Ex: Riview Journal - IMPLEMENTATION OF SCHOOL-BASED CURRICULUM AS PERCEIVED BY SECONDARY SCHOOL TEACHERS OF ENGLISH
Nama: Roebi Abdoeloh
NIM: 1805092
Kelas: 1E PGSD
Judul: IMPLEMENTATION OF SCHOOL-BASED CURRICULUM AS PERCEIVED BY SECONDARY SCHOOL TEACHERS OF ENGLISH.
Jurnal: Indonesian Journal of Applied Linguistics
Download: http://ejournal.upi.edu/indec.php/IJAL/article/view/857/675
Volume dan Halaman: Vol. 5 No. 2, Januari 2016, hlm. 167-175
Tahun: 2016
Penulis: Chuzaimah Dahlan Diem dkk.
Review: Roebi Abdoeloh
Tanggal: 31 Oktober 2018
Abstrak
Informasi tentang Kurikulum 2013 tampaknya telah membuat banyak guru EFL merasa cemas. Kecemasan ini diasumsikan terjadi karena ketidakinginan para guru untuk menerapkan kurikulum baru karena mereka belum menerapkan kurikulum sebelumnya (KTSP) di ruang kelas mereka secara optimal. Penelitian ini ditujukan terutama untuk menginvestigasi implementasi KTSP yang mencakup tiga komponen penting: persiapan, aplikasi, dan evaluasi oleh 107 guru sekolah menengah bahasa Inggris. Untuk mengumpulkan data, "KTSP Implementation Questionnaire" digunakan. Data yang dikumpulkan berdasarkan persepsi guru sendiri dianalisis dalam kaitannya dengan tingkat pendidikan, pengalaman mengajar, status sertifikasi, dan keterlibatan sosialisasi KTSP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) 62% guru mengakui bahwa mereka belum secara optimal menerapkan KTSP meskipun mereka semua telah terlibat dalam program diseminasi yang dilakukan oleh pemerintah; (2) tidak ada korelasi antara tingkat pendidikan atau pengalaman mengajar dan pelaksanaan KTSP. Namun, (3) ada korelasi yang signifikan antara status sertifikasi guru dan mereka (i) persiapan KTSP, (ii) pengalaman mengajar, dan (iii) keterlibatan dalam kegiatan program diseminasi.
Kata Kunci: Implementasi Kurikulum, Tingkat Pendidikan, Kurikulum Berbasis Sekolah (KTSP)
Setiap bangsa memiliki sistem pendidikannya sendiri yang sesuai dengan cita-cita dan kebutuhannya. Untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa, kualitas pendidikan harus terlebih dahulu ditingkatkan melalui kurikulum sekolahnya. Sejalan dengan ini, Ki Hajar Dewantara, seorang filsuf pendidikan Indonesia dan menteri pendidikan pertama di Indonesia, (dikutip dalam Nuh, 2010) telah lama mengatakan bahwa pendidikan tidak dapat ditingkatkan tanpa pengembangan karakter, kecerdasan, dan kewarganegaraan. Selain itu, tujuan pendidikan nasional Indonesia sebagaimana tertuang dalam UUD 1945 (UUD 1945 Konstitusi), pasal 31 ayat 3 bahwa, “pemerintah melakukan pendidikan nasional untuk meningkatkan iman, kesalehan, dan akhlak mulia atau akhlak agar dapat berkembang. Kehidupan warga negara Indonesia sebagaimana diatur dalam hukum. ”Kemudian Bagian 31, ayat 5 juga menunjukkan bahwa,“ pemerintah memajukan pengetahuan dan teknologi dengan memegang teguh nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban dan kemakmuran manusia. makhluk ”(Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2013). Sementara itu Undang-undang Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bagian 3 juga menyatakan bahwa fungsi pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membangun karakter dan peradaban untuk nilai-nilai kemanusiaan yang bertujuan untuk mempertajam kehidupan warga negara Indonesia. Ini bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa sehingga mereka menjadi (1) religius dan saleh untuk satu Tuhan, (2) berperilaku sendiri, (3) sehat, berpengetahuan, mampu, kreatif, mandiri, (4) demokratis, dan (5) bertanggung jawab (Kantor Pemerintahan Republik Indonesia, 2003).
Untuk memenuhi tujuan pendidikan nasional di atas, pemerintah telah melakukan beberapa upaya, beberapa diantaranya mengembangkan kurikulum sekolah, mulai dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (2004), Kurikulum Berbasis Sekolah (2006) hingga Kurikulum 2013 yang telah diimplementasikan di sekolah yang ditargetkan pada tahun akademik 2013/2014. Semua kurikulum ini mendorong bahwa pendidikan bukan hanya sarana untuk mengembangkan kompetensi akademik siswa tetapi juga karakter atau perilaku moral (Kantor Pemerintahan Republik Indonesia, 2010). Oleh karena itu, sejak 2010, Kurikulum Berbasis Sekolah telah menyarankan bahwa moral menjadi faktor utama yang harus dibangun untuk mencapai masyarakat yang aman dan makmur dan pelaksanaannya oleh para guru harus ditinjau dan dipelajari terlebih dahulu (baca juga Megawangi, 2004).
Disimpulkan bahwa menjadi khawatir tentang kurikulum baru adalah wajar bagi guru bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Namun, penelitian ini menyisakan beberapa masalah yang perlu dipecahkan dengan menyelidiki proses belajar mengajar di kelas nyata untuk melihat apakah penerapan KTSP di non-target atau kurikulum baru 2013 di sekolah yang ditargetkan benar-benar berfungsi. Peneliti lebih lanjut perlu meninjau rencana pelajaran guru (RPP) dan menempatkan diri mereka dalam kerangka kerja seperti itu untuk mengamati guru melaksanakan rencana dengan membuat berbagai peluang, seperti memperluas ELT mereka ke (secara keseluruhan) tidak berkorelasi, termasuk pengalaman multimodal dengan beberapa teks yang dapat diasumsikan bahwa memiliki S1 untuk peserta didik, dan akhirnya mengevaluasi guru (sarjana, 4 tahun setelah tinggi hasil pengajaran dalam kaitan dengan sekolah siswa) untuk sebagian besar guru hanya prestasi. untuk proyek pemerintah dalam rangka Guru sebagai titik fokus dalam kurikulum meningkatkan jumlah lulusan S1 untuk mengajar pada saat pelaksanaan harus siap secara optimal, terutama tingkat sekolah seperti yang dipersyaratkan oleh Undang-Undang Nomor di era digital di mana guru harus mengintegrasikan ICT 20, 2003 about the National Education System. as the media in ELT. Therefore, again as the “man Therefore, the quality of the teachers as behind the gun”, teachers have to be educators does not go hand in hand with their comprehensively exposed by (1) including them in activities in the classroom as required by the workshops whose facilitators are real practitioners; National Standards of Education (Kementerian (2) supervisors, principals, and main instructors Pendidikan dan Kebudayaan, 2005). (master teachers) sent to the first-hand workshops 2. Teaching experience also did not correlate with conducted by the government should sit together so the implementation of the KTSP Total. This that they will have relatively the same probably shows that the length of becoming comprehension and perception about the content and teachers of English does not guarantee that the way how to implement the curriculum in class they would be qualified in implementing what (the teachers) and to supervise them in the field KTSP required them to do during the process (principals and supervisors); (3) duration and of teaching and learning. Therefore, the present frequency of dissemination must be enough and study is not in line with what Haimson (2011) continuous. found in his survey done across the USA about Finally, the implementation of either KTSP or how teaching experience makes a difference. the new Curriculum 2013 is very much dependent There must be other things that relate to and on teachers' individual professionalism. If they still influence the quality of teachers in do not have a clear idea of KTSP, how can they be implementing the English curriculum. ready to implement the new Curriculum 2013? 3. Certification also did not correlate with KTSP Total.
NIM: 1805092
Kelas: 1E PGSD
Judul: IMPLEMENTATION OF SCHOOL-BASED CURRICULUM AS PERCEIVED BY SECONDARY SCHOOL TEACHERS OF ENGLISH.
Jurnal: Indonesian Journal of Applied Linguistics
Download: http://ejournal.upi.edu/indec.php/IJAL/article/view/857/675
Volume dan Halaman: Vol. 5 No. 2, Januari 2016, hlm. 167-175
Tahun: 2016
Penulis: Chuzaimah Dahlan Diem dkk.
Review: Roebi Abdoeloh
Tanggal: 31 Oktober 2018
Abstrak
Informasi tentang Kurikulum 2013 tampaknya telah membuat banyak guru EFL merasa cemas. Kecemasan ini diasumsikan terjadi karena ketidakinginan para guru untuk menerapkan kurikulum baru karena mereka belum menerapkan kurikulum sebelumnya (KTSP) di ruang kelas mereka secara optimal. Penelitian ini ditujukan terutama untuk menginvestigasi implementasi KTSP yang mencakup tiga komponen penting: persiapan, aplikasi, dan evaluasi oleh 107 guru sekolah menengah bahasa Inggris. Untuk mengumpulkan data, "KTSP Implementation Questionnaire" digunakan. Data yang dikumpulkan berdasarkan persepsi guru sendiri dianalisis dalam kaitannya dengan tingkat pendidikan, pengalaman mengajar, status sertifikasi, dan keterlibatan sosialisasi KTSP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) 62% guru mengakui bahwa mereka belum secara optimal menerapkan KTSP meskipun mereka semua telah terlibat dalam program diseminasi yang dilakukan oleh pemerintah; (2) tidak ada korelasi antara tingkat pendidikan atau pengalaman mengajar dan pelaksanaan KTSP. Namun, (3) ada korelasi yang signifikan antara status sertifikasi guru dan mereka (i) persiapan KTSP, (ii) pengalaman mengajar, dan (iii) keterlibatan dalam kegiatan program diseminasi.
Kata Kunci: Implementasi Kurikulum, Tingkat Pendidikan, Kurikulum Berbasis Sekolah (KTSP)
Setiap bangsa memiliki sistem pendidikannya sendiri yang sesuai dengan cita-cita dan kebutuhannya. Untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa, kualitas pendidikan harus terlebih dahulu ditingkatkan melalui kurikulum sekolahnya. Sejalan dengan ini, Ki Hajar Dewantara, seorang filsuf pendidikan Indonesia dan menteri pendidikan pertama di Indonesia, (dikutip dalam Nuh, 2010) telah lama mengatakan bahwa pendidikan tidak dapat ditingkatkan tanpa pengembangan karakter, kecerdasan, dan kewarganegaraan. Selain itu, tujuan pendidikan nasional Indonesia sebagaimana tertuang dalam UUD 1945 (UUD 1945 Konstitusi), pasal 31 ayat 3 bahwa, “pemerintah melakukan pendidikan nasional untuk meningkatkan iman, kesalehan, dan akhlak mulia atau akhlak agar dapat berkembang. Kehidupan warga negara Indonesia sebagaimana diatur dalam hukum. ”Kemudian Bagian 31, ayat 5 juga menunjukkan bahwa,“ pemerintah memajukan pengetahuan dan teknologi dengan memegang teguh nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban dan kemakmuran manusia. makhluk ”(Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2013). Sementara itu Undang-undang Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bagian 3 juga menyatakan bahwa fungsi pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membangun karakter dan peradaban untuk nilai-nilai kemanusiaan yang bertujuan untuk mempertajam kehidupan warga negara Indonesia. Ini bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa sehingga mereka menjadi (1) religius dan saleh untuk satu Tuhan, (2) berperilaku sendiri, (3) sehat, berpengetahuan, mampu, kreatif, mandiri, (4) demokratis, dan (5) bertanggung jawab (Kantor Pemerintahan Republik Indonesia, 2003).
Untuk memenuhi tujuan pendidikan nasional di atas, pemerintah telah melakukan beberapa upaya, beberapa diantaranya mengembangkan kurikulum sekolah, mulai dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (2004), Kurikulum Berbasis Sekolah (2006) hingga Kurikulum 2013 yang telah diimplementasikan di sekolah yang ditargetkan pada tahun akademik 2013/2014. Semua kurikulum ini mendorong bahwa pendidikan bukan hanya sarana untuk mengembangkan kompetensi akademik siswa tetapi juga karakter atau perilaku moral (Kantor Pemerintahan Republik Indonesia, 2010). Oleh karena itu, sejak 2010, Kurikulum Berbasis Sekolah telah menyarankan bahwa moral menjadi faktor utama yang harus dibangun untuk mencapai masyarakat yang aman dan makmur dan pelaksanaannya oleh para guru harus ditinjau dan dipelajari terlebih dahulu (baca juga Megawangi, 2004).
Disimpulkan bahwa menjadi khawatir tentang kurikulum baru adalah wajar bagi guru bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Namun, penelitian ini menyisakan beberapa masalah yang perlu dipecahkan dengan menyelidiki proses belajar mengajar di kelas nyata untuk melihat apakah penerapan KTSP di non-target atau kurikulum baru 2013 di sekolah yang ditargetkan benar-benar berfungsi. Peneliti lebih lanjut perlu meninjau rencana pelajaran guru (RPP) dan menempatkan diri mereka dalam kerangka kerja seperti itu untuk mengamati guru melaksanakan rencana dengan membuat berbagai peluang, seperti memperluas ELT mereka ke (secara keseluruhan) tidak berkorelasi, termasuk pengalaman multimodal dengan beberapa teks yang dapat diasumsikan bahwa memiliki S1 untuk peserta didik, dan akhirnya mengevaluasi guru (sarjana, 4 tahun setelah tinggi hasil pengajaran dalam kaitan dengan sekolah siswa) untuk sebagian besar guru hanya prestasi. untuk proyek pemerintah dalam rangka Guru sebagai titik fokus dalam kurikulum meningkatkan jumlah lulusan S1 untuk mengajar pada saat pelaksanaan harus siap secara optimal, terutama tingkat sekolah seperti yang dipersyaratkan oleh Undang-Undang Nomor di era digital di mana guru harus mengintegrasikan ICT 20, 2003 about the National Education System. as the media in ELT. Therefore, again as the “man Therefore, the quality of the teachers as behind the gun”, teachers have to be educators does not go hand in hand with their comprehensively exposed by (1) including them in activities in the classroom as required by the workshops whose facilitators are real practitioners; National Standards of Education (Kementerian (2) supervisors, principals, and main instructors Pendidikan dan Kebudayaan, 2005). (master teachers) sent to the first-hand workshops 2. Teaching experience also did not correlate with conducted by the government should sit together so the implementation of the KTSP Total. This that they will have relatively the same probably shows that the length of becoming comprehension and perception about the content and teachers of English does not guarantee that the way how to implement the curriculum in class they would be qualified in implementing what (the teachers) and to supervise them in the field KTSP required them to do during the process (principals and supervisors); (3) duration and of teaching and learning. Therefore, the present frequency of dissemination must be enough and study is not in line with what Haimson (2011) continuous. found in his survey done across the USA about Finally, the implementation of either KTSP or how teaching experience makes a difference. the new Curriculum 2013 is very much dependent There must be other things that relate to and on teachers' individual professionalism. If they still influence the quality of teachers in do not have a clear idea of KTSP, how can they be implementing the English curriculum. ready to implement the new Curriculum 2013? 3. Certification also did not correlate with KTSP Total.
Leave a Comment