendahuluan telah dikemukakan bahwa pentingnya sejarah bagi satu bangsa untuk melanjutkan perjuangan tak diragukan lagi. Ada dua substansi pertanyaan dalam modul ini. Pertama, apa, kapan dan bagaimana sejarah perjuangan bangsa Indonesia itu? Kedua, apa dan untyk apa semangat kebangsaan itu? Untuk menjawab pertanyaan ini terlebih dahulu perlu ada pembatasan pengertian (istilah) dalam membahas sejarah perjuangan bangsa Indonesia dan semangat kebangsaan ini. Ada dua konsep kunci (key concept), yakni perjuangan bangsa dan kebangsaan. Bagi anda, tentu saja tidak asing dengan istilah perjuangan. Istilah ini sudah banyak diterapkan dalam berbagai konteks atau aktivitas. Sedikitnya ada tiga pengertian perjuangan secara harfiah: (1) istilah perjuangan identik dengan perkelahian untuk merebut sesuatu atau peperangan untuk mencapai dan mempertahankan kemerdekaan; (2) perjuangan berarti usaha yang penuh dengan kesulitan dan bahaya; dan (3) dalam konteks politik,perjuangan berarti wujud interaksi sosial, termasuk persaingan, pelanggaran dan konflik. Sedangkan konsep kebangsaan menunjukkan ciri-ciri yang menandai golongan bangsa (nation) atau kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara. Faham yang mendasarkan diri pada perasaan kebangsaan, atau ajaran untuk mencintai bangsa dan negara sendiri disebut nasionalisme.
Termasuk dalam kategori manakah pengertian perjuangan bangsa Indonesia dalam konteks sejarah yang akan diuraikan di bawah ini? Apa dan bagaimana wujud semangat kebangsaan itu? Untuk menjawab pertanyaan ini ada baiknya anda ikuti uraian berikut ini. Dua konsep, perjuangan bangsa Indonesia dan semangat kebangsaan, sebenarnya tidak dapat dipisahkan dalam proses perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Peristiwa sejarah yang menunjukkan perjuangan dan semangat kebangsaan terjadi secara bersamaan dan tidak dapat dipisahkan. Yang perlu ada pembatasan adalah sejak kapan dimulainya perjuangan bangsa Indonesia dan munculnya semangat kebangsaan itu? Mengingat terlalu luasnya istilah perjuangan bangsa Indonesia, maka dalam pembahasan modul ini perjuangan bangsa Indonesia yang dimaksud adalah perjuangan bangsa Indonesia melalui pergerakan rakyat dan organisasi kemasyarakatan maupun politik untuk menjadi suatu bangsa dan negara yang merdeka. Apabila pembatasan ini yang dijadikan kriteria maka pembahasan sejarah perjuangan dimulai sejak munculnya kesadaran berbangsa atau kebangkitan nasional, yakni sejak awal abad ke-20 dan mencaoai puncaknya pada tanggal 17 Agustus 1945 yakni saat diproklamirkannya Kemerdekaan Negara Republik Indonesia.
Menurut Surjomihardjo (1989), perjuangan bangsa untuk mencapai kemerdekaan di negara-negara Asia yang pernah mengalami proses penjajahan, pada umumnya mencapai puncaknya pada pertengahan abad ke-20, yakni melalui proses dekolonisasi antara tahun 1945-1955. Negara-negara yang merdeka dalam periode tersebut selain Indonesia adalah Libanon dan Siria (21 Juni 1945), Yordania (22 Maret 1946), Filipina (4 Juli 1946), India dan Pakistan (15 Agustus 1947), Burma atau Myanmar (4 Januari 1948), Srilanka (4 Februari 1948), Indocina atau Vietnam (20 Juli 1954), dan masih banyak lagi negara-negara lain yang merdeka terutama setelah diadakannya Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada tahun 1955.
Perjuangan untuk melepaskan diri dari kungkungan penjajah telah dilakukan di berbagai daerah di nusantara jauh sebelum abad ke-20. Hanya perjuangannya belumlah bersifat nasionalatau kebangsaan untuk membentuk suatu negara bangsa. Perjuangan dilakukan oleh sejumlah kerajaan untuk mengusir penjajah dari daerah/kerajaan tertentu secara lokal sehingga sering disebut perjuangan kedaerahan/lokal.
Bangsa, seperti yang dikemukakan oleh Ernest Renan, adalah sekelompok masyarakat yang bersatu atau dipersatukan oleh adanya persamaan nasib dan pengalaman dimasa lampau dan mempunyai cita-cita serta tujuan yang sama untyk kehidupan di masa depan. Definisi ini sangat tepat apabila diterapkan untuk kondisi bangsa Indonesia. Sehingga adanya perjuangan dari seluruh rakyat Indonesia untuk membentuk suatu bangsa (Indonesia), pada hakekatnya karena ada persamaan nasib, yakni sebagai orang-orang yang terjajah oleh bangsa Barat (Eropa).
Hampir semua yang ada di wilayah nusantara ini pernah merasakan bagaimana sakitdan penderitaan selama dalam alam penjajahan. Misalnya, pengalaman penderitaan selama diterapkannya peraturan Tanam Paksa (Cultuur Stelsel) oleh Van Den Bosch tahun 1828, seorang Gubernur Jenderal kepercayaan Ratu Wilhelm I dalam pemerintahan Hindia Belanda. Sistem tanam paksa mewajibkan rakyat menanami sebagian dari sawah dana tau ladangnya dengan tanaman yang ditentukan oleh pemerintah dan hasilnya diserahkan kepada pemerintah. Adapun pokok-pokok Peraturan Tanam Paksa itu sebagai berikut:
a. Petani diwajibkan menyediakan 1/5 dari tanahnya yang akan ditanami oleh tanaman wajib,yang akan diperdagangkan oleh pemerintah. Tanaman wajib itu berupa taruma (nila, tebu, tembakau, kopi).
b. Hasil tanaman wajib diserahkan kepada pemerintah dengan harga yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
c. Tanah yang dikenakan tanaman wajib dibebaskan dari pajak tanah.
d. Tenaga yang diperuntukkan bagi pemeliharaan tanaman wajib, tidak boleh melebihi tenaga kerja, demi penggarapan tanah sawah.
e. Mereka yang tidak memiliki tanah, dikenakan wajib kerja diperkebunanselama 65 hari setahunnya.
f. Kerusakan tanaman wajib diluar kesalahan petani ditanggung oleh pemerintah.
Apabila diperhatikan maka peraturan diatas nampaknya tidaklah terlalu memberatkan bagi para petani di nusantara ini. Namun dalam prakteknya ternyata banyak penyimpangan atau penyelewengan yang sangat memberatkan rakyat. Rakyat diperas bukan hanya tenaga melainkan juga kekayaannya sehingga mengakibatkan banyak sekali rakyat yang jatuh miskin. Apalagi ketika diberlakukannya sistem premi, banyak pelaksana tanam paksa yang berlomba-lomba untuk mencari keuntungan pribadi. Dipihak lain, pemerintah Belanda mendapatkan kekayaan yang berlimpah untuk membangun negara yang mengatarkan mereka menjadi negara industry di Eropa.
Namun, ditengah-tengah penderitaan rakyat nusantara akibat praktek Culture Stelsel, dinegeri Belanda sendiri terjadi proses pembangunan besar-besaran dari hasil keringat rakyat di Nusantara yang mengalami proses pembodohan dan kemiskinan, muncul pula suara-suara yang ingin membela rakyat jajahan di Parlemen Belanda terutama dari partai liberal yang memenangkan pemilu saat itu. Orang-orang yang menaruh simpati atas penderitaan rakyat itu adalah:
1. Baron Van Houvell
Seorang pendeta yang bekerja bertahun-tahun di wilayah Nusantara sehingga tahu kondisi rakayat di tanah air saat itu. Ketika kembali ke negeri Belanda, ia menjadi anggota parlemen dan membeberkan tentang kesengsaraan rakyat di Indonesia.
2. Edward Dower Dekker
Terkenal dengan nama samaran Multatuli, bekas Asisten Residen Lebak yang minta berhenti karena tidak tahan melihat kesengsaraan rakyat Lebak akibat penjajahan Belanda. Dalam bukunya "Max Hevelaar" yang ditulis tahun 1860 menggambarkan bagaimana penderitaan rakyat Banten akibat penjajahan Belanda.
3. Mr. Van Deventer
Yang gigih membela kepentingan rakyat Indonesia dan berpendapat bahwa Belanda mempunyai hutang budi kepada rakyat Indonesia. Hutang ini harus dibayar oleh Belanda dan ia mengusulkan agar Belanda menerapkan Etische Politic, ialah politik balas budi yang terdiri atas tiga program: edukasi, transmigrasi dan irigasi. Semua program ini hendaknya dilaksanakan semata-mata hanya untuk membantu rakyat Indonesia. Namun kenyataannya jauh dari harapan rakyat nusantara.
4. Pemerintah Belanda akhirnya mau menjalankan politik balas budi ini, terbukti dibangunnya sekolah-sekolah, rumah sakit, irigasi namun ternyata bukan untuk kepentingan rakyat Indonesia melainkan hanya untuk kepentingan Belanda sendiri. Misalnya pembangunan sekolah-sekolah bertujuan untuk mendapatkan tenaga buruh yang trampil dan murah, rumah sakit dibangun untuk keperluantenagayang kuat dan sehat sedangkan irigasi dibangun untuk kepentingan pengairan perkebunan milik Belanda.
5. Efek samping dari upaya Belanda dalam menerapkan Politik Balas Budi ini bagi bangsa Indonesia tidak dapat dingkari. Dampak ini merupakan pengaruh positf bagi bangsa Indonesia. Terbukti setelah adanya politik balas budi, ada rakyat Indonesia yang mulai sadar atas nasibnya dimana banyak kepincangan sosial, kebodohan dan kemiskinan yang merajalela. Mereka yang mengenyam pendidikan dan sadar akan nasib bangsanya inilah selanjutnya menjadi tokoh-tokoh pergerakan dan kebangkitan nasional.
6. Sejak inilah munculah kesadaran berbangsa dan bernegara bagi rakyat di nusantara sama-sama ada dalam penjajahan. A.K. Pringgodigdo (1991) membagi masa perjuangan kebangsaan di Indonesia atas lima dimensi, yakni: (1) Pergerakan politik; (2) Pergerakan Sarekat Sekerja; (3) Pergerakan Keagamaan; (4) Pergerakan Wanita; dan (5) Pergerakan Pemuda. Lima dimensi pergerakan pada masa penjajahan Belanda ini dibagi lagi menurut kurun waktu sebagai berikut:
I. Masa 1908-1920
II. Masa 1920-1930
III. Masa 1930-1942
Ada tiga jenis pergerakan politik pada masa 1908-1920, ialah:
1) Organisasi-organisasi Indonesia terdiri atas Budi Utomo, Sarekat Islam, perkumpulan- perkumpulan berdasarkankedaerahan
2) Perkumpulan campuran, yakni bangsa Indonesia dan bukan bangsa Indonesi eperti Insulinde, Nationaal Indische Partij, De Indische Partij-Douwes Dekker, Indische Sociaal Democratische Vereeninging-Sneevliet, Indische Sociaal Democratische Partij)
3) Perkumpulan campuran bertujuan Indonesia tetap dalam ikatan dengan negeri Belanda.
Pergerakan politik pda masa 1920-1932 untuk organisasi Indonesia meliputi Partai Komunis Indonesia, Sarekat Islam, Budi Utomo, Perhimpunan Indonesia, Studieclub-studieclub, Partai Nasional Indonesia, perkumpulan berdasarkan kedaerahan, dan golongan berdasarkan keagamaan. Sedangkan pergerakan politik pada masa 1930-1942 meliputi Pendidikan Nasional Indonesia, Partai Indonesia, Gerindo, Partai Persatuan Indonesia, Budi Utomo, Partai Rakyat Indonesia, Persatuan Bangsa Indonesia, Partai Indonesia Raya, PSII, Parii, Penyedar, PII dan PSII ke-2, perkumpulan berdasarkan kedaerahan, golongan berdasarkan keagamaan, GAPI dan Majelis Rakyat Indonesia.
1. Budi Utomo
Merupakan organisasi pertama di Indonesia yang berbentuk modern, yaitu organisasi dengan pengurus yang tetap, ada anggota, tujuan, program kerja berdasarkan peraturan yang ada. Budi Utomo didirikan di Jakarta pada tanggal 20 Mei 1908 yang dilatarbelakangi oleh propaganda dr. Wahidin Sudirohusodo untuk memajukan bangsa Indonesia di bidang pengajaran yang pada saat itu kondisinya sangat terbelakang bila dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Walaupun usaha untuk mengadakan studiefonds mengalami kegagalan tetapi ide ini memberi kesan tersendiri bagi dua orang murid STOVIA, ialah R. Sutomo dan R. Gunawan Mangunkusumo. Pada Kongres pertama Budi Utomo, 5 Oktober 1908 di Yogyakarta, Kongres berhasil menetapkan tujuan perkumpulan, sbb:
Kemajuan yang selaras (harmonis) buat negeri dan bangsa, terutama dengan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan dan dagang, teknik dan industri, kebudayaan (kesenian dan ilmu). Budi Utomo sebagai perkumpulan orang- orang yang berhaluan berdasarkan kebangsaan Jawa liberal, mulai kehilangan kedudukannya karena mulai bermunculan organisasi lain yang berhaluan agama seperti Sarekat Islam dan Muhammadiyah serta ISDV yang berhaluan Marxis. Oleh karena itu dalam rapat umum, 5-6 Agustus 1915 di Bandung Budi Utomo menetapkan mosi yang menegaskan perlunya milisi untuk bangsa Indonesia, tetapi harus melalui Parlemen (DPR) dengan cara membentuk undang-undang, namun saat itu belum ada. Ketika Volksraad dibentuk pada tahun 1917, Budi Utomo menetapkan sebuah program politik yang bercita-cita mewujudkan pemerintahan parlementer berazaskan kebangsaan. Untuk mencapai cita-cita itu Budi Utomo berusaha menuntut peraturan pemilihan yang baik dan perbaikan dalam sistem peradilan sehingga ada kesamaan kedudukan antara bangsa Indonesia dengan bangsa lain.
2. Sarekat Islam
Didirikan di Solo tahun 1911 oleh Haji Samanhudi. Semula namanya Sarekat Dagang Islam (SDI) berdasarkan kooperasi yang bertujuan untuk memajukan perdagangan Indonesia di bawah panji-panji Islam sebagai agama yang memiliki pemeluk terbesar di Indonesia. Keanggotaan Sarekat Islam terbyata dari tahun ke tahun semakin besar karena merupakan organisasi yang telah lama dinginkan oleh rakyat, terutama para pedagang dan umat Islam. Lahirnya Sarekat Islam lebih banyak dilatarbelakangi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a. Perdagangan bangsa Tionghoa yang telah banyak menghambat perdagangan Indonesia, seperti monopoli bahan-bahan batik dan tingkah laku sombong orang Tionghoa sesudah terjadinya revolusi di Tiongkok.
b. Semakin meningkatnya penyebaran agama Kristen di tanah air dan adanya ucapan penghinaan parlemen Belanda tentang tipisnya kepercayaan beragama orang Indonesia .
c. Cara adat istiadat lama yang terus dipakai di daerah-daerah kerajaan yang makin lama makin dirasakan sebagai penghinaan.
Sampai tahun 1912, Sarekat Islam tidak mencantumkan tujuan politik dalam anggaran dasamya karena pada saat itu Pemerintah Belanda melarang mendirikan partai politik. Hal ini ditegaskan dalam Kongres Sarekat Islam pertama, 26 Januari 1913 di Surabaya yang dipimpin oleh Tjokroaminoto bahwa Sarekat Islam bukan partai politik dan tidak beraksi melawan Pemerintah Belanda. Namun demikian, Pemerintah Belanda merasa tidak senang dengan Sarekat Islam yang berani dan semakin besar karena banyak cabang-cabangnya di daerah dengan jumlah anggota mencapai 12.000 orang. Dalam Kongres kedua di Solo diputuskan bahwa Sarekat Islam hanya terbuka untuk orang Indonesia dan bukan untuk pegawai Pangreh Praja agar tidak berubah corak dan tetap menjadi organisasi rakyat.
Tujuan dalam anggaran dasar pun mengalami perluasan, yakni:
a. Memajukan pertanian, perdagangan, kesehatan, pendidikan dan pengajaran.
b. Memajukan hidup menurut perintah agama dan menghilangkan faham-fahamkeliru tentang agama Islam.
c. Mempertebal rasa persaudaraan dan saling tolong-menolong diantara anggotanya.
Kongres ketiga di Bandung 17-24 Juni 1916, dinamakan Kongres Nasional pertama. Sebanyak 80 Sarekat Islam daerah mengirimkan perwakilan dari anggota yang jumlahnya telah mencapai 800.000 orang. Kongres yang dipimpin oleh Tjokroaminoto mencantumkan istilah nasional dimaksudkan bahwa Sarekat Islam menuju kearah persatuan yang teguh dari semua golongan bangsa Indonesia. Sarekat Islam ingin membawa bangsa Indonesia sebagai suatu "nation".
Sementara itu National Indische Partij (NIP) dan ISDV yang berdasarkan sosialisme kiri yang tidak banyak mendapat anggota mulai melihat keberhasilan Sarekat Islam sebagai organisasi rakyat dan berusaha mendapatkan pengaruh dalam Sarekat Islam (SI). Namun NIP tidak berhasil masuk dalam SI karena keanggotoan NIP meliputi pula peranakan Belanda dan Tionghoa. Sedangkan ISDV memiliki kesamaan dalam arah organisasi dan aksi antara lain menentang adat-adat kuno dan hak istimewa golongan Tionghoa.
Upaya mempengaruhi SI oleh Semaun dan Darsono beraliran sosialis kiri menunjukkan keberhasilan, terbukti Sarekat Islam berubah dan bergeser menjadi berhaluan kiri. Hal ini terungkap dari hasil Kongres kedua di Jakarta tahun 1917 yang menetapkan secara tegas bahwa: Pemerintahan sendiri sebagai tujuan perjuangan terhadap penjajahan dan menentang semua penghisapan oleh kapitalisme yang buruk. Pertanyaannya adalah apakah perubahan dalam Sarekat Islam akibat dari pengaruh Semaun dan Darsono?
Sebagai organisasi yang beraliran sosialisme kiri, ISDV yang masuk ke tubuh SI hanya sebagai cara untuk meraih banyak anggota, sehingga akhirnya ISDV mendeklarasikan diri sebagai organisasi komunis terutama setelah keberhasilan revolusi Rusia. Akibat dari gerakan ini, jumlah anggota SI menurun dan SI yang ada dibawah pengaruh Semaun dan Darsono berubah menjadi SI Merah dan akhirnya menjadi Partai Komunis Indonesia.
Selain organisasi yang bersifat nasional, pada dekade tersebut muncul pula organisasi/ perkumpulan yang berdasarkan kedaerahan, seperti Pasundan Serikat Sumatera, Perkumpulan orang Ambon, dan Perkumpulan orang Minahasa.
3. Perkumpulan Pasundan
Didirikan pada bulan September 1914 di Jakarta. Anggaran dasarmya mirip dengan Budi Utomo hanya ditujukan untuk daerah Pasundan saja. Sebelum tahun 1920, Pasundan tidak bergerak di lapangan politik melainkan kebudayaan. Pasundan merupakan organisasi yang bukan hanya untuk orang kelompok atas melainkanjugauntuk kelompok rakyat kecil
4. Serikat Sumatra
Didirikan pada tahun 1918 oleh orang-orang Sumatra yang ada di Jakarta menjelang pendirian Volksraad. Sasaran program kerja Serikat Sumatra adalah poltk dengan tujuan: (1) meningkatkan pengaruh bangsa Indonesia dalam pemerintahan negeri sehingga pada gilirannya dapat tercapai pemerintahan sendiri ; (2) memperjuangkan hak pemerintah daerah (atonomi) seluas- luasnya dengan prinsip demokrasi; dan (3) mencegah terjadinya pertentangan antar kelompok, kelas ataupun antar suku bangsa. Di bidang ekonomi, perkumpulan ini ingin juga memijukan perekonomian orang Sumatra
5. Perkumpulan Orang Ambon
Ada beberapa perkumpulan orang Ambon, seperti "Wilhelmina", didirikan tahun 1908 di Magelang oleh kaum Militer yang berusaha saling hidup rukun, mengeratkan hubungan dengan negeri Belanda serta memajukan pengajaran. Perkumpulan Ambonsch Studien fonds oleh Dr. Tehupeiory tahun 1909 berusaha memberi penerangan tentang hal dan kesempatan belajar dan memberi sokongan uang kepada pelajar-pelajar yang cakap. Selain itu, ada beberapa perkumpulan orang Ambon, seperti Ambon's Bond didirikan tahun 1911 oleh pegawai negeri di Amboina yang berusaha memajukan pengajaran dan penghidupan rakyat Ambon; "Mena Muria" didirikan tahun 1913 di Semarang yang bertujuan mencapai kemajuan ang didirikan Islam atil abin ker a dan kemakmuran golongan Ambon; dan "Sou Maluku Ambon" yang didirikan beberapa tahun kemudian untuk memajukan perekonomian penduduk.
Pada periode tahun 1920-1930 ditandai oleh berdirinya berbagai organisasi bersifat kedaerahan dan organisasi cukup besar pengaruhnya dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, ialah Partai Nasional organisasi ini bernama Perserikatan 1927 yang menampung organisasi politik yang menolong diri sendiri (selthep), non-kooperatif dan marhaenis Nasional Indonesia, didirikan di Bandung 4 Juli 19 Agustus emua orang yang ketika itu tidak termasuk dalam ada. Sebagai organisasi kebangsaan, PNI berasaskan menolong diri sendiri (selfhelping), non-kooperatif dan marhaenisme yang bertujuan:
a. Bidang politik,
Memajukan penghidupan yang merdeka, memperkuat rasa kebangsaan umumnya dan rasa kesadaran atas persatuan bangsa Indonesia khususnya dan memperkokoh perhubungan bangsa-bangsa Asia.
b. Bidang ekonomik
Memajukan penghidupan merdeka, memajukan perdagangan kebangsaan, kerajinan, bank-bank dan koperasi.
c. Bidang sosial
Memajukan pengajaran yang bersifat kebangsaan, memperbaiki kedudukan wanita, memerangi pengangguran, usaha-usaha transmigrasi menyongsong serikat-serikat sekerja, memajukan kesehatan rakyat dan membasmi dit Or un pemadat dan peminum.
Sebagai pendiri sekaligus ketua PNI, Ir. Sukarno yang dalam perjuangannya dibantu oleh Mr. Sartono, Mr. Sujadi, Mr. Ishak, Dr. Syamsi, Mr. Budiardjo, dan Mr. Ali Sastroamidjojo berkeyakinan bahwa sebelum meletus perang Lautan Teduh, rakyat Indonesia harus bersatu dalam suatu organisasi yang kokoh. Pernyataan ini terealisasi dengan Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) pada bulan Desember 1927 yang beranggotakan PSI, BU, BI, Paguyuban pasundan, Sarekat Sumatra, Kaum Betawi.
Pada tahun 1920-an ini, ada lagi peristiwa penting terjadi dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia menuju suatu negara kesatuan adalah munculnya berbagai organisasi pemuda dari berbagai wilayah di nusantara yang menyatakan keinginan untuk bersatu sebagai suatu bangsa. Gerakan kepemudaan ini diawali dengan berdirinya Jong Java yang disebut juga Tri Koro Dharmo (Tiga Tujuan Mulia). Perkumpulan pemuda ini merupakan perkumpulan kaum laki-laki pertama yang didirikan di Jakarta tahun 1915. Selanjutnya, disusul pula oleh Jong Sumatranen Bond yang didirikan tahun 1917. Tujuannya adalah memperkokoh hubungan ikatan diantara murid-murid asal dari Sumatra dan menanam keinsyafan bahwa mereka kelak akan menjadi pemimpin. Jong Islamieten Bond (JIB), talah perkumpulan baru yang didirikan oleh orang-orang yang keluar dari Jong Java yang merasa gagal memajukan Islam dalam wadah Jong Java. JIB yang diketuai oleh R.Sam dan Haji Agus Salim sebagai penasehat bertujuan memajukan pengetchuan tentang Islam, hidup secara Islam dan persatuan Islam. Perkumpulan pemuda lainnya yang berdasarkan kedaerahan meliputi Jong Minahasa, Jong Ambon dan Jong Celebes.
Upaya kelompok pemuda yang dirintis sejak lama itu mencetuskan cita-citanya dalam suatu Kongres Pemuda II di Jakarta pada tanggaal 26-28 Oktober 1928. Isi pernyataan para pemuda yang berasal dari seluruh organisasi kepemud menanamkan suatu cita-cita Indonesia Bersatu. Baiklah, ternyata daya ingat anda sangat baik bahwa isi pernyatoan yang dikenal pula dengan istilah Sumpah Pemuda itu berbunyi:
Kami Bangsa Indonesia mengaku...
Bertanah airsatu tanah air Indonesia
Berbangsa satu Bangsa Indonesia
Berbahasa satu Bahasa Indonesia
Perjuangan rakyat Indonesai pada tahun 1930-an sampai tahun 1940-an ditandai oleh semakin banyaknya organisasi yang bergerak di bidang politik. Organisasi-organisasi yang tumbuh dan pada dasarnya mengarahkan tujuannya untuk mencapai kemerdekaan dari penjajah (imperialisme) tersebut antara lain:
a. Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru),
Sejak tahun 1932, organisasi ini dipimpin oleh Moh. Hatta, bertujuan melepaskan diri dari penjajahan untuk mencapaí kemerdekaan dan menjurnjung tinggi sikap non-kooperasi dengan pihak pemerintah Belanda.
b. Partai Persatuan Indonesia (Parpindo).
Partai ini berusaha mencapai kemajuan ke arah suatu masyarakat dan bentuk negara yang tersusun menurut keinginan rakyat. Didirikan oleh orang- orang mantan anggota Gerindo termasuk peran Moh. Yamid dalam kondisi ini sangat termasuk peran peminjem ini samgat eaipinyadalam organisasi ini sangat besar. Dasar partai adalah: (1) "Sosial-nasionalisme" (nasional berjam-jam bersendi atas ni ersatuan Indonesia dan kedaulatan rokyat) dan (2) "Sosial-demokrasi"
c. Budi Utomo (BU).
Sejalan dengan hasil kongres tahun 1931, BU terbuka untuk semua golongan bangsa Indonesia. Tujuan BU mengalami perkembangan
ialah berusaha mencapai kemerdekaan Indonesia. Asas yang dipakai bersifat fleksifel, suatu saat bersikap kooperatif namun dapat pula bersifat non-kooperatif.
Organisasi politik lainnya yang tumbuh sejak tahun 1930-an hingga menjelang mempunyai tujuan untuk mencapai kemerdekaan antara lain kemerdekaan Partai Rakyat yang Indonesia (PRI), Persatuan Bangsa Indonesia (PBI),Partai Indonesia Raya (Parindra), PSII, Partai Islam Indonesia (Paril), Penyedar,PII, dan PSII ke-2.
Dari rangkaian penjelasan atau uraian tentang perjuangan bangsa melalui berbagai sarana organisasi kemasyarakatan dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya bangsa indonesia pada saat itu telah mulai sadar akan nasibnya yang sedang dijajah sehingga kondisinya, miskin, bodoh dan tidak ada kebebasan untuk menentukan nasibnya sendiri. Karena itulah, muncul berbagai gerakan yang mengarah pada upaya untuk mempersatukan diri melawan penjajah dengan berbagai taktik perjuangan yang dilandasi leh semangat persatuan dan nasilonalisme yang kuat.
Menurut Surjomihardjo(1989), gerakanini merupakan peristiwa yang serempak di berbagai belahan bumi, khususnya di Asia dan Afrika. Mereka menjadi pelopor aliran pemikiran dan gerakan kesadaran untuk hidup bersama menuju ke arah terbentuknya suatu nasion atau bangsa baru di daerah bekas jajahan. Demikian pula di Indonesia, perjuangan untuk mencapai kemerdekaan terrealisasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Sebagai pelopor perjuangan bangsa dan sekaligus sebagai proklamator adalah Sukarno dan Hatta yang telah bertahun-tahun pula berjuang untuk melepaskan diri dari penjajahan.
Leave a Comment