Teori Belajar Behaviorisme dan Kognitivisme
Pengertian Teori Belajar Behaviorisme
Behavior dalam psikologi atau juga disebut behaviorisme adalah teori pembelajaran yang didasarkan pada tingkah laku yang diperoleh dari pengkondisian lingkungan. Pengkondisian terjadi melalui interaksi dengan lingkungan. Teori ini dapat dipelajari secara sistematis dan dapat diamati.
Behaviorisme atau Aliran Perilaku (juga disebut Perspektif Belajar) adalah filosofi dalam psikologi yang berdasar pada proposisi bahwa semua yang dilakukan organisme termasuk tindakan, pikiran, atau perasaan dapat dan harus dianggap sebagai perilaku. Aliran ini berpendapat bahwa perilaku demikian dapat digambarkan secara ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis internal atau pikiran.
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984). Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000).
2.2 Ciri-ciri Teori Belajar Behaviorisme
1. Mementingkan pengaruh lingkungan
2. Mementingkan peranan reaksi
3. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar
4. Mementingkan pembentukan kebiasaan
2.3 Konsep Belajar Behaviorisme
Teori Behaviorisme sangat berpengauh pada praktek dan teori pendidikan. Konsep behaviorisme disebut juga konsep belajar tingkah laku. Menurut konsep belajar behaviorisme, belajar merupakan suatu bentuk perubahan tingkah laku pada seseorang akibat dari faktor-faktor eksternal. Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respon pelajar terhadap rangsangan. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia telah mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Pandangan behavioristik mengakui pentingnya masukan yang berupa stimulus dan keluaran yang berupa respons.
Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai aktifitas “mimetic” yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah di pelajari.
Beberapa para psikolog melakukan penelitian dengan menghubungkan pengalaman untuk memahami bagaimana manusia dan hewan belajar, yaitu:
1. Ivan Pavlov (1800)
Ivan Pavlov mempelopori munculnya proses kondisioning responden atau kondisioning klasik yang dikenal dengan kondisioning Ivan Pavlov.
a. Teori Belajar Kondisioning Klasik
Classic conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Ivan Pavlov melakukan percobaan terhadap anjing dengan meneliti perubahan waktu dan keluarnya air liur anjing. Dalam percobaan ini, dagig disebut dengan stimulus yan tidak terkondisikan, sedangkan keluarnya air liur anjing sebagai responyang tidak terkondisikan. Jika daging didekatkan dengan mulut anjing yang lapar, maka anjing akan mengeluarkan air liur. Hal ini dikaenakan daging merangsang anjing maka otomatis ia mengeluarkan air liur walaupun percobaan ini tanpa latihan.
b. Penerapan prinsip-prinsip kondisioning klasik dalam kelas
Beberapa bentuk penerapan oleh Woolfold (dalam Uni, Hamzah, 2012) dalam menggunakan prinsip-prinsip kondisioning klasik di kelas.
1. Memberikan suasana yang menyenangkan ketika memberikan tugas-tugas belajar.
2. Membantu siswa mengatasi situasi yang mencemaskan atay menekan.
3. Membantu siswa mengenal perbedaan dan persamaan pada situasi tertentu agar siswa dapat membedakan dan menyamaratakan secara tepat.
2. Edward Lee Throndike (1874-1949)
Menurut Throndike, belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon, bahwa dalam proses belajar, kali pertama organisme belajar dengan cara coba salah (trial and error). Eksperimen Throndike pada teori belajar trial dan error dilakukan dengan seekor kucing lapar dimasukkan ke dalam kotak yang dilengkapi alat pembuka bila disentuh. Adapun diluar kotak terdapat daging. Kucing melakukan usaha untuk mencari jalan keluar dan gagal secara berulang-ulang. Suatu ketika, kucing menyentuh alat pembuka tanpa sengaja sehingga ia dapat memakan daging didepannya. Ketika Thorndike memasukkan hewan yang sama ke kotak teka-teki secara berulang-ulang, hewan tersebut akan melakukan respons yang benar semakin cepat. Dalam waktu singkat, hewan-hewan tersebut hanya membutuhkan waktu beberapa detik untuk lolos dan mendapatkan hadiah.
Throndike menyatakan bahwa perilaku belajar manusia ditentukan oleh stimulus yang ada di lingkungan sehingga menimbulkan respons secara reflex. Stimulus yang terjadi setelah sebuah perilaku terjadi akan memengaruhi perilaku selanjutnya.
Menurut Thorndike, ada beberapa hukum pokok dalam proses belajar manusia, antara lain:
1. Law of Readiness, yaitu kesiapan untuk bertindak itu timbul karena penyesuaian diri dengan sekitarnya yang akan memberikan kepuasan, hubungan antara stimulus dan respon akan mudah terbentuk apabila ada kesiapan pada diri seseorang.
2. Law of Exercise, hubungan antara stimulus dan respon itu akan sangat kuat bila sering dilakukan pelatihan dan pengulangan, dan akan menjadi lemah jika latihan tidak diteruskan.
3. Law of Effect, yaitu perbuatan yang diikuti dengan dampak atau pengaruh yang memuaskan cenderung ingin diulangi lagi dan yang tidak mendatangkan kepuasan akan dilupakan.
3, Burrhus Frederic Skinner (1930)
Skinner meyakini bahwa perilaku individu dikontrol melalui proses operant conditioning dimana seseorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan yang relatif besar. Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Dalam eksperimennya, Skinner menggunakan seekor tikus yang ditempatkan dalam sebuah peti yang berisi manipulandum dan alat pemberi reinforcement. Di dalam peti mula-mula tikus mencium benda-benda, mencakar dinding, dan menekan pengungkit mengakibatkan munculnya butir-butir makanan ke dalam wadahnya. Dari eksperimen Skinner menyatakan bahwa reinforcer ditunjukkan setelah tingkah laku terjadi dengan melibatkan kekuatan.
Dari hasil eksperimen Skinner, ada beberapa prinsip-prinsip belajar yang menghasilkan perubahan perilaku:
1. Reinforcement (Penguatan tingkah laku). Reinforcement diberikan kepada individu untuk meningkakan perilaku yang sesuai dengan reinforcement yang disukai atau di perlukan.
2. Punishment adalah menghadirkan situasi yang tidak menyenangkan untuk menurunkan tingkah laku.
3. Shaping, yaitu menggunakan langkah-langkah kecil yang disertai dengan feedback untuk membantu siswa mencapai tujuan yang ingin dicapai.
4. Extinction adalah engurangi atau menurunkan tingkah laku dengan menari reinforcement yang menyebabkan perilaku tersebut terjadi.
5. Anteseden dan perubahan perilaku, dapat memberikan petunjuk apakah sebuah perilaku akan memberikan konsekuen yang positif atau negative.
2.4 Pengertian Teori Belajar Kognitivisme
Aliran Kognitivisme memandang kegiatan belajar bukalah sekedar stimulus dan respon yang bersifat mekanistik, melainkan melibatkan juga kegiatan mental. Menurut aliran kognitif, belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Maka, perilaku manusia tidak dapat diukur tanpa melibatkan proses mental. Dalam pandangan ini, belajar merupakan transformasi informasi atau ilmu pengetahuan yang ada di lingkungan kemudian disimpan dalam pikiran. Belajar juga terjadi ketika pengetahuan diubah oleh pengalaman-pengalaman.
2.5 Konsep Dasar Kognitivisme
Psikologi kognitivisme lahir dipengaruhi oleh teori gestal yang merupakan sebuah pandangan yang menekankan bahwa kesadaran manusia tidak dapat dipecah-pecah ke dalam beberapa bagian. Psikologi gestal adalah sebuah teori tentang pikiran dan otak, dimana psinsip kerjanya otak adalah holistic, parallel, an analog dengan kecenderungan bahwa keseluruhan berbeda dengan penjumlahan. Teori gestal ini melalui percobaan dengan seekor simpanse, ia ingin mengetahui bagaimana fungsi insight yang dapat membantu memecahkan masalah. Proses belajar yang menggunakan insight mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Suryabrata, 2006):
1. Insight tergantung pada kemampuan dasar
2. Insight tergatung kepada pengalaman masa lampau yang relevan
3. Insight tergantung kepada pengaturan situasi yang dihadapi
4. Insight didahului dengan periode mencari dan mencoba
5. Solusi dnegan meggunakan insight dapat diulangi secara mudah dan akan berlaku secara langsug
6. Insight mempunyai kemampuan untuk dapat di transfer dari satu masalah ke masalah lain.
2.6 Ciri-ciri Teori Belajar Kognitivisme
1. Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia
2. Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
3. Mementingkn peranan kognitif
4. Mementingkan kondisi waktu sekarang
5. Mementingkan pembentukan struktur kognitif
Behavior dalam psikologi atau juga disebut behaviorisme adalah teori pembelajaran yang didasarkan pada tingkah laku yang diperoleh dari pengkondisian lingkungan. Pengkondisian terjadi melalui interaksi dengan lingkungan. Teori ini dapat dipelajari secara sistematis dan dapat diamati.
Behaviorisme atau Aliran Perilaku (juga disebut Perspektif Belajar) adalah filosofi dalam psikologi yang berdasar pada proposisi bahwa semua yang dilakukan organisme termasuk tindakan, pikiran, atau perasaan dapat dan harus dianggap sebagai perilaku. Aliran ini berpendapat bahwa perilaku demikian dapat digambarkan secara ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis internal atau pikiran.
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984). Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000).
2.2 Ciri-ciri Teori Belajar Behaviorisme
1. Mementingkan pengaruh lingkungan
2. Mementingkan peranan reaksi
3. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar
4. Mementingkan pembentukan kebiasaan
2.3 Konsep Belajar Behaviorisme
Teori Behaviorisme sangat berpengauh pada praktek dan teori pendidikan. Konsep behaviorisme disebut juga konsep belajar tingkah laku. Menurut konsep belajar behaviorisme, belajar merupakan suatu bentuk perubahan tingkah laku pada seseorang akibat dari faktor-faktor eksternal. Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respon pelajar terhadap rangsangan. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia telah mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Pandangan behavioristik mengakui pentingnya masukan yang berupa stimulus dan keluaran yang berupa respons.
Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai aktifitas “mimetic” yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah di pelajari.
Beberapa para psikolog melakukan penelitian dengan menghubungkan pengalaman untuk memahami bagaimana manusia dan hewan belajar, yaitu:
1. Ivan Pavlov (1800)
Ivan Pavlov mempelopori munculnya proses kondisioning responden atau kondisioning klasik yang dikenal dengan kondisioning Ivan Pavlov.
a. Teori Belajar Kondisioning Klasik
Classic conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Ivan Pavlov melakukan percobaan terhadap anjing dengan meneliti perubahan waktu dan keluarnya air liur anjing. Dalam percobaan ini, dagig disebut dengan stimulus yan tidak terkondisikan, sedangkan keluarnya air liur anjing sebagai responyang tidak terkondisikan. Jika daging didekatkan dengan mulut anjing yang lapar, maka anjing akan mengeluarkan air liur. Hal ini dikaenakan daging merangsang anjing maka otomatis ia mengeluarkan air liur walaupun percobaan ini tanpa latihan.
b. Penerapan prinsip-prinsip kondisioning klasik dalam kelas
Beberapa bentuk penerapan oleh Woolfold (dalam Uni, Hamzah, 2012) dalam menggunakan prinsip-prinsip kondisioning klasik di kelas.
1. Memberikan suasana yang menyenangkan ketika memberikan tugas-tugas belajar.
2. Membantu siswa mengatasi situasi yang mencemaskan atay menekan.
3. Membantu siswa mengenal perbedaan dan persamaan pada situasi tertentu agar siswa dapat membedakan dan menyamaratakan secara tepat.
2. Edward Lee Throndike (1874-1949)
Menurut Throndike, belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon, bahwa dalam proses belajar, kali pertama organisme belajar dengan cara coba salah (trial and error). Eksperimen Throndike pada teori belajar trial dan error dilakukan dengan seekor kucing lapar dimasukkan ke dalam kotak yang dilengkapi alat pembuka bila disentuh. Adapun diluar kotak terdapat daging. Kucing melakukan usaha untuk mencari jalan keluar dan gagal secara berulang-ulang. Suatu ketika, kucing menyentuh alat pembuka tanpa sengaja sehingga ia dapat memakan daging didepannya. Ketika Thorndike memasukkan hewan yang sama ke kotak teka-teki secara berulang-ulang, hewan tersebut akan melakukan respons yang benar semakin cepat. Dalam waktu singkat, hewan-hewan tersebut hanya membutuhkan waktu beberapa detik untuk lolos dan mendapatkan hadiah.
Throndike menyatakan bahwa perilaku belajar manusia ditentukan oleh stimulus yang ada di lingkungan sehingga menimbulkan respons secara reflex. Stimulus yang terjadi setelah sebuah perilaku terjadi akan memengaruhi perilaku selanjutnya.
Menurut Thorndike, ada beberapa hukum pokok dalam proses belajar manusia, antara lain:
1. Law of Readiness, yaitu kesiapan untuk bertindak itu timbul karena penyesuaian diri dengan sekitarnya yang akan memberikan kepuasan, hubungan antara stimulus dan respon akan mudah terbentuk apabila ada kesiapan pada diri seseorang.
2. Law of Exercise, hubungan antara stimulus dan respon itu akan sangat kuat bila sering dilakukan pelatihan dan pengulangan, dan akan menjadi lemah jika latihan tidak diteruskan.
3. Law of Effect, yaitu perbuatan yang diikuti dengan dampak atau pengaruh yang memuaskan cenderung ingin diulangi lagi dan yang tidak mendatangkan kepuasan akan dilupakan.
3, Burrhus Frederic Skinner (1930)
Skinner meyakini bahwa perilaku individu dikontrol melalui proses operant conditioning dimana seseorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan yang relatif besar. Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Dalam eksperimennya, Skinner menggunakan seekor tikus yang ditempatkan dalam sebuah peti yang berisi manipulandum dan alat pemberi reinforcement. Di dalam peti mula-mula tikus mencium benda-benda, mencakar dinding, dan menekan pengungkit mengakibatkan munculnya butir-butir makanan ke dalam wadahnya. Dari eksperimen Skinner menyatakan bahwa reinforcer ditunjukkan setelah tingkah laku terjadi dengan melibatkan kekuatan.
Dari hasil eksperimen Skinner, ada beberapa prinsip-prinsip belajar yang menghasilkan perubahan perilaku:
1. Reinforcement (Penguatan tingkah laku). Reinforcement diberikan kepada individu untuk meningkakan perilaku yang sesuai dengan reinforcement yang disukai atau di perlukan.
2. Punishment adalah menghadirkan situasi yang tidak menyenangkan untuk menurunkan tingkah laku.
3. Shaping, yaitu menggunakan langkah-langkah kecil yang disertai dengan feedback untuk membantu siswa mencapai tujuan yang ingin dicapai.
4. Extinction adalah engurangi atau menurunkan tingkah laku dengan menari reinforcement yang menyebabkan perilaku tersebut terjadi.
5. Anteseden dan perubahan perilaku, dapat memberikan petunjuk apakah sebuah perilaku akan memberikan konsekuen yang positif atau negative.
2.4 Pengertian Teori Belajar Kognitivisme
Aliran Kognitivisme memandang kegiatan belajar bukalah sekedar stimulus dan respon yang bersifat mekanistik, melainkan melibatkan juga kegiatan mental. Menurut aliran kognitif, belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Maka, perilaku manusia tidak dapat diukur tanpa melibatkan proses mental. Dalam pandangan ini, belajar merupakan transformasi informasi atau ilmu pengetahuan yang ada di lingkungan kemudian disimpan dalam pikiran. Belajar juga terjadi ketika pengetahuan diubah oleh pengalaman-pengalaman.
2.5 Konsep Dasar Kognitivisme
Psikologi kognitivisme lahir dipengaruhi oleh teori gestal yang merupakan sebuah pandangan yang menekankan bahwa kesadaran manusia tidak dapat dipecah-pecah ke dalam beberapa bagian. Psikologi gestal adalah sebuah teori tentang pikiran dan otak, dimana psinsip kerjanya otak adalah holistic, parallel, an analog dengan kecenderungan bahwa keseluruhan berbeda dengan penjumlahan. Teori gestal ini melalui percobaan dengan seekor simpanse, ia ingin mengetahui bagaimana fungsi insight yang dapat membantu memecahkan masalah. Proses belajar yang menggunakan insight mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Suryabrata, 2006):
1. Insight tergantung pada kemampuan dasar
2. Insight tergatung kepada pengalaman masa lampau yang relevan
3. Insight tergantung kepada pengaturan situasi yang dihadapi
4. Insight didahului dengan periode mencari dan mencoba
5. Solusi dnegan meggunakan insight dapat diulangi secara mudah dan akan berlaku secara langsug
6. Insight mempunyai kemampuan untuk dapat di transfer dari satu masalah ke masalah lain.
2.6 Ciri-ciri Teori Belajar Kognitivisme
1. Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia
2. Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
3. Mementingkn peranan kognitif
4. Mementingkan kondisi waktu sekarang
5. Mementingkan pembentukan struktur kognitif
Leave a Comment